Gelak tawa bahagia menggema saat Abimana masuk kedalam kediamannya. Ada Aditya tengah bercengkrama dengan Arkana dan juga Alana.
Ada rasa nyeri yang Abimana rasakan saat melihat kedekatan Alana dan Arkana bersama sang adik. Harusnya dia yang bersenda gurau disana bersama anak dan istrinya seperti biasanya, bukan Aditya. Abimana tahu bahkan sangat tahu dia sangat cemburu melihat pemandangan yang ada dihadapannya saat ini, sayangnya hatinya masih saja keras untuk bicara dengan Alana jika dia tersiksa dengan keadaan ini.
Abimana memang tidak memberikan batas waktu untuk Alana membuktikan jika dia tidak selingkuh dan Arkana adalah putranya. Tapi Abimana tidak bisa terus berada dalam ketidak pastian meski jujur didalam hatinya dia tidak ingin berpisah dengan sang istri. Cintanya masih sangat besar untuk seorang Alana Pratiwi.
"Baru pulang Mas?" sapa Aditya saat melihat kehadiran Abimana yang berdiri tidak jauh dari mereka.
Abimana sedikit tersentak dari pikirannya sendiri begitu mendengar sapaan sang adik, dia segera menguasai diri dan memasang sikap normal lalu mengangguk menjawab pertanyaan Aditya.
Alana ikut menoleh dimana Abimana berdiri saat ini, cukup terkejut karena Abimana pulang lebih awal dari biasanya. Wanita itu segera berdiri, meski kecewa pada tuduhan Abimana, Alana tetap melakukan tugasnya sebagai istri.
Alana tetap menyiapkan sarapan dan semua keperluan Abimana. Bagaimanapun statusnya saat ini masih sebagai istri Abimana, meski mereka jarang bertegur sapa apa lagi bicara yang panjang akhir-akhir ini.
Alana mendekati Abimana lalu meraih tangan itu dan mencium punggung tangan suaminya. Sudah lama dia tidak melakukan ini karena sangat jarang bertemu disaat Abimana pergi kerja atau pulang kerja seperti ini.
Tidak ingin membuang kesempatan untuk melepas rindu, Abimana membalas Alana dengan mencium kening istrinya itu seperti biasanya.
Ada sedikit kehangatan yang Alana rasakan saat Abimana membalas salim yang Alana lakukan dengan mengecup keningnya. Senyum tipis terlukis diwajah Alana, begitu dia bahagia. Jujur dia merindukan tidur dalam pelukan sang suami. Tapi Alana sudah berjanji, dia akana menunggu hasil DNA mereka baru setelahnya menentukan langkah selajutnya.
Tidak hanya Alana, Abimana pun menyungingkan senyum bahagia. Abimana merindukan sentuhan kecil seperti ini. Ingin rasaya dia merengkuh tubuh Alana seperti dulu, lalu membawanya masuk kedalam kamar dan membuat tubuh yang menjadi candunya itu dibawah kungkungannya.
Tidak ingin terbakar cemburu, Aditya membuang muka. Aditya tidak suka melihat adegan yang ada dihadapannya saat ini, dia cemburu. Usahanya untuk mengantikan sosok Abimana dihati Alana sepertinya belum berhasil.
"Aku harus lebih gigih." gumam Aditya. Dia tidak akan menyerah, dia bisa membuat Alana dan Abimana berpisah tanpa perlu tahu kebenaran tentang siapa ayah dari Arkana.
Abimana memilih duduk disofa sambil melihat Arkana yang bermain dengan mobil-mobilan yang dia belikan dua bulan yang lalu.
"Pa...pap..." panggil Arkana saat melihat Abimana. Bayi laki-laki itu merangkak mencoba mendekati Abimana. Biasa Abimana yang mendekati sang putra lalu mengangkat tubuh mungil itu untuk dia gendong dan diajak bermain sambil mencium pipi chubby Arkana sampai puas. Arkana sepertinya merindukan hal itu, hingga dia yang mencoba mendekati Abimana yang tidak bergeming karena ragu.
Aditya yang tidak suka Arkana kesulitan mendekati Abimana, menghentikan usaha Arkarna untuk mendekati papanya.
"Jangan jauh-jauh merangkaknya. Lutut kamu bisa lecet sayang." ucap Aditya begitu Arkana sudah ada diatas pangkuannya.
Abimana cukup terkejut dengan sikap Aditya dan juga ucapan yang dilontarkan adiknya itu. Tapi Abimana mencoba berpikir positif, mungkin itu bentuk kemarahan sang adik padanya yang selama ini abai pada Arkana. Bukan abai, tapi belum bisa menerima kenyataan jika Arkana bukanlah putranya.
Kembali Abimana memperhatikan wajah Arkana yang juga mirip dengan Aditya. Itu berarti membuktikan jika Arkana juga mirip dengannya. Selama ini banyak orang yang mengira Abimana dan Aditya kembar, karena memiliki wajah yang hampir sama persis.
"Kembar darimananya?" rutuk Abimana jika ada yang berkomentar tentang dirinya dan Aditya. Ya, Abimana dan Aditya sering dikatakan kembar meski usia mereka sebenarnya terpaut cukup jauh, yaitu lima tahun.
Mengapa Abimana masih saja belum bisa menerima jika Arkana anaknya? Abimana masih meraba raba hatinya, mengapa sulit sekali untuk mengambil keputusan?
"Mas, ini minumnya." ucap Alana yang membuat Abimana lagi-lagi tersentak karena terkejut.
"Terima kasih." balas Abimana singkat meski sebenarnya dia ingin bicara banyak dan meminta Alana untuk duduk disampingnya. Tapi ego Abimana masih sangat tinggi, hingga dia membiarkan Alana kembali menjauh.
Ada perasaan bahagia kembali diperhatikan Alana seperti ini. Haruskah dia mengabaikan hasil DNA tersebut? Bukankah jelas wajah Arkana sangat mirip dengannya. Dia akan berpura-pura tidak pernah tahu hasil tes DNA tersebut dan bisa kembali tertawa bahagia bersama Alana dan Arkana, seperti yang dia lihat saat ini. Sayangnya posisi Abimana saat ini digantikan Aditya sang adik.
"Kamu tidak ada kerjaan di rumah sakit apa, Dit?" tanya Abimana tiba-tiba yang langsung menghentikan tawa Alana.
Alana melihat pada Abimana sekilas, jelas disana tergambar wajah cemburu dari suaminya itu. Tapi Alana tidak ingin besar kepala, "Mengapa juga dia harus cemburu pada adiknya sendiri?" gumam Alana didalam hati. Tanpa Alana sadari, dia akan menyesal kelak sudah bicara seperti ini.
"Kana ayo kita ke kamar, sudah waktunya bobo, sayang." ucap Alana sambil mengulurkan tangannya meminta Arkana dari pangkuan Aditya.
Lagi-lagi Abimana menahan cemburu saat melihat Alana harus berdekatan dengan Aditya. Apa lagi saat tangan Aditya tidak sengaja menyentuh tangan Alana dan wajah keduanya yang harus berdekatan. Abimana benci suasana ini, dia yang memberikan kesempatan pada keduanya hingga bisa dekat seperti ini. Dia harus bagaimana?
Abimana tidak akan membiarkannya lagi, cukup selama satu bulan ini Alana semakin dekat dengan Aditya. Abimana tidak ingin posisinya kelak digantikan Aditya. "TIDAK!" umpat Abimana dalam hati.
Berbeda dengan Abimana, Alana merasa perhatian Aditya hanya sebagai bentuk simpati dan empati dari pria itu terhadapnya dan Arkana. Sikap Aditya, tak lain hanya sebentuk tanggung jawab sebagai seorang adik ipar dan seorang paman dari Arkana.
"Sebagai dokter aku seharusnya lebih sibuk dari pada kamu, Mas! Tapi aku menyempatkan diri untuk bermain bersama Arkana yang sudah lama tidak mendapatkan perhatian dari papanya." jawab Aditya pertanyaan Abimana.
"Aku hanya tidak ingin masa pertumbuhan Arkana menjadi terganggu hanya karena keegoisan orang dewasa." ucap Aditya lagi.
"Aku pulang Mas." pamit Aditya, "Jangan halangi aku memberikan perhatian pada Arkana, jika kamu sendiri sudah tidak bisa memberikan perhatian kamu, Mas!" ancam Aditya lalu berjalan melewati Abimana yang hanya bisa terdiam.
Baru beberapa langkah, Aditya kembali berbalik melihat pada Abimana, "Begitu juga dengan Alana, jangan salahkan dia jika pada akhirnya akan nyaman bersamaku." ujar Aditya.
"Apa maksud kamu?" tanya Abimana meski sebenarnya dia tahu apa maksud ucapan adiknya itu.
"Alana cantik, siapa yang tidak akan jatuh cinta padanya?" jawab Aditya, yang membuat Abimana semakin tidak tenang mendengar jawaban adiknya itu.
Alana cantik bahkan bukan hanya cantik parasnya saja tapi juga cantik hatinya. Dan itu tidak dapat Abimana pungkiri, lalu mengapa dia bisa begitu saja yakin istrinya selingkuh? Hanya karena keterangan dari selembar kertas seperti yang Alana katakan.
...🌿🌿🌿...
...Ananku Ternyata Bukan Anak Suamiku...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments