Abimana ikut menikmati sarapannya sambil menuggu Aditya yang tidak juga terlihat. Sesekali dia menjawab pertanyaan dari kedua orang tuanya tentang Alana dan Arkana. Orang tuanya belum tahu jika Alana dia titipkan di rumah sakit jiwa dan Arkana ternyata anak dari Aditya. Abimana tidak tahu bagaimana caranya dia menyampaikan pada keduanya, jika putra bungsu mereka sudah memperkosa kakak iparnya sendiri dan membuat rumah tangganya bermasalah seperti saat ini.
Ditengah kegelisahan Abimana, Aditya ikut bergabung di meja makan. Ingin rasanya Abimana segera melayangkan tinju pada adiknya itu. Bagaimana tidak maeah dan kesal, Aditya terus saja mengusik ketenangan Alana dan juga dirinya. Abimana tidak tahu, mengapa Aditya seolah menyimpan dendam pada dirinya. Mungkin saja bukan?
"Ada angin apa pagi-pagi begini Mas Abi sudah ikut sarapan di sini? Apa istrimu yang cantik itu tidak menyiapkan sarapan?" pertanyaan Aditya memancing kemarahan Abimana, lancang sekali adiknya itu seolah merendahkan dirinya yang tidak diperhatikan lagi oleh Alana.
Menebalkan sabar Abimana menjawab, "Istriku sedang sakit, tapi bukan itu yang membuat aku memutuskan untuk ikut sarapan disini. Kalau hanya untuk sarapan aku bisa beli diluar. Ada masalah penting yang ingin aku bicarakan pada Papa dan Bunda, terutama kamu Aditya."
Wijaya dan Ajeng bisa melihat wajah tidak suka Abimana pada Aditya. Tidak biasanya mereka seperti ini, kakak dan adik ini selalu akur meski mereka tidak terlahir dari rahim yang sama.
"Ada masalah apa kalian berdua?" tanya Wijaya pada kedua putranya.
"Tanyakan pada putra bungsu Papa, apa yang sudah dia lakukan di belakang kita khususnya terhadap kakaknya ini." jawab Abimana.
Wijaya menatap Aditya yang terlihat biasa saja meski putra bungsunya itu sempat terkejut dengan jawaban Abimana.
"Ada apa Adit?" tanya pak Wijaya menatap penuh tanya pada sang putra.
"Tidak ada, hanya masalah kecil dengan kakak ipar." jawab Aditya santai.
Abimana yang mendengar jawaban Aditya mengepalkan kedua tanganya. Bagaimana bisa memperkosa kakak iparnya dia katakan masalah kecil. Sepertinya Abimana benar-benar sudah tidak mengenali adiknya ini. Apa mungkin cinta yang dimiliki Aditya pada Alana begitu besar hingga dia memganggap ini hal yang biasa. Atau Abimana yang terlalu percaya dengan adiknya hingga memberikan kesempatan Aditya melakukan hal buruk itu pada Alana.
"Kamu bermasalah dengan kakak ipar mu?" tanya Ajeng. Sungguh dia tidak mengerti apa yang terjadi.
Yang Ajeng tahu, Aditya memang sering menginap di kediaman Abimana dengan alasan kediaman itu lebih dekat dengan rumah sakit milik Aditya dari pada pulang ke kediaman orang tuanya.
"Apa kakak ipar kamu tidak suka kamu sering menginap di kediaman kakak mu?" tanya Ajeng lagi.
"Tidak! Kakak ipar sangat suka jika aku mengunjungi apalagi menginap disana. Mas Abi yang tidak suka aku berada disana." jawab Aditya.
"Tentu saja aku tidak suka karena kamu sudah merengut kebahagian rumah tanggaku!" ucap Abimana kesal. Dia bicara dengan meninggikan suaranya, hal yang tidak pernah Abimana lakukan didepan orang tuanya meski kesal sekalipun.
"Bi!" seru Wijaya tidak suka dengan nada tinggi Abimana saat bicara.
"Merengut kehormatan istriku kamu katakan itu masalah kecil?"
Ajeng menutup mulutnya dengan tangan mendengar pertanyaan Abimana pada Aditya. Bukan pertanyaannya yang membuat Ajeng terkejut, tapi pernyataan Abimana tentang Aditya merengut kehormatan Alana, itu berarti Aditya melecehkan kakak iparnya. Apa anaknya sebejat itu? Ajeng tidak yakin. Dia mendidik putra-putranya sebaik mungkin dan selalu ia tekankan untuk selalu menghargai kaum wanita, seperti mereka menghargai Ajeng.
"Kamu pasti tahu dimana sekarang dia aku titipkan. Semata-mata untuk menjauhkan Alana dari kamu. Tapi...."
"Tapi apa? Aku bisa menemukan keberadaannya bukan?" potong Aditya ucapan Abimana.
"Iya dan itu membuat kondisinya yang mulai membaik menjadi kembali buruk. Apa kamu tahu mengapa aku titipkan dia di rumah sakit jiwa?" sahut Abimana yang sudah tidak bisa lagi menahan bicaranya untuk melawan Aditya.
"Apa! Rumah sakit jiwa?" tanya Ajeng tidak percaya. Separah itukah Alana hingga harus dititipkan di rumah sakit jiwa.
"Abi, ceritakan apa yang terjadi!" ucap Wijaya memberi perintah.
Suasana seketika hening, Abimana tidak tahu harus dari mana dia memulai ceritanya. Menatap kedua orang tuanya, Abimana mencoba menenangkan diri agar bisa memberi tahu keduanya tanpa melibatkan emosi.
"Aku bisa menjelaskan Pa." ucap Aditya menyela, karena Abimana diam saja. Tidak peduli jika kakaknya itu sedang merangkai kata agar orang tua mereka tidak shok mendengar apa yang akan dia sampaikan.
"Papa meminta mas kamu yang menjelaskan, bukan kamu!" bentak Wijaya yang membuat Aditya terdiam, Abimana tersentak dari pikirannya sendiri sementara Ajeng memegang kepala.
"Awalnya terungkap saat Arkana sakit." ucap Abimana mengawali ceritanya.
"Sakit? Kapan?" tanya Ajeng yang tidak mendengar tentang Arkana sakit. Biasanya dia selalu jadi orang pertama yang tahu dari Alana.
"Cerita Abi jangan dipotong, Bun!" ucap Wijaya.
"Maaf." cicit Ajeng, "Bunda hanya terkejut."
"Bunda dan Papa sedang berada di Singapore. Maaf jika tidak memberi tahu, karena Abi merasa kacau saat itu. Bukan karena Arkana yang sakit, tapi kenyataan tentang siapa ayah dari Arkana yang membuat Abi terguncang. Abi merasa terhianati waktu itu." ucap Abimana melanjutkan ceritanya. Dia berhenti sejenak untuk menetralkan emosinya. Mengingat saat itu, Abimana kembali terguncang. Namun keadaan Alana saat ini, membuat Abimana harus kembali membeberkan kebenaran pada kedua orang tuanya.
"Alana selingkuh?" tanya Ajeng begitu melihat Abimana diam. Dia tidak tahan untuk tidak bertanya.
Abimana menggeleng, "Alana diperkosa. Abi merasa gagal menjaga kehormatan istri Abi." Abimana tidak bisa tidak untuk menangis.
"Kamu tahu siapa yang melakukannya?" tanya Wijaya.
"Tunggu! Aditya, jagan katakan kamu adalah pelakunya!" ucap Ajeng menata menyelidik pada putranya.
"Aku mencintai Alana. Mas Abi mengabaikannya, jadi tidak salahkan aku menyalurkan perasaan sayangku."
PLAAAK
Suara tamparan keras mengenai wajah Aditya, "Bunda..." panggil Aditya tidak percaya. Selama ini bundanya itu selalu bersikap lembut dan sangat menyayanginya.
"Apa yang Bunda ajarkan padamu selama ini ternyata tidak kamu dengarkan, Aditya! Mengapa kamu tega melakukan semua ini pada kakakmu sendiri?"
Ajeng tidak dapat menahan air matanya, dia menagis, menangisi dia yang gagal mendidik putranya. Dia lengah hingga tidak bisa membaca sikap baik Aditya pada Alana selama ini karena rasa cinta putranya pada sang menantu.
"Alana terguncang?" tanya Wijaya pada Abimana, dia khawatir pada kesehatan menantunya itu. Alana gadis baik-baik, menantunya pasti sangat terhina direndahkan oleh adik iparnya sendiri.
"Iya, Abi juga ikut andil membuat Alana depresi. Abi mengira Alana selingkuh dengan Aditya, hingga Abi mengabaikan Alana yang saat itu butuh kepercayaan dari Abi."
Abimana menyalakan kembali rekaman video yang diberikan Kinara padanya, sebagai bukti jika Alana tidak bersalah tapi justru menjadi korban dari bejatnya perbuatan dari Aditya.
Baik Wijaya dan Ajeng, keduanya menyalahkan Aditya. Merasa dipojokkan Aditya tidak terima, diapun bicara dan memberi tahu serta bukti pada semua orang.
"Aku melakukannya agar keluarga Mas Abi bahagia, Mas Abi itu tidak bisa memiliki keturunan." ucap Aditya membela diri.
Bab 19
Protagonis pria berdebat dengan adiknya disaksikan oleh kedua orang tua mereka yang saat itu tengah menikmati sarapan.
Orang tua protagonis kecewa pada anak bungsunya dan marah besar pada adik protagonis setelah tahu apa yang terjadi pada protagonis wanita, menantu mereka.
Adik protagonis pria tidak terima begitu saja disalahkan oleh kakak dan kedua orang tuanya. Dia mengeluarkan sebuah fakta yang membuat protagonis pria tidak lagi bisa bicara.
...🌿🌿🌿...
...Ananku Ternyata Bukan Anak Suamiku...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments