Setelah cukup lama berpikir dan berperang dengan batinya untuk membuat suatu keputusan, Abimana akhirnya memutuskan untuk memenuhi permintaan Alana. Pria itu akhirnya membawa Arkana kerumah sakit untuk bertemu dengan Alana.
Karena permintaan Alana juga, maka yang menemani Arkana adalah bi Onah. Abi tidak tahu saja jika bi Onah adalah sekutu Alana. Jika babysitter Arkana yang ikut maka Alana tidak bisa puas bermain dengan putranya.
"Bi, terima kasih." ucap Alana begitu Abimana meninggalkannya dengan bi Onah dan Arkana di kamar yang Alana tempati. Pria itu tiba-tiba saja menerima telepon dan harus kembali ke perusahaan.
"Sama-sama Nyonya, dengan begini Bibi bisa jalan-jalan." jawab bi Onah. Alana membalas dengan senyuman sambil memangku Arkana.
"Anak bunda yang pintar ya selama jauh dari bunda." ucap Alana sambil menciumi pipi Arkana yang semakin berisi.
"Bu, kenapa mau tinggal di sini?" tanya bi Onah prihatin.
Alana mengangkat bahu, dia sendiri tidak mengerti apa yang dia inginkan hingga berkorban sejauh ini. Berpisah dengan Arkana bukan membuat hati dan hari-harinya membaik, tapi semakin memburuk. Rasa rindu pada Arkana, membuat Alana semakin membenci Aditya.
Untung saja hari ini Abimana mewujudkan permintaan yang Alana sampaikan pada suster, mengizinkan dia bertemu putranya. Kehadiran Arkana tentu saja mampu sedikit menghilangkan sesak dan rasa kesal yang Alana rasakan.
Sayangnya kebahagiaan yang tengah dia rasakan terengut oleh kehadiran Aditya yang tiba-tiba. Tubuh Alana bergetar begitu melihat sosok laki-laki yang telah menghancurkan hidupnya itu berada di kamar rawat yang dia tempati.
"Ma...mau apa kamu kesini?" tanya Alana gugup.
Alana kira dia mampu menghadapi Aditya, tapi nyatanya dia masih saja lemah dan ketakutan melihat laki-laki itu.
"Sayang, aku kangen sama kamu dan anak kita." jawab Aditya tanpa rasa bersalah.
Mendengar jawaban Aditya membuat emosi Alana terpancing, "Anak kita?" beo Alana.
"ARKANA HANYA ANAKKU BUKAN ANAK KAMU!" sahut Alana dengan nafas memburu. Dadanya kembali merasakan sesak, Aditya benar-benar membuatnya seperti wanita rendahan yang bisa dia ajak tidur sesuka hatinya. Keberanian Alana bagkit karena merasa direndahkan oleh adik iparnya itu.
"Anak ayah main apa sayang?" tanya Aditya pada Arkana, dia menghiraukan kemarahan yang kini tengah menguasai Alana.
Diabaikan, Alana merasa kesal, Aditya tidak menghiraukan kemarahannya. Sungguh jika menghabisi nyawa seseorang tidak berdosa, mungkin Alana akan melakukan itu dari pada seperti saat ini tersiksa dengan rasa marah benci menjadi satu yang menghadirkan ketidak nyaman dan ketenangan dihatinya.
"Sini main sama ayah, ayah kangen lho sama Arkana." ucap Aditya lagi. Arkana yang akhir-akhir ini dekat dengan Aditya, mau begitu saja saat di bawa Arkana kedalam gendongannya.
"Kesayangan ayah makin tampan aja, seperti siapa ya?" tanya Aditya menggoda sang putra
"Ayah." jawab Aditya meniru suara anak kecil.
Alana berdecak mendengar ucapan terakhir Aditya. Narsis sekali pikir Alana bergumam di dalam hatinya.
Selanjutnya Alana memilih diam dan membiarkan Aditya bermain dengan Arkana. Percuma dia melawan karena pria itu sulit dilawan jika ada kemauan. Bi Onah pun sama, sebagai asisten rumah tangga dia tidak bisa berbuat banyak untuk mengusir Aditya.
Puas melepas rindunya dengan Arkana, Aditya meminta bi Onah mengajak Arkana bermain diluar.
"Bi, saya ingin bicara penting dengan Alana. Tolong Bibi ajak Arkana bermain diluar sebentar." pinta Aditya.
Bi Onah mau tidak mau membawa Arkana keluar dari kamar Alana dan membiarkan nyonyanya berdua Aditya. Ada perasaan cemas dan juga takut terjadi apa-apa dengan Alana, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa dan menolak permintaan Aditya yang selama ini dia kenal sebagai orang yang baik.
Selepas kepergian bi Onah, Aditya langsung memeluk Alana dari belakang. Tubuh Alana yang sudah mulai tenang dari rasa gemetarnya, kini berubah menjadi kaku. Hatinya ingin berontak untuk lepas dari pelukan itu, tapi tubuhnya terasa lemas tidak berdaya. Alana benci dengan keadaannya saat ini.
Ketertidak berdayaan Alana dimanfaatkan Aditya untuk melepaskan rindu pada wanita yang dicintainya itu. Alana menagis dalam diam, mengutuki diri mengapa dia selamah ini?
Alana terduduk lemas, kehadiran Aditya kembali merusak hari-harinya. Apa lagi, pria itu mulai berani dengan setiap hari mengunjunginya. Sejak kedatangannya yang tiba-tiba, kini sudah terjadwal. Aditya tidak tahu, jika setiap malam Alana tidak bisa tidur dan berteriak ketakutan. Alana merasa jijik dengan tubuhnya sendiri yang telah disentuh Aditya.
Melihat kondisi Alana yang memburuk hampir satu minggu ini, pihak rumah sakit akhirnya melaporkan pada Abimana. Pria itu selama satu minggu ini sibuk dengan pekerjaanya, sehingga tidak ada waktu untuk menjenguk Alana. Terakhir mereka bertemu, saat Abimana mengantarkan Arkana kerumah sakit bertemu Alana.
Melihat panggilan dari rumah sakit yang merawat Alana, Abimana segera mengangkat panggilan itu. Dia takut terjadi sesuatu pada sang istri.
"Selamat malam, Apa betul ini dengan bapak Abimana Rahardian?" tanya perawat dari seberang sana.
"Iya betul, saya sendiri. Apa terjadi sesuatu pada istri saya?" tanya Abimana.
"Ada yang perlu kami laporkan Pak." jawab orang pihak rumah sakit tersebut.
Abimana mendengarkan penjelasan dari pihak rumah sakit, tangannya mengepal saat tahu Aditya sering mengunjungi Alana hingga membuat istrinya menjadi tidak nyaman dan selalu ketakutan.
"Terima kasih informasinya." ucap Abimana setelah pihak rumah sakit selesai bicara.
"Sama-sama Pak, selamat malam."
"Selamat malam." balas Abimana.
Malam ini ingin sekali Abimana mengunjungi istrinya, namun melihat tumpukan pekerjaan dihadapinya membuat Abimana memutuskan untuk menyelesaikan pekerjaanya biar besok pagi dia bisa membuat perhitungan dengan adiknya itu. Abimana bahkan tidak sudi lagi menganggap Aditya itu adiknya.
Keesokan harinya Abimana pagi-pagi sekali melajukan kendaraannya menuju kediaman orang tuanya. Aditya sedang berada disana sejak tadi malam, entah ada angin apa membuat adiknya itu menginap dikediaman orang tua Abimana.
Tiba dikediaman orang tuanya, Abimana melihat kendaraan milik Aditya masih terparkir sempurna. Abimana turun dari kendaraanya, dia mencoba memasang wajah setenang mungkin meski dirinya saat ini sedang diliputi rasa marah pada sang adik.
"Selamat pagi Den." sapa Ratih asisten rumah tangga orang tuanya.
"Pagi Mbak, apa papa sudah bangun?" balas Abimana.
"Tuan sudah ada dimeja makan bersama nyonya." jawab Ratih.
"Aditya?"
"Den Adit masih di kamarnya, Den." jawab Ratih.
Abimana masuk kedalam rumah yang besarnya lebih besar dua kali lipat kediaman yang dia tempati bersama Alana. Dia langsung menuju ruang makan. Sudah ada tuan Wijaya sang papa dan Ajeng istrinya, ibu sambung Abimana.
"Abi." panggil Ajeng menyapa Abimana putra suaminya itu. Meski mereka ibu dan anak tiri, tapi hubungan keduanya sangatlah baik. Abimana sangat menghormati ibu sambungnya tersebut.
"Kamu sendiri? Mana menantu dan cucu papa?" tanya Wijaya.
"Abi hanya mampir Pa, jadi mereka tidak ikut." jawab Abimana yang sudah pasti berbohong.
"Ayo, ikut sarapan bersama kami, Bi." ajak Ajeng.
Abimana tidak menolak, dia duduk disisi kiri Wijaya dan berhadapan dengan Ajeng. Tidak menolak saat Ajeng menyodorkan sepiring nasi goreng dihadapannya. Meskipun Ajeng hanya ibu sambung, tapi wanita itu tidak membedakan perhatiannya antara Abimana dan Aditya yang merupakan anak kandung Ajeng.
...🌿🌿🌿...
...Ananku Ternyata Bukan Anak Suamiku...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Anisatul Azizah
harusnya yg masuk RSJ itu Aditya, bisa2nya lolos jd dokter
2025-02-10
0
Yuliana Tunru
adit kyk keturunan pelakir..ipar j di embat..parah2
2023-04-20
1