Tidak butuh waktu lama seperti yang dijanjikan Rara. Hasil tes DNA Aditya dan Arkana keluar. Seperti yang Kinara duga, Arkana ternyata putra dari Aditya. Kinara memutuskan harus segera memberitahu kebenaran ini pada Alana dan Abimana. Tentang bagaimana sikap mereka pada Aditya, Kinara serahkan pada keduanya.
"Bagaimana laki-laki itu melakukanya?" gumam Kinara tak habis pikir.
"Kasihan mbak Alana ya, Mbak Ki." sahut Rara menimpali. Mereka bertemu di kantin rumah sakit dan membaca hasilnya disana.
"Sejak awal aku sudah curiga. Sekarang yang aku takutkan kemarahan Alana dan Abimana terhadap Aditya." ujar Kinara.
"Hal yang wajar jika mereka marah Mbak. Siapa yang menduga orang yang seharusnya melindungi mbak Alana disaat suaminya tidak ada, justru berani melakukan hal yang tidak terpuji." ucap Rara membeberkan apa yang dia pikirkan.
"Aku takut Alana tidak kuat menghadapi cobaan ini, Ra. Dulu saat dia ditinggal menikah dihari pertunangannya, ada mas Abi yang mengobatinya. Sekarang..."
"Ada Mbak Kinara yang akan menguatkanya." sahut Rara menyambung ucapan Kinara.
"Ya, semoga mas Abi tidak salah paham dan menuduh Alana selingkuh dengan adiknya. Jika iya, Alana akan semakin hancur. Dia juga pasti merasa kotor karena tidak bisa menjaga kehormatannya, Ra." ucap Kinara cemas. "Sekarang aku harus bagaimana?" tanya Kinara meminta pendapat Rara.
"Lebih baik katakan yang sebenarnya dari pada Mbak Kinara tutupi dan pasti akan terkuak suatu saat dan itu lebih menyakitkan. Lebih baik sakit sekarang dari pada ditunda. Semua akan sama-sama sakit, tapi setidaknya jika sakitnya sekarang penyembuhannya akan lebih cepat." jelas Rara yang pernah mengecap ilmu psikologi.
Kinara membenarkan apa yang Rara ucapkan, "Lebih baik sakit sekarang dari pada nanti, karena sama-sama menyakitkan." gumamnya
Kinara menghubungi Alana, "Assalamualaikum Al. Kamu dimana?" tanya Kinara.
"Dikamar Kana." jawab Alana.
"Aku ingin bicara sesuatu yang penting, tapi jangan dirumah." ucap Kinara langsung pada pokok pembahasan. Sahabat Alana itu tidak suka yang namanya basa basi.
"Dimana?" tanya Alana yang langsung faham maksud Kinara.
"Tempat rahasia kita." jawab Kinara.
"Baiklah." balas Alana setuju. Tempat yang dimaksud Kinara memang tempat yang cocok untuk bicara yang membutuhkan ketenangan.
Satu jam kemudian, dua wanita dewasa duduk bersisian menghadap air yang terlihat tenang. Sejak tiba, tidak ada yang bersuara, keduanya tengah mencari ketenangan.
"Sudah?" tanya Alana. Kinara mengangguk, "Sudah." jawabnya.
"Jadi apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Alana lagi.
Dengan pelan dan hati-hati Kinara memberitahu apa yang dia lakukan tanpa memberitahu Alana sebelumnya. Sampai Alana megangguk mengerti dan faham maksud Kinara.
"Al, sekarang kita masuk kebagian terpenting." ucap Kinara.
"Hasilnya Arkana putra Aditya, kan?"
"Al!"
"Melihat cara kamu menyampaikan semuanya, aku bisa membaca hasilnya." jawab Alana.
"Kamu baik-baik saja?" tanya Kinara.
"Aku baik dan siap jika kamu ingin aku atau kamu memberitahu mas Abi." sahut Alana.
"Kita, kita yang akan bicara dengan mas Abi dan juga laki-laki itu untuk membuat perhitungan." sahut Kinara.
Alana mengangguk, dia tidak ingin Kinara melihat dirinya yang rapuh karena terluka. Kinara sudah membantunya sampai sejauh ini, maka Alana akan mengapresiasinya dengan baik. Untuk saat ini Alana akan berjuang untuk kuat, tapi Alana tidak bisa menjamin kedepannya tentang rasa sakit yang akan dihadapi. Tergantung reaksi Abimana dan juga Aditya serta lingkungan sekitar memandang dirinya.
"Al, cobalah untuk terima apapun yang mas Abi putuskan." pinta Kinara agar Alana tidak terlalu berharap banyak pada sikap Abimana.
Lagi-lagi Alana mengangguk, " Aku hubungi mas Abi sekarang, kapan kita bisa bicara dengannya." ucap Alana. Kini Kinara yang mengangguk setuju.
"Assalamualikum Mas." sapa Alana lembut seperti biasanya. Tidak ada yang tahu baik Kinara maupun Abimana jika Alana berusaha agar suaranya tidak bergetar karena rasa takut, marah dan benci.
"Waalaikumsalam sayang." balas Abimana.
"Mas, ada yang ingin Al bicarakan." ucap Alana.
"Sepuluh menit lagi Mas kesana. Kirim lokasi kamu saat ini." jawab Abimana yang langsung mengerti maksud ucapan Alana.
"Baik Mas. Assalamualaikum." ucap Alana.
"Waalaikumsalam." balas Abimana lalu menutup panggilannya.
Kini pandangan tertuju pada Seno, temannya yang dia minta tolong mencari tahu siapa laki-laki yang berani melecehkan Alana.
"Jadi apa yang ingin kamu laporkan?" tanya Abimana.
"Ck, buru-buru amat." sahut Seno.
"Aku ada janji dengan istriku." balas Abimana.
"Baiklah! Sampai saat ini tidak ada satupun laki-laki yang dekat dengan istrimu yang cantik itu, tapi yang mengagumi banyak." jawab Seno yang sengaja membuat Abimana cemburu.
"Tapi aku curiga sama seseorang." ucap Seno yang kini memasang wajah serius.
"Siapa?" tanya Abimana penasaran.
"Ini baru sebatas kecurigaanku saja, belum ada bukti. Tapi aku janji akan mengetahuinya secepatnya."
"Siapa yang kamu maksud Seno?" ulang Abimana pertanyaannya.
"Adikmu Aditya."
Abimana menggeleng, "Adikku pria baik-baik Seno." ucap Abimana memberitahu.
"Iya yang aku ketahui juga begitu, karena itu aku katakan ini hanya dugaan berdasarkan kecurigaan, bukan tuduhan. Ok!"
***
Abimana sudah duduk berhadapan dengan Kinara, disamping mereka berdua ada Alana. Saat ini mereka duduk dimeja bundar yang ada di kamar hotel. Sengaja memilih kamar hotel untuk mereka bertemu, karena mereka tidak ingin masalah ini terendus media atau ada yang tidak sengaja mendengarkan lalu merekam dan memviralkan masalah ini. Alana ingin menjaga nama baik keluarganya, terutama keluarga mertuanya yang cukup terpandang di negeri ini.
"Jadi apa yang ingin kamu tunjukkan pada saya, Ki?" tanya Abimayu.
"Ada hal penting yang harus Mas Abi ketahui. Setelah ini, Alana menyerahkan keputusan pada Mas Abi." jawab Kinara.
"Ada apa Al? Kenapa Kinara yang bicara?" tanya Abimana menyelidik.
Sejak dia masuk kedalam kamar, Alana tidak berani menatap dirinya. Istrinya itu lebih suka menunduk atau melihat kearah lain seakan ada yang tidak boleh diketahui Abimana. Tidak ingin menduga-duga, Abimana segera bertanya pada Kinara.
Hati dan pikirannya sedang tidak baik-baik saja saat ini. Ucapan Seno sejak tadi menganggu pikirannya. Apa yang temannya itu katakan sangat logis dan bisa diterima oleh akal sehat. Satu-satu pembuktiannya adalah dengan tes DNA dan apa yang dia lihat saat ini
Kinara baru saja menyodorkan sebuah amplop berlogo rumah sakit besar, itu berarti hasilnya akurat dan bisa dipercaya.
"Hasil lab apa ini?" tanya Abimana, "Apa hasil tes yang kamu lakukan untuk membuktikan kalau Arkana putraku, Al? Dan sayangnya hasilnya sama dengan yang aku lakukan. Arkana bukan putraku, hingga kamu tidak sadarkan diri berjam-jam."
Kinara cukup terkejut dengan reaksi Abimana. Mengapa pria itu terlihat tidak baik-baik saja. Ada luka yang Abimana coba tunjukkan. Tapi apa itu? Apa Abimana sudah tahu siapa ayak Arkana? Kinara mencoba menepis semua pikiran konyolonya.
Jangan tanyakan apa yang Alana rasakan. Hancur sudah mendengar perkataan Abimana, dan berpikir keras. Alana tidak bisa membayangkan reaksi Abimana saat tahu Aditya adalah pelakunya.
"Buka dan baca saja Mas. Ini bukti, bukan seperti apa yang Mas Abi ucapkan. Tapi lebih mengejutkan dari sebuah kejutan."
Mendengar ucapan Kinara, ada sedikit rasa penasaran yang mendorongnya untuk segera membuka dan membacanya. Mata Abimana membulat lalu menatap sinis pada Alana.
"KAMU SELINGKUH DENGAN ADITYA, ALANA! KAMU... PENGHIANAT!"
...🌿🌿🌿...
...Ananku Ternyata Bukan Anak Suamiku...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments