Malam ini juga, Abimana kembali ke kediamannya yang dia tempati bersama Alana setelah menikah. Langkahnya sedikit ringan karena sudah melepaskan sesak yang dia rasakan dengan memberikan pelajaran untuk Aditya. Namun biarpun begitu Abimana sadar, itu semua bukan berarti masalah ini sudah selesai begitu saja. Abimana yakin, masih banyak hal yang harus dia perbaiki terutama untuk mengembalikan hubungannya dengan Alana yang tidak akan bisa sesempurna dulu.
Dan itu semua karena dirinya yang mudah terbakar emosi karena cemburu. Bagaimana dia bisa tidak percaya pada istrinya sendiri dan melontarkan kata yang menyakitkan untuk Alana.
Abimana lupa permintaan Alana yang selalu memintanya untuk percaya, seperti Alana yang akan selalu percaya dengan Abimana. Karena menurut Alana kokohnya rumah tangga mereka bukan hanya saling mencintai tapi juga harus didasari dengan saling memberikan kepercayaan. Abimana sudah berjanji untuk percaya, tapi dia dengan terang-terangan melangar janji itu disaat Alana membutuhkannya.
Berhenti sejenak, Abimana melihat kearah pintu kamar yang dia tempati bersama Alana tertutup rapat. Ada keinginan untuk segera menerobos masuk lalu memeluk sang istri dan meminta maaf. Tapi sebelum dia melakukan itu, Abimana ingin melihat keadaan Arkana. Bayi itu tidak salah apa-apa dalam hal ini, tapi adiknyalah yang telah menyalahgunakan kepercayaannya hingga Arkana terlahir kedunia ini.
Meski Arkana bukan darah dagingnya, Abimana berjanji tidak akan merubah apapun. Arkana tetap akan menjadi putranya seperti yang tertera di akta kelahiran Arkana. Tertulis jelas nama Abimana sebagai ayah dari Arkana dan Alana sebagai ibu yang melahirkannya. Mengapa harus benih yang ditanamkan Aditya yang tumbuh dirahim Alana? Pertanyaan itu cukup mengganggu pikiran Abimana, namun dia mencoba untuk menghalau pikiran buruknya.
Kinara baru saja selesai menidurkan Arkana dan meletakkan bayi itu ketempat tidurnya. Saat berbalik, Kinara terkejut dengan kehadiran Abimana yang sudah berada di kamar putra Alana itu. Pria itu berdiri di pintu dan mengedarkan matanya ke seluruh kamar ini lalu berhenti pada pintu penghubung yang tertutup rapat.
"Apa ada yang salah?" tanya Abimana yang menyadari keterkejutan Kinara.
Kinara menggeleng, "Tidak ada yang salah, hanya terkejut saja." jawab Kinara jujur.
Abimana berjalan mendekat dimana Arkana tengah tertidur lelap, "Mengapa kamu yang menidurkan Arkana? Kenapa bukan Alana?" tanya Abimana.
"Alana masih larut dalam kesedihan dan keterpurukannya. Jadi untuk sementara aku yang merawat bayi yang tidak bersalah ini." jawab Kinara. Ada ketakutan yang Kinara rasakan, tapi dia tidak berani memberitahu apa yang dia takutkan pada orang lain termasuk Abimana.
"Disaat seperti ini biasanya ibu dan ayah selalu ada untuk Alana. Begitu juga dengan bang Rendi dan kamu..." Kinara menjeda sejenak ucapannya, "Tapi sayangnya, hanya ada aku yang bertahan dan percaya Alana tidak mungkin berbuat kotor. Untuk bang Rendi, Alana yang tidak ingin aku memberitahu kakaknya itu. Tahu alasannya mengapa?" Abimana menggeleng.
"Alana tidak ingin keluarga kecil kakaknya bermasalah karena masalahnya. Sungguh itulah mengapa aku mengagumi Alana dan bisa bertahan hingga saat ini menjadi sahabatnya. Disaat dirinya kesulitan seperti ini pun, dia tetap memikirkan kebahagiaan orang lain." ucap Kinara kagum, matanya selalu berbinar saat membicarakan Alana.
"Tapi kamu...." Kinara tidak dapat melanjutkan ucapannya. Biarkan Abimana menjawab sendiri kesalahan yang pria itu lakukan pada Alana.
"Aku baru saja menghajar anak itu." ucap Abimana memberi tahu Kinara.
Tidak perlu bertanya siapa yang dimaksud Abimana dengan sebutan anak itu. Sudah pasti Aditya, tokoh utama yang menciptakan masalah ini ada.
"Sampai puas?" tanya Kinara. Selain ingin tahu perasaan Abimana, Kinara juga ingin tahu keadaan Aditya. Dia berharap wajah tampan itu penuh luka dan bengkak dimana-mana setelah mendapat pukulan dari Abimana. Meskipun itu tidak bisa mengembalikan jiwa Alana yang terlanjur terluka.
"Belum, hanya pukulan ringan karena terlanjur dihentikan Jefri." jawab Abimana menjelaskan, "Tapi sepertinya pukulan tadi tidak mampu membuat anak itu sadar." ucap Abimana lagi.
Kinara mencoba menatap Abimana yang terlihat kacau, "Mas terluka." tunjuk Kinara pada sudut bibir Abimana yang terlihat ada darah yang mengering disana.
"Sakitnya tidak sebanding dengan luka yang Alana rasakan." balas Abimana.
"Titip Kana, aku mau membersihkan diri dan menemui Alana." ucap Abimana, pamit pada Kinara.
Pria itu berbalik hendak menuju pintu yang terhubung. Belum sampai disana, Kinara memberitahunya, "Pintunya dikunci Alana dari kamar sebelah. Mas Abi lewat depan saja, biasanya tidak dikunci oleh Alana." ucap Kinara memberi tahu.
Tidak mengangguk maupun membalas ucapan Kinara, Abimana langsung saja berbalik menuju pintu keluar. Kinara yang melihatnya hanya bisa menghela nafas. Kinara tidak bisa sepenuhnya marah pada Abimana, karena kesalahan sepenuhnya ada pada Aditya si biang masalah. Namun Kinara menyayangkan sikap Abimana yang tidak percaya pada kesetiaan sahabatnya.
Seperti yang Kinara katakan, Alana tidak mengunci pintu kamarnya. Abimana masuk dan melihat wajah sembab Alana yang membuatnya semakin menyesal dengan sikap dan tindakannya yang menuduh Alana selingkuh.
Selesai membersihkan diri, Abimana naik ketempat tidur. Dia memberanikan diri memeluk Alana dari belakang dan meminta maaf dalam isakan tangis.
Alana mengerjap, dia baru saja terlelap tapi beban yang dia rasakan di perutnya serta isakan tangis dan permohonan maaf dari Abimana membuatnya terjaga. Tidak ingin Abimana tahu jika dia bangun, Alana kembali menutup mata dan menyimak setiap ucapan permintaan maaf dari Abimana hingga rasa kantuk kembali menerpa dan dia kembali terlelap dalam pelukan sang suami.
Abimana sudah bersiap untuk meminta maaf secara langsung dihadapan Alana. Karena itu dia sengaja menunggu sang istri bangun. Begitu Alana membuka mata dan duduk dipinggir tempat tidur, Abimana langsung mendekat dan bersimpuh di pangkuan Alana. Apa yang semalam dia ucapkan dalam tangisnya, kini dia ulangi tanpa airmata.
Alana mencebik, "Dasar Abimana, tetap saja tidak mau terlihat rapuh di depan orang lain." batin Alana. Untung saja semalam dia pura-pura tidur dan bisa tahu penyesalan suaminya.
"Al, sungguh Mas minta maaf. Mas akan menerima Kana sebagai putra, Mas. Jadi, jangan kamu abaikan lagi putra kita." ucap Abimana memohon.
Sayangnya suasana Alana yang tadinya senang karena Abimana mengakui kesalahannya kini kembali merasa kesal begitu pria itu menyebut nama Arkana. Ada apa dengan Alana?
Permintaan Abimana pada Alana tentang Arkana tidak digubris wanita itu. Sikapnya masih dingin pada Arkana, Alana tidak lagi peduli dengan bayi yang tidak berdosa itu. Abimana kehabisan akal bagaimana agar Alana kembali mau merawat putra mereka.
"Al, kita main sama Kana bagaimana?" ajak Abimana dengan girang, ini salah satu cara agar Alana mau kembali merawat putranya.
"Jangan sebut nama itu dihadapanku." sahut Alana yang membuat Abimana terkejut karena tidak percaya dengan apa yang Alana ucapkan.
"Dia putra kita, Al." ucap Abimana. Alana menggeleng, "Aku... aku..."
Tidak tega melihat Alana yang akan kembali menagis, Abimana membawa wanita itu kedalam pelukannya. Namun lagi-lagi Abimana tidak menyangka dengan penolakan yang Alana lakukan padanya.
"Jangan sentuh aku, aku kotor. Aku tidak bisa menjaga kehormatanku sebagai istri!" ucap Alana dengan nada yang dua kali lebih tinggi dari biasanya.
Abimana terdiam, ini salahnya hingga Alana bersikap seperti ini. Untuk merawat Arkana, Abimana bisa mencari babysitter. Sementara dia sendiri akan fokus pada Alana.
...🌿🌿🌿...
...Ananku Ternyata Bukan Anak Suamiku ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Yuliana Tunru
kasihan arkana ..dia tdk salah alana tp jika kamu ttp tdk terima sisp2 z adit pasti akan mengambil x
2023-04-17
1