Bab 20. Mengunjungi Alana

"Apa maksud ucapan kamu, Adit?" tanya Ajeng.

"Mas Abi itu tidak bisa memiliki keturunan alias...."

"STOP!" potong Ajeng menghentikan Aditya mengeluarkan kata yang bisa membuat Abimana sakit hati mendengarnya.

Biarpun Abimana tidak terlahir dari rahimnya, bagi Ajeng Abimana adalah putranya. Bahkan dia bisa merasakan jika rasa sayang dan hormat Abimana lebih besar dari pada Aditya putra yang dia lahirkan. Karena itu Ajeng tidak ingin Abimana merasakan luka dihatinya. Tapi sepertinya dia terlambat mengetahui semua masalah yang terjadi antara Abimana dan Aditya, hingga melibatkan Alana yang harus menanggung beban semua ini. Sungguh malang nasib menantunya itu.

"Bunda selalu saja membela mas Abi." rutuk Aditya kesal. Siapa putra bundanya yang sebenarnya disini? Aditya selalu merasa di nomor duakan oleh ibunya.

"Tidak ada yang Bunda bela disini, Bunda hanya memihak kebenaran." jawab Ajeng menegaskan.

"Aku tidak salah Bun! Dan Aku punya bukti kuat melakukan ini semua. Aku mencintai Alana, aku juga menyayangi Mas Abi. Tidak masalahkan jika aku menitipkan benihku dirahim kakak ipar dan menjadi anak dari mas Abi. Setidaknya orang-orang tidak mengetahui kenyataan jika mas Abi tidak bisa memberikan keturunan dikeluarga ini. Dari pada Alana harus memiliki anak dari pria lain."

"ADITYA!" bentak Wijaya yang tidak suka dengan pembelaan dari Aditya.

Ajeng hanya bisa menagis mendengar pengakuan putra bungsunya. Dia gagal mendidik putra yang dia lahirkan. Mengapa Aditya berpikir sepicik itu? Ajeng sungguh tidak mengerti mengapa Aditya menjadi seperti ini.

Aditya pergi meninggalkan Wijaya, Ajeng dan Abimana setelah dibentak oleh Wijaya. Dia tidak terima disalahkan seperti ini.

"Abi, maafkan Bunda." ucap Ajeng menangis dipelukan Abimana, "Bunda salah mendidik adik kamu."

"Semua bukan salah Bunda. Abi yang salah, harusnya Abi bisa membaca perasaan Aditya yang ternyata mencintai Alana. Harusnya Abi membatasi interaksi mereka, bukan meminta tolong dia untuk menjaga Alana." ucap Abimana membalas permintaan maaf Ajeng.

"Sekarang bagaimana keadaan menantu dan cucu Papa?" tanya Wijaya.

Kesembuhan Alana jauh lebih penting sekarang menurut pemikiran Wijaya dari pada menghakimi Aditya. Semua sudah terjadi, tidak ada yang bisa disangkal lagi dan waktu tidak bisa diputar ulang . Bukti dan pengakuan Aditya sudah sangat kuat jika putra bungsunya jelas-jelas melakukan kesalahan. Tapi jiwa dan ketenagan Alana jauh lebih penting untuk mereka pikirkan, begitu juga dengan Arkana. Cucunya tidak boleh terlalu lama terpisah dengan ibunya, itu akan merusak tumbuh kembang anak itu.

"Semenjak Abi titip Alana di rumah sakit jiwa, kondisinya mulai membaik. Dia bahkan mencari Arkana dan merindukan putranya. Awalnya Abi ragu untuk mempertemukan Arkana dengan Alana. Setelah banyak pertimbangan, seminggu yang lalu Abi pertemukan mereka. Menurut bi Onah, Alana jauh lebih baik setelah bertemu Arkana. Tapi...."

"Tapi apa?" tanya Ajeng tidak sabaran.

"Satu minggu terakhir ini Abi sibuk dengan perusahaan sehingga tidak bisa mengunjungi Alana. Sampai tadi malam pihak rumah sakit menghubungi Abi, mereka memberi tahu jika Aditya satu minggu ini mengunjungi Alana setiap hari. Hal itu membuat Alana sering bermimpi buruk dan terus merasa ketakutan. Tubuhnya sering gemetar, dan sering mengurung dirinya dikamar mandi karena merasa kotor" jawab Abimana dengan air mata yang mengalir dipipinya. Andai dia tidak mengusik tentang perbedaan golongan darah Arkana denga dirinya dan Alana, keluarga kecilnya akan tetap bahagia.

Wijaya memijat kepalanya, Aditya sangat keterlaluan. Sudah tahu jika dirinya yang menjadi sumber ketakutan Alana, tapi anak itu seperti tidak peduli. Putra bungsunya itu hanya memikirkan dirinya sendiri. Sungguh Wijaya belum punya cara untuk membuat Aditya mengakui kesalahannya dan meminta maaf pada Abimana dan Alana.

"Abi, katakan pada Alana jika semua yang terjadi itu tidak benar. Kamu minta maaf padanya, katakan Arkana adalah putramu, darah dagingmu. Ganti semua hasil tes DNA dengan bukti jika Arkana adalah putramu. Papa harap dengan begitu Alana bisa memaafkan dirinya sendiri dan juga kamu dan juga pada Papa dan bunda." ucap Wijaya memberi saran pada Abimana.

"Bagaimana dengan Aditya?" tanya Ajeng.

"Kamu urus putramu itu! Jauhkan dia dari Alana dan Arkana. Kirim dia keluar negeri!" jawab Wijaya memberi perintah pada sang istri. Untuk saat ini mungkin itulah cara yang terbaik, menjauhkan Aditya dari kehidupan Alana dan Abimana.

"Tidak perlu mengirimku keluar negeri, Arkana putraku kalian tidak bisa memisahkannya dari ku." sahut Aditya yang sudah kembali bergabung bersama keuarganya di ruang makan.

"Apa ini?" tanya Ajeng saat Aditya menyerahkan sebuah amplop berlogokan rumah sakit padanya.

"Baca saja! Itu bukti yang aku katakan tadi. Aku tidak berbohong." jawab Aditya.

Ajeng membuka amplop itu dan membacanya, isinya sama seperti yang Aditya katakan. Meskipun Abimana tidak bisa memiliki keturunan, bukan berarti Aditya bisa melakukan sesuatu dengan sesuka hati.

"Mengapa kamu yang menyimpan surat ini?" tanya Wijaya begitu dia selesai membaca isinya.

"Aku tidak ingin mas Abi kecewa dengan dirinya sendiri, dan merelakan Arkana menjadi putra mas Abi. Tapi sekarang kalian semua sudah tahu, jadi jangan halangi aku memiliki Arkana." jawab Aditya menjelaskan.

"Tidak bisa! Kamu akan tetap bunda kirim keluar, setidaknya sampai Alana sehat kembali." sahut Ajeng yang tidak suka dengan peemintaan aditya.

"Ayolah Bunda, dia putraku." pinta Aditya.

"Bunda ingin bertemu menantu Bunda. Kamu bisa mengantarkan Bunda, Bi?" tanya Ajeng pada Abimana menghiraukan permintaan Aditya.

"Papa juga ikut." timpal Wijaya.

Tiba dirumah sakit, Ajeng langsung memeluk menantunya itu. Ada sedikit ketenagan yang Alana rasakan saat wanita paruh baya itu memeluknya. Jiwanya yang kosong dan ketakutan merasa hangat. Selama ini dia menganggap Ajeng sebagai penganti ibunya, mereka cukup dekat sebagai mertua dan menantu. Sangat berbeda dengan ibu kandung Abimana, yang tidak begitu menyukai Alana menikah dengan putranya.

Setelah Alana terlihat tenang, Wijaya masuk bersama Abimana. Alana tersenyum pada ayah mertuanya, tapi tidak pada Abimana. Alana masih menyimpan rasa benci dan kesal. Apa lagi selama satu minggu ini Abimana tidak pernah datang mengunjunginya seolah membiarkan Aditya untuk menemuinya setiap hari.

"Apa kabar sayang?" tanya Wijaya pada Alana. Tangannya mengelus kerudung sang menantu.

"Al rindu Kana, Pa." jawab Alana.

"Akan Papa suruh sopir untuk menjemput cucu Papa dan membawanya kesini. Bagaimana?" balas Wijaya yang langsung ingin mewujudkan apa yang menantunya inginkan.

Alana mengangguk, "Terima kasih Pa." ucapnya.

"Untuk menantu kesayangan Papa, apapun akan Papa wujudkan. Tapi kamu janji untuk selalu bahagia, jangan sedih lagi." ucap Wijaya.

"Al, Abi mau bicara hal penting. Boleh?" tanya Ajeng.

"Tapi Bunda dan Papa tetap disini temani Al." pinta Alana.

Wijaya dan Ajeng mengangguk setuju, keduanya melihat pada Abimana untuk mendekat dan mengatakan pada Alana apa yang tadi mereka sepakati waktu diperjalanan menuju rumah sakit.

"Al, Mas minta maaf." ucap Abimana mengawali pembicaraanya.

Alana diam, pandangannya tertuju pada taman yang terlihat dari jendela. Abimana tahu, Alana pasti masih kecewa dan membencinya. Sulit bagi istrinya menjalani ini seorang diri.

"Al, Aditya mengaku kalau dia berbohong. Dia memang berambisi untuk memiliki kamu karena rasa cintanya. Tapi dia tidak pernah melakukan hal itu terhadap kamu. Arkana itu putra Mas, putra kita berdua." ucap Abimana.

Alana menggeleng, dia sudah bulat ingin berpisah dengan Abimana dan melepaskan diri dari keluarga Rahardian. Menata ulang hidupnya, pergi jauh ketempat orang-orang yang tidak mengenal siapa dirinya.

Apa yang Alana pikirkan bertolak belakang dengan keinginan Abimana dan keluarga Rahardian yang ingin Alana dan Abimana kembali rukun dan melanjutkan rumah tangga mereka.

Sekarang, Alana harus bagaimana?

...🌿🌿🌿...

...Ananku Ternyata Bukan Anak Suamiku...

Episodes
1 Bab 1. Anniversary
2 Bab 2. Golongan Darah Berbeda
3 Bab 3. Bicara
4 Bab 4. Rasanya Sangat Sakit
5 Bab 5. Berbagi Kisah
6 Bab 6. Cemburu
7 Bab 7. Hasil Yang Mengecewakan
8 Bab 8. Akan Mencari Tahu
9 Bab 9. Rencana Kinara
10 Bab 10 Terungkap
11 Bab 11. Bukan Hanya Mimpi
12 Bab 12. Pengakuan Aditya
13 Bab 13. Perasaan Alana
14 Bab 14. Penyesalan
15 Bab 15. Pertengkaran
16 Bab 16. Meminta Maaf
17 Bab 17. Depresi
18 Bab 18. Ulah Aditya
19 Bab 19. Memberitahu
20 Bab 20. Mengunjungi Alana
21 Bab 21. Keinginan Alana
22 Bab 22. Bertemu Wisnu
23 Bab 23. Surat Panggilan
24 Bab 24. Pindah
25 Bab 25. Menolak Bercerai
26 Bab 26. Kamar Impian
27 Bsb 27. Waktunya Bicara
28 Bab 28. Tidak Usah Takut
29 Bab 29. Inikah Namanya Cinta?
30 Bab 30. Bertemu Abimana
31 Bab 31. Sikap Wijaya
32 Bab 32. Semakin Dekat
33 Bab 33. Kehadiran Orang Dimasa Lalu
34 Bab 34. Kedatangan Rendi
35 Bab 35. Hanya Satu Kali
36 Bab 36. Berbohong
37 Bab 37. Pengakuan Rachel
38 Bab 38. Habislah Sudah Abimana
39 Bab 39. Abimana Pamit
40 Bab 40. Perbuatan Rachel.
41 Bab 41. Pengakuan Rendi
42 Bab 42. Ini Baru Awal
43 Bab 43. Melawan Restu
44 Bab 44. Dapat Bonus
45 Bab 45. Menerima Surat Cerai
46 Bab 46. Sidang Putusan
47 Bab 47. Permintaan Alana
48 Bab 48. Menemui Alana
49 Bab 49. Hati-Hati
50 Bab 50. Pertemuan Dua Sahabat
51 Bab 51. Bertemu Naren
52 Bab 52. Terjawab Sudah
53 Bab 53. Obsesi Aditya
54 Bab 54. Kegelisahan Alana
55 Bab 55. Tertangkap
56 Bab 56. Papa Arkana
57 Bab 57. Akan Melawan
58 Bab 58. Cinta Pertama
59 Bab 59. Bayangan Hitam
60 Bab 60. Bersyukur
61 Bab 61. Kecewa
62 Bab 62. Kesal
63 Bab 63. Permintaan Ambar
64 Bab 64. Mengunjungi Kediaman Mahendra
65 Bab 65. Salah Menilai
66 Bab 66. Makan Malam
67 Bab 67. Menjelang Lamaran
68 Bab 68. Setelah Lamaran
69 Bab 69. Kekhawatiran Alana
70 Bab 70. Kumpul Bersama Karyawan (1)
71 Bab 71. Merasa Bodoh
72 Bab 72. Wanita Pertama
73 Bab 73. Menjelang Pernikahan
74 Bab 74. Menentukan Pilihan
75 Bab 75. Hari Pernikahan
76 Bab 76. Istirahat
77 Bab 77. Kehadiran Abimana
78 Bab 78. Membawa Kabur Alana
79 Bab 79. Maaf
80 Bab 80. Menyatu
81 Bab 81. Mengunjungi Rumah Baru
82 Bab 82. Adik Bayi
83 Bab 83. Permintaan Dion
84 Bab 84. Dinara
85 Bab 85. Baik Baik Saja
86 Bab 86. Sudah Waktunya
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Bab 1. Anniversary
2
Bab 2. Golongan Darah Berbeda
3
Bab 3. Bicara
4
Bab 4. Rasanya Sangat Sakit
5
Bab 5. Berbagi Kisah
6
Bab 6. Cemburu
7
Bab 7. Hasil Yang Mengecewakan
8
Bab 8. Akan Mencari Tahu
9
Bab 9. Rencana Kinara
10
Bab 10 Terungkap
11
Bab 11. Bukan Hanya Mimpi
12
Bab 12. Pengakuan Aditya
13
Bab 13. Perasaan Alana
14
Bab 14. Penyesalan
15
Bab 15. Pertengkaran
16
Bab 16. Meminta Maaf
17
Bab 17. Depresi
18
Bab 18. Ulah Aditya
19
Bab 19. Memberitahu
20
Bab 20. Mengunjungi Alana
21
Bab 21. Keinginan Alana
22
Bab 22. Bertemu Wisnu
23
Bab 23. Surat Panggilan
24
Bab 24. Pindah
25
Bab 25. Menolak Bercerai
26
Bab 26. Kamar Impian
27
Bsb 27. Waktunya Bicara
28
Bab 28. Tidak Usah Takut
29
Bab 29. Inikah Namanya Cinta?
30
Bab 30. Bertemu Abimana
31
Bab 31. Sikap Wijaya
32
Bab 32. Semakin Dekat
33
Bab 33. Kehadiran Orang Dimasa Lalu
34
Bab 34. Kedatangan Rendi
35
Bab 35. Hanya Satu Kali
36
Bab 36. Berbohong
37
Bab 37. Pengakuan Rachel
38
Bab 38. Habislah Sudah Abimana
39
Bab 39. Abimana Pamit
40
Bab 40. Perbuatan Rachel.
41
Bab 41. Pengakuan Rendi
42
Bab 42. Ini Baru Awal
43
Bab 43. Melawan Restu
44
Bab 44. Dapat Bonus
45
Bab 45. Menerima Surat Cerai
46
Bab 46. Sidang Putusan
47
Bab 47. Permintaan Alana
48
Bab 48. Menemui Alana
49
Bab 49. Hati-Hati
50
Bab 50. Pertemuan Dua Sahabat
51
Bab 51. Bertemu Naren
52
Bab 52. Terjawab Sudah
53
Bab 53. Obsesi Aditya
54
Bab 54. Kegelisahan Alana
55
Bab 55. Tertangkap
56
Bab 56. Papa Arkana
57
Bab 57. Akan Melawan
58
Bab 58. Cinta Pertama
59
Bab 59. Bayangan Hitam
60
Bab 60. Bersyukur
61
Bab 61. Kecewa
62
Bab 62. Kesal
63
Bab 63. Permintaan Ambar
64
Bab 64. Mengunjungi Kediaman Mahendra
65
Bab 65. Salah Menilai
66
Bab 66. Makan Malam
67
Bab 67. Menjelang Lamaran
68
Bab 68. Setelah Lamaran
69
Bab 69. Kekhawatiran Alana
70
Bab 70. Kumpul Bersama Karyawan (1)
71
Bab 71. Merasa Bodoh
72
Bab 72. Wanita Pertama
73
Bab 73. Menjelang Pernikahan
74
Bab 74. Menentukan Pilihan
75
Bab 75. Hari Pernikahan
76
Bab 76. Istirahat
77
Bab 77. Kehadiran Abimana
78
Bab 78. Membawa Kabur Alana
79
Bab 79. Maaf
80
Bab 80. Menyatu
81
Bab 81. Mengunjungi Rumah Baru
82
Bab 82. Adik Bayi
83
Bab 83. Permintaan Dion
84
Bab 84. Dinara
85
Bab 85. Baik Baik Saja
86
Bab 86. Sudah Waktunya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!