Begitu tiba dikediaman yang Alana diami selama tiga tahun terakhir ini bersama Abimana, Alana langsung masuk kekamar pribadinya. Dia melewati bi Onah begitu saja, tanpa bertanya tentang keadaan Arkana.
Bi Onah hanya bisa menatap binggung pada Alana yang kian menjauh menuju lantai dua. Wanita paruh baya itu sekarang diminta Alana menginap untuk membantunya menjaga Arkana sejak Abimana pergi dari kediaman mereka.
"Ada apa Non?" tanya bi Onah pada Kinara yang hanya menjawab dengan mengangkat kedua bahunya. Bukan tidak tahu penyebanya, hanya saja Kinara belum bisa memberitahu banyak hal pada bi Onah.
Kekecewaan yang Alana alamami sepertinya juga berpengaruh pada Arkana. Kini, bukan hanya tidak bertanya tentang keadaan Arkana, tapi Alana sepertinya juga tidak ada keinginan untuk bertemu putranya, meski sekedar melihat Arkana sedang apa.
Kinara hanya bisa menghembuskan nafas kasar melihat keadaan ini. Sikap yang seperti ini bukanlah Alana yang dia kenal. Masalah yang menimpa sahabatnya sepertinya sudah mampu merubah sosok Alana yang Kinara kenal. Alana wanita yang selalu peduli pada sekitar, apa lagi menyangkut orang-orang yang disayangnya, terutama anak dan suaminya. Sekarang?
"Ini semua karena kamu, Aditya!" geram Kinara yang merasa gagal menjaga Alana seperti pesan kedua orang tua sahabatnya itu.
Dua hari berlalu, Alana mengurung diri dikamar. Ibu Arkana itu keluar kamar hanya saat Kinara mengajaknya untuk sarapan, makan siang dan makan malam. Hal ini tentu saja membuat Kinara resah. Sedih sudah pasti, dan Kinara takut Alana berbuat nekat. Untungnya sahabatnya itu tidak menolak saat diajak makan. Tapi sikapnya yang mengabaikan Arkana tidak bisa Kinara diamkan saja.
Sempat berpikiran untuk menghubungi Rendi, abang Alana. Tapi, Kinara ingat pesan Alana untuk tidak melibatkan kakaknya itu jika ada masalah. Sekarang apa yang harus Kinara lakukan? Mencoba berpikir Kinara menemukan sebuah ide.
"Kana sayangnya aunty, sabar ya. Aunty udah punya rencana biar mama Kana mau main lagi sama Kana." ucap Kinara pada bayi yang tidur dalam pelukannya. Kinara yakin dengan apa yang akan dia lakukan bisa mengembalikan keceriaan Alana.
"Sorry ya Al, sekali ini saja aku berbeda pendapat dengan kamu. Aku harus lakukan ini." gumam Kinara yakin dengan esok yang akan baik-baik saja.
Untung saja dia memutuskan untuk tinggal di kediaman Alana setelah tahu Abimana memutuskan pergi, sehingga Arkana tidak begitu merasa kehilangan sosok ibu.
Keesokan harinya, Kinara pamit untuk berangkat kerja setelah dua hari ini dia izin tidak masuk kerja. Untungnya saja dia bekerja di perusahaan milik keluarganya sendiri.
"Al, nggak apa-apa kan aku tinggal?" tanya Kinara.
"Nggak apa-apa Ki, aku juga lagi mau sendiri." jawab Alana.
"Jangan lama-lama semedinya, siang jangan lupa makan!" ucap Kinara mengingatkan. Alana mengangguk sambil tersenyum. Meskipun bibirnya menyungingkan senyum, tapi Kinara tahu Alana sedang tidak baik-baik saja.
Gedung bertingkat dihadapanya saat ini menjadi tujuan Kinara pagi ini, sebelum dia menuju kantornya. Menarik nafas dalam-dalam Kinara meyakinkan diri apa yang dia lakukan bisa mengembalikan kepercayaan diri Alana. Abimana harus tahu, dia masih berstatus suami Alana, bukan?
"Ada apa? Aku sibuk!" jawab Abimana setelah tahu tamu yang ingin bertemunya pagi ini adalah Kinara, sahabat istrinya.
"Sesibuk apapun, kamu harusnya tetap mengurusi keluarga kamu!" geram Kinara. Tidak kakak tidak adik, dua-duanya membuat Kinara kesal.
"Keluarga yang mana? Istri yang selingkuh dengan adik ipar? Apa mereka masih bisa disebut keluarga?" Bukan pertanyaan tapi lebih tepatnya ungkapan kekecewaan seorang Abimana yang dia lontarkan.
"Jika belum tahu apa yang sebenarnya terjadi, sebaiknya jangan suka bicara asal. Disini bukan hanya Aditya dan Alana saja yang salah, tapi juga Mas Abi!"
Abimana menaikkan alisnya, yang selingkuh siapa? Mengapa dia ikut disalahkan? Abimana tidak terima dengan apa yang Kinara ucapkan. Baru akan membalas, tapi suara Aditya lebih dulu menggema diruangan Abimana.
"Jadi?" tanya Kinara setelah rekaman pengakuan Aditya berakhir, sementara Abimana hanya diam saja.
Kinara tentu saja penasaran, tindakan apa yang akan diambil oleh suami sahabatnya itu setelah tahu apa yang sebenarnya terjadi. Jelas yang salah Aditya dan juga Abimana yang terlau percaya pada adiknya. Sementara Alana? Dia hanya korban, begitu juga Arkana.
"Menyesal Mas?" tanya Kinara lagi.
"Bagaimana keadaan Al sekarang?" tanya Abimana mengabaikan pertanyaan Kinara.
Kinara menghela nafas, "Buruk." jawab Kinara.
"Buruk?" ulang Abimana penasaran.
"Pulang dan lihat saja sendiri!"
Setelah mengucapkan itu Kinara pergi dari ruangan Abimana. Selanjutnya, dia akan membuat perhitungan dengan Aditya.
Langit gelap dan udara dingin selepas hujan tidak menyurutkan Alana untuk tetap berdiri dibalkon sambil menerawang jauh menatap langit. Berharap ada secercah sinar yang mampu membawanya terbang ke langit lalu dipertemukan dengan kedua orang tuanya.
Alana rindu dua sosok yang selalu menyayanginya, selalu ada untuk melindunginya, selalu bisa memberikan solusi disetiap masalah yang menerpa hidupnya. Sayangnya mereka harus pergi lebih cepat dari yang Alana harapkan, menyisakan kerinduan yang kadang kala menyesakkan dada.
Kini... hanya ada Kinara disampingnya yang terus setia. Bagaiamana dengan Rendi? Sebagai kakak harusnya pria itu bisa membantu menyelesaikan masalah yang tengah Alana hadapi. Tapi, kenyataanya Alana tidak berani menghubungi kakaknya. Amel sang kakak ipar membuat hubungan antara adik dan kakak itu seperti dua orang asing sekarang. Mereka jarang bertemu karena jarak. Bicara lewat telepon pun bisa dihitung dengan jari.
"Ayah, Ibu apa kalian bisa melihatku?" tanya Alana pada kedua orang tuanya sambil menatap langit. Meski Alana tahu, sudah pasti pertanyaanya tidak akan mendapat jawaban dari kedua orang tuanya.
Meski begitu, Alana tetap saja bertanya, "Apa yang harus Al lakukan sekarang ayah, bunda?" tanya Alana lagi yang dijawab oleh suara hembusan angin.
Lagi-lagi Alana termenung, merenungi jalan hidupnya yang selalu berakhir buruk. Kesalahan apa yang dulu pernah dia lakukan hingga harus mendapatkan cobaan seperti ini?
Diperkosa adik ipar dan dia tidak tahu hal itu terjadi, hingga melahirkan seorang anak, "Arkana." ucap Alana lirih, "Maaf." ucapnya lagi dan air mata yang sejak tadi menggenang dipelupuk mata pun luruh membasahi pipi.
Abimana berdiri ditengah pekatnya malam, gerimis yang sejak tadi turun dan berlahan membasahi tubuhnya tak membuat Abimana meninggalkan tempatnya berdiri saat ini. Dari tempatnya berdiri, Abimana bisa melihat sosok Alana yang terlihat rapuh.
Suara tangis Alana memang tidak terdengar tapi tubuh yang berguncang itu sudah bisa memastikan Alana sedang menangis tapi mengapa harus di balkon dengan udara dingin seperti ini?
"Menyesal?" pertanyaan Kinara baru bisa Abimana jawab sekarang. Ya, dia sangat menyesal. Harusnya dia percaya Alana, istrinya wanita baik-baik dan Aditya orang yang harus Abimana mintai pertanggung jawabannya. Bertanggung jawab telah meniduri istrinya serta membuat hubungannya dan Alana merenggang seperti saat ini, bahkan mungkin akan hancur berantakan.
Tidak! Abimana akan berjuang sekali lagi, memohon maaf pada Alana dan akan menerima Arkana sebagai putranya seperti yang selama ini dia lakukan. Abimana akan menemui Alana, tapi tidak malam ini. Dia harus menyelesaikan masalahnya terlebih dahulu dengan Aditya.
Semoga saja Abimana tidak terlambat.
...🌿🌿🌿...
...Ananku Ternyata Bukan Anak Suamiku...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Anisatul Azizah
ki, bersyukur bgt Al punya sohib kaya kamu😍
2025-02-09
0