Abimana baru saja keluar dari kamar yang ditempati Alana. Istrinya tidak mau bayak bicara dengannya, tapi Abimana tidak akan meninggalkan Alana bagaimanapun kondisi istrinya. Dia yang menyebabkan Alana seperti ini, menjadikan wanita yang dicintainya depresi dan terpaksa dia titipkan di rumah sakit jiwa untuk mengembalikan keceriaan seorang Alana.
"Yang saya lihat ibu baik-baik saja Pak. Memang dia banyak diam setelah bapak datang." ucap perawat yang Abimana titipkan untuk menjaga Alana.
"Memang saya yang salah, karena itu dia seperti ini pada saya." jawab Abimana.
"Apa sebaiknya saya tidak terlalu sering mengunjungi istri saya?" tanya Abimana meminta pendapat.
"Jangan Pak. Nanti dia semakin merasa tidak dipedulikan oleh Bapak." jawab perawat itu.
"Begitu ya?" ucap Abimana yang membenarkan jawaban perawat tersebut.
"Istri saya butuh kepercayaan saya saat itu, tapi saya mengecewakannya dan membuatnya seperti ini." ucap Abimana lagi.
"Ya karena itu, Bapak harus sering mengunjungi ibu." sahut perawat itu, "Apa lagi bu Alana terlihat akrab dan nyaman saat dokter Dirga memeriksanya. Mereka berbincang layaknya seperti teman, sangat akrab." ucap perawat itu menjelaskan.
"Oh ya Pak, saya lupa. Ibu Alana menayakan putranya, sepertinya dia rindu dan ingin bertemu." timpal perawat itu lagi begitu melihat raut wajah Abimana yang terlihat tidak nyaman mendengar penjelasannya mengenai kedekatan Alana dan dokter Dirga yang merawat Alana.
Abimana terdiam sesaat, "Apa tidak apa-apa mempertemukan mereka? Saya takut...."
"Tidak apa-apa, nanti sambil kita awasi. Siapa tahu dengan bertemu putranya, bu Alana bisa cepat sembuh." ucap perawat itu meyakinkan Abimana.
"Besok saya akan membawa putra saya menemui mamanya." jawab Abimana meski masih ragu. Dia ingat apa yang menyebabkannya meititipkan Alana dirumah sakit jiwa.
Alana merindukan Arkana, sudah dua hari ini dia terpisah dengan putranya. Jika saja dia berhati-hati, babysitter itu tidak akan salah paham.
Siapa sangka dengan membiarkan pemikiran babysitter Arkana, kini Alana diasingkan kerumah sakit jiwa oleh Abimana. Bukan sedih, Alana seolah menikmati perannya yang dikira depresi, atau dia sebenarnya memang defresi tapi tidak menyadarinya? Tidak, dia tidak depresi. Alana hanya ingin bermain-main sebentar sambil mempersiapkan semuanya lalu pergi dari hidup Abimana setelah memberikan pelajaran pada pria itu.
Alana tidak ingin lagi berhubungan dengan keluarga Rahardian. Jika tetap bersama Abimana, maka tidak bisa dihindari dia akan sering bertemu dengan Aditya. Alana tidak menginginkan itu, dia benci Aditya, dia juga kecewa dengan Abimana. Jadi biarkan dia pergi jauh dari keluarga itu, melanjutkan hidupnya meski tanpa cinta lagi.
Abimana masih berdiam diri di dalam mobil, dia tidak berani melajukan kendaraanya dalam keadaan kacau seperti saat ini. Abimana memang mengiyakan saran perawat itu untuk membawa Arkana menemui Alana, tapi Abimana takut. Alasannya menitipkan Alana dirumah sakit jiwa karena tidak ingin Alana melukai Arkana.
Abimana melihat layar ponselnya yang berdering, ada panggilan telepon dari babysitter Arkana. Takut ada sesuatu yang terjadi pada putranya, Abimana langsung menerima panggilan itu.
"Ada apa mbak?" tanya Abimana begitu panggilannya tersambung.
"Pak... ibu... Pak!" ucap babysitter itu gugup.
"Ada apa sama istri saya?" tanya Abimana.
"Ibu tadi mencoba menutup wajah Arkana dengan bantal Pak." jawab Rina takut-takut.
"Kamu jangan asal bicara ya!" seru Abimana tidak percaya dengan laporan babysitter Arkana.
"Saya tidak asal bicara Pak." bela Rina, lalu dia menceritakan mulai dari dia yang ke dapur hingga melihat Alana yang memegang bantal Arkana yang akan Alana letakkan diwajah bayi tampan itu.
"Dimana ibu sekarang?" tanya Abimana.
"Kembali kekamar, Pak." jawab Rina cepat.
Abimana segera meraih kunci mobil dan ponsel yang tergeletak diatas meja kerjanya. Dia harus segera tiba dirumah dan melihat kondisi kejiawaan Alana yang akhir-akhiri ini menjadi kekhawatirannya dan Abimana menyalahkan dirinya yang membuat Alana terguncang seperti saat ini.
"Maafkan Mas, Al. Bukan salah kamu, tapi salah Mas." ucap Abimana dan dia terus berdoa semoga Alana dan Arkana baik-baik saja.
Kejadian itu tidak pernah pergi dari ingatan Abimana. Sungguh Abimana takut Alana akan kembali melakukannya pada Arkana.
"Kamu tidak salah Jef?" tanya Aditya tidak percaya saat tahu Alana dititipkan dirumah sakit jiwa oleh Abimana.
"Lo udah merusak hidup orang yang lo cintai Dit. Ini bukan cinta namanya!" kesal Jefri dengan tingkah sahabatnya itu.
Disinilah sekarang Aditya berada, dirumah sakit jiwa. Jangan tanyakan mengapa dia punya akses untuk bisa menemui Alana, tentu saja dengan nama Rahardian yang tersemat di kartu identitasnya saat diperiksa pihak penjaga.
Aditya bisa melihat Alana sedang duduk dipinggir jendela sambil menatap keluar. Wanita itu hanya diam membuat Aditya merasa bersalah dengan apa yang telah dia lakukan. Tidak menyangka jika Alana, wanita yang dicintainya berakhir seperti ini.
Al!" panggil Aditya.
Alana sedikit tersentak dari lamunannya. Dia tidak mengira Aditya berani mengunjunginya. Untung saja dia dalam keadaan membelakangi pria itu sehingga tidak melihat keterkejutannya.
"Maafkan aku." ucap Aditya lagi.
"Maaf membuat hidupmu sesulit ini. Aku... aku hanya ingin kamu bahagia Al."
Alana tidak menjawab juga tidak merespon, dia belum mempersiapkan diri dengan kedatangan Aditya yang tiba-tiba mengunjunginya.
"Kamu mau apa datang kesini Aditya?" tanya Kinara yang baru saja tiba.
Aditya berbalik untuk melihat Kinara yang masih berdiri di ambang pintu, "Aku mengunjungi orang yang aku cintai, apa salah?" jawab Aditya.
Kinara hanya bisa menggelengkan kepala mendengar jawaban laki-laki gila itu. Dia melangkah masuk untuk medekati Alana dan melewati Aditya begitu saja.
"AL!" panggil Kinara sambil menepuk punggung sahabatnya.
"Suruh dia keluar dari sini Ki." pinta Alana.
Kinara melihat kearah Aditya, "Kamu dengar sendiri, kan?" ucap Kinara.
"Baiklah, aku akan pergi. Besok aku akan datang lagi Al. Sampai kamu memaafkan dan menerima aku." ucap Aditya.
Tidak ada jawaban dari Alana, membuat Aditya pergi begitu saja. Apa lagi ada Kinara yang menatapnya tajam seolah akan menelanya hidup-hidup.
Kinara menutup rapat pintu kamar Alana setelah Aditya pergi, dia sudah tidak sabar meminta klarifikasi dari Alana mengapa sahabatnya itu bisa berakhir di rumah sakit jiwa. Dua hari kemarin dia harus keluar kota, karena itu baru hari ini dia bisa mengunjungi sahabatnya.
"Jadi bisa jelaskan ada apa Alana Pratiwi?" tanya Kinara sambil meletakkan kedua tangannya di pinggang, sudah seperti emak-emak yang akan memarahi anaknya.
"Kenapa nggak sekalian bawa sapu!" seru Alana sambil terkikik geli.
Kinara memutar bola mata malas, dia khawatir pada Alana tapi sahabatnya ini justru baik-baik saja.
"Sakit emang kamu Al." ucap Kinara kesal.
"Kenapa tidak mengajak Kana?" tanya Alana.
"Aku tidak mampir kerumah kamu. Kalau aku bawa Kana, Abi belum tentu mengizinkan." jawab Kinara.
"Dia tidak punya hak pada Kana." sahut Alana.
"Tapi Kana dalam pengawasan Abimana sekarang, Al. Kenapa juga sih sok-sokan pake acara mengabaikan Arkana.
"Aku nggak gitu Ki. Jujur sempat terlintas membenci Kana kerena ingat siapa ayahnya. Tapi dia tidak salah, dia tidak tahu apa-apa, dan aku bukan orang yang lemah iman hingga tega pada mahluk mengemaskan yang terlahir dirahimku untuk aku buang." jawab Alana.
"Lalu kenapa bisa kamu berada disini?" tanya Kinara.
"Salah faham."
...🌿🌿🌿...
...Ananku Ternyata Bukan Anak Suamiku...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments