Bab 7
"Al, aku nggak bisa temenin kamu ambil hasil tes hari ini, ngak apa-apa, kan?" tanya Kinara dari seberang sana. Keduanya saat ini sedang bicara lewat sambungan telepon.
"Enggak apa-apa Ki, hanya mengambil, kan? Aku bisa sendiri." jawab Alana.
Tidak masalah bagi Alana jika mengambil hasil tes itu sendiri saja. Dia hanya mengambil lalu akan membuka hasilnya nanti saat sudah tiba dirumah. Itu lebih baik dari pada dia langsung melihat hasilnya di rumah sakit.
Hari ini Arkana akan dia titipkan pada bi Onah, asisten rumah tangganya. Bi onah yang datang membantu Alana hanya diwaktu pagi hingga sore hari saja. Jika mencari asisten rumah tangga yang menginap, hampir semuanya masih muda. Abimana sangat tidak suka jika asisten rumah tangganya masih muda. Bukan tanpa sebab, Abimana punya pengalaman buruk saat masih tinggal dikediaman orang tuanya. Ada asisten rumah tangga yang dengan berani terang-terangan menggoda Abimana.
"Janji ya Al, kamu akan melihat hasilnya setelah sampai dirumah!" seru Kinara mengingatkan Alana.
"Iya, aku janji Ki. Aku juga nggak bisa tinggalkan Kana lama-lama dirumah." sahut Alana mencoba meyakinkan Kinara. Alana tahu sahabatnya itu sangat menghawatirkan dirinya dan jika bukan karena pekerjaan penting yang diberikan atasannya, Kinara pasti akan ada untuk menemaninya.
"Ok! Aku percaya sama kamu." ucap Kinara karena memang itu yang bisa dia yakini saat ini.
"Terima kasih Ki. Aku tutup ya?" balas Alana.
Baru saja Alana akan menekan warna merah yang ada dilayar ponselnya, suara Kinara kembali terdengar memanggil kembali namanya.
"Al! Apapun hasilnya kamu janji harus baik-baik saja." ucap Kinara khawatir. Alana replek mengangguk padahal Kinara tidak bisa melihatnya.
"Iya Ki, aku usahakan akan baik-baik saja." ucap Alana yakin.
"Jangan hanya usaha, tapi benar-benar yakin." pinta Kinara lagi.
Alana menarik nafas yang dalam sebelum membalas ucapan Kinara, dia butuh asupan oksigen lebih banyak saat ini. Kinara terlalu menghawatirkan dirinya itu tidak salah, tapi Alana sangat yakin hasilnya seperti yang dia pikirkan.
"Ki, aku akan baik-baik saja, karena aku yakin, Kana putra kita adalah anaknya mas Abi."
"Iya, baiklah." balas Kinara lirih lalu menutup panggilannya.
Kinara bukan tidak yakin dengan kesetiaan Alana pada Abimana, tapi ada hal yang mengganjal dihatinya dan itu membuatnya menaruh curiga. Kinara curiga jika Alana ditiduri pria lain tanpa sahabatnya itu sadari. Orang yang bisa melakukan itu tentu saja orang yang bisa leluasa berada disekitar Alana dan dia adalah....
Tidak butuh waktu lama bagi Alana untuk tiba di rumah sakit, dimana dia menyerahkan sampel untuk melakukan tes DNA untuknya dan juga Abimana. Dia langsung menemui saudara dari teman kerja Kinara sehingga bisa langsung mengambil hasilnya.
"Tadi mbak Kinara sudah menghubungi saya dan memberitahu jika mbak Kinara nggak bisa menemani mbak Alana." ucap Rara menjelaskan.
"Anak itu!" rutuk Alana sedikit kesal karena Kinara selalu saja seperti ini.
"Ini Mbak Al, hasilnya sudah saya siapkan begitu mbak Kinara memberitahu kalau Mbak Al sudah dijalan." tegur Rara karena melihat Alana yang diam saja.
"Ah iya, terima kasih Mbak Rara." ucap Alana setelah menerima dua amplop ditanganya.
"Mbak Kinara berpesan, dia minta Mbak Al buka hasilnya dirumah saja. Biar aman." ucap Rara menyampaikan apa yang dipesankan Kinara padanya.
Alana tersenyum lalu mengangguk, "Saya pulang, sekali lagi terima kasih." ucap Alana.
"Sama-sama Mbak Al, hati-hati." balas Rara.
Sekarang Alana sudah berada di kediamanya tepatnya di kamar pribadinya bersama Abimana. Arkana sudah dia beri asi dan sekarang putranya itu tengah tertidur lelap dikamarnya sendiri.
Alana memilih salah satu amplop yang ada ditangannya, menimbang mana yang lebih dulu yang akan dia buka. Saat Alana sudah memutuskan membuka hasil miliknya terlebih dulu, ponselnya berdering dan itu panggilan dari Kinara yang memiliki nada panggilan khusus.
"Al, sudah dirumah?" tanya Kinara langsung tanpa basa basi menunggu jawaban dari sahabatnya.
"Assalamualikum Kinara." jawab Alana.
"Ah iya, waalaikumsalam." balas Kinara. "Maaf aku terlalu khawatir karena tidak ada kabar dari kamu, Al." ucap Kinara melanjutkan percakapannya.
"Ya, aku maafkan kali ini. Aku sudah dirumah dan baru akan membuka hasilnya tapi keburu ponselku berdering dan ternyata itu kamu, Ki." sahut Alana.
Kinara terkekeh, "Ok lanjutkan, maaf aku nggak bisa nemenin kamu baca hasilnya. Aku harus segera balik keruangan rapat." ucap Kinara.
Kinara izin keluar dari ruangan rapat, menyempatkan diri menghubungi Alana untuk bertanya dimana sahabatnya itu sekarang berada. Jika sudah berada di rumah seperti yang Alana katakan maka Kinara sudah tenang meski tetap saja penasaran dengan hasilnya dan rasa khawatir itu belum bisa pergi seutuhnya.
"Tidak apa-apa Ki, selamat bekerja!" ucap Alana sebelum mengucap salam lalu menutup panggilannya.
"Bismillah." ucap Alana agar dia mampu menghadapi ini semua.
Ditangannya sudah ada hasil tes miliknya dan Arkana. Alana membaca tulisan yang ada di lembaran hasil. Tercetak jelas disana angka yang menyatakan Arkarna adalah putranya. Alana tersenyum bahagia dan merutuki dirinya sendiri yang meragukan Arkana bukan putranya dengan dalih tertukar.
Setelah senang dengan hasil tes dirinya dan Arkana. Sekarang tangan Alana kembali siap membuka hasil tes milik Abimana dan Arkana. Sama seperti yang dia lakukan saat membuka hasil miliknya dan Arkana, Alana merapalkan doa agar hasilnya seperti yang dia harapkan dan dia yakini.
Tidak ada kata yang bisa Alana ucapkan, matanya berkaca-kaca. Hasil yang ada ditangannya saat ini sama seperti yang pernah Abimana tunjukkan padanya.
Mengapa? Bagaimana bisa? Siapa? Kapan? Apa yang salah? Tidak mungkin! Ini salah! Aku tidak pernah melakukannya dengan yang lain. Tidak pernah! Semua berputar dikepala Alana. Sementara pandangannya sudah tidak jelas karena tertutup genangan airmata.
Abimana pulang lebih awal. Setelah kemarin mendengar ucapan Aditya, maka hari ini Abimana memutuskan untuk tidak memberi ruang pada pria lain bisa berdekatan dengan Alana, termasuk Aditya.
"Tuan!" panggil bi Onah.
Abimana terkejut karena asisten rumah tangganya itu masih berada di kediamannya sambil menggendong Arkana. Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam dan bi Onah masih ada di kediamannya. Dimana Alana?
"Ada apa? Mengapa jam segini belum pulang? Dimana istri saya?" tanya Abimana beruntun. Perasaannya tiba-tiba saja tidak nyaman.
"Tuan, nyonya Alana belum keluar kamar sejak jam dua siang tadi. Saya tidak bisa masuk karena pintunya dikunci." ucap bi Onah melaporkan apa yang terjadi.
Deg
Tidak biasanya Alana tidak keluar kamar selama ini dan mengabaikan Arkana. Ada apa? Abimana bertanya-tanya sendiri.
Tidak perlu menunggu lama, Abimana segera berjalan menuju kamarnya dan Alana, dimana istrinya itu berada saat ini seperti yang disampaikan bi Onah.
Seperti yang bi Onah katakan, pintu itu terkunci, "Al... Alana...!" panggil Abimana namun tidak ada jawaban.
Abimana kembali berjalan, dia masuk ke kamar Arkana. Ada pintu penghubung antara kamar mereka dan Arkana, "Terkunci?" Lagi-lagi ini bukan kebiasaan Alana.
Dengan sekuat tenaga, Abimana menendang pintu penghubung itu. Pada tendangan ke tiga barulah pintu itu terbuka dan Abimana bisa melihat Alana yang tidak sadarkan diri diatas sofa.
"AL! Sayang... sayang..." panggil Abimana mencoba menepuk nepuk pipi Alana tapi wanita yang dicintainya itu tetap tidak mau membuka matanya.
Tidak ingin terjadi sesuatu pada Alana, Abimana segera membawa Alana kerumah sakit.
"Bi, saya titip Kana." ucap Abimana begitu dia keluar kamar sambil menggendong Alana.
"Iya tuan." jawab bi Onah sambil berusaha menenangkan Arkana yang menangis.
Sepanjang jalan, Abimana terus mengucap kata maaf pada Alana meski istrinya tidak bisa mendengarkan. Harusnya sejak awal dia mengabaikan saja golongan darah Arkana yang tidak sama dengannya dan juga Alana.
...🌿🌿🌿...
...Ananku Ternyata Bukan Anak Suamiku ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Yuliana Tunru
sedih lah alana krn hasil tes DNA tp mu gmn g ktn aana merasa tdk.pernah.selingkuh..apa adit membius alana ya..
2023-04-11
1