Kinara terjaga dari tidurnya saat mendengar tangisan Arkana. Meski masih merasakan kantuk yang menyerang, Kinara bangun dan mendekati Arkana yang tidur di box bayi. Bocah delapan bulan itu sudah Kinara anggap seperti putranya sendiri, karena itu dia tidak keberatan saat Alana memintanya untuk menjaga Arkana malam ini.
"Panas." gumam Kinara.
Untuk menghentikan tangis Arkana, Kinara menggendong bayi itu setelah sebelumnya dia menganti popok yang sudah penuh dengan air kecil.
"Sayang bunda kenapa tiba-tiba panas, nak?" tanya Kinara sambil mengayun-ayun bayi laki-laki itu.
Arkana tidak juga berhenti menagis bahkan lebih kencang dari sebelumnya. Aditya yang memang sering menginap dikediaman kakaknya jika pulang malam dari rumah sakit ikut terjaga. Pria tampan itu segera menuju kamar Arkana yang berada tepat disamping kamarnya.
"Ki!" panggil Aditya terkejut karena ternyata Kinara yang berada di kamar Arkana.
"Adit, kebetulan sekali ada kamu. Kana panas." ucap Kinara memberitahu dokter muda itu.
"Sini biar aku yang gendong."
Aditya mengambil alih Arkana, dan bayi laki-laki itu langsung diam dari tangisnya. Sambil menggendong Arkana, Aditya memeriksa suhu tubuh bayi lucu itu.
"Kana langsung diam dipegang ahlinya." ujar Kinara yang merasa lega. Sementara Aditya hanya tersenyum menanggapi ucapan Kinara.
"Kemana Alana?" tanya Aditya.
"Kakakmu membawanya untuk merayakan anniversary mereka yang ke tiga." jawab Kinara yang langsung membuat Aditya merasa sesak.
"Tahu ada kamu, aku tidak perlu berlama-lama membuatnya berhenti menangis." ucap Kinara lagi sambil memperhatikan apa yang dilakukan Aditya saat ini.
"Panasnya tinggi." gumam Aditya lalu meletakkan bayi yang sudah tenang itu kedalam box bayi.
"Titip Arkana, aku ambilkan obat turun panas dulu." ucap Aditya pamit pada Kinara yang hanya mengangguk.
"Kana, kamu setuju tidak jika aunty menjadi kekasih uncle tampan kamu itu." ucap Kinara sambil terkekeh geli sendiri dengan ucapannya.
"Tapi dia sama seperti papa kamu, pria freezer susah mencairkannya." rutuk Kinara.
"Kana... kamu kenapa sayang!" teriak Kinara saat putra Alana itu kejang-kejang.
Aditya yang juga melihatnya langsung mengangkat tubuh mungil itu, "Ikut aku kerumah sakit." ucap Aditya yang langsung diangguki Kinara.
"Anak ayah yang kuat ya sayang. Kita ke rumah sakit ayah." bisik Aditya tapi masih bisa didengar oleh Kinara.
'Ayah? Bukankah biasanya uncle?' batin Kinara.
"Kamu yang menyetir!" Aditya memberikan kunci mobilnya pada Kinara yang harus setuju dengan keputusan Aditya.
"Kerumah sakit milikku." ucap Aditya begitu mereka sudah berada didalam mobil.
Abimana dan Alana tiba dirumah sakit. Mereka langsung menuju kamar dimana Arkana dirawat. Hanya ada Kinara dikamar itu yang tertidur menjaga Arkana yang juga terpejam dengan selang inpus ditangan kirinya. Alana yang melihat itu langsung mendekati sang putra.
"Maafin Mama ya sayang." ucap Alana yang menyesal telah meninggalkan putranya dirumah.
"Mas keruangan Aditya dulu, mau bertanya tentang kondisi Kana." ucap Abimana lalu mengecup pucuk kepala Alana dan berjalan keluar setelahnya.
"Jadi apa yang terjadi pada Kana?" tanya Abimana pada Aditya setelah duduk dihadapan adiknya itu.
"Tidak ada apa-apa. Semalam panasnya tinggi dan sempat kejang-kejang." jawab Aditya.
"Hanya itu?" tanya Abimana tidak percaya.
"Iya, hanya itu. Mungkin karena tidak biasa jauh dari ibunya." jawab Aditya meyakinkan.
"Kenapa sampai dirawat?" tanya Abimana lagi karena tidak puas dengan jawaban Aditya.
"Cairan inpus itu hanya nutrisi untuk tubuh mungilnya. Aku dokter Mas, aku juga sayang Arkana jadi percayakan kesehatanya padaku." jawab Aditya.
Abiman mengangguk, adiknya benar mengapa dia ragu dengan jawaban Aditya. Selama ini Aditya selalu memantau kesehatan Arkana dan asupan gizi putranya meski tidak sedang sakit.
"Terima kasih." ucap Abimana tulus pada Aditya.
"Tidak perlu berterima kasih. Dia putra kakakku, itu berarti juga putraku." balas Aditya.
"Hemm." sahut Abimana lalu berdiri.
"Aku akan kembali ke kamar Kana." ucap Abimana pamit pada adiknya.
Diperjalanan kembali ke kamar rawat Arkana, Abimana melewati ruangan perawat. Ucapan salah satu perawat menarik perhatian Abimana sehingga dia meghentikan langkanya untuk mendengar lebih lanjut percakapan para perawat itu.
"Golongan darah keponakannya dokter Aditya apa Ren?" tanya salah satu perawat yang akan mengisi data.
"Sebentar aku lihat hasil tesnya dulu." jawab perawat yang bernama Reni itu.
"Cepatan aku mau menyelesaikan datanya biar diperiksa dokter Aditya." balas Ita, perawat yang sebelumnya bertanya pada Reni.
"Golongan darahnya B, Kak." ucap Reni.
"B?" gumam Abimana terkejut.
Bagaimana dia tidak terkejut? Abimana dan Alana sama-sama memiliki golongan darah O. Darimana putranya mendapatkan golongan darah B?
"ALANA!" geram Abimana dalam hatinya.
Niatnya untuk kembali ke kamar rawat Arkana dia urungkan. Batin Abimana bergejolak menanyakan siapa ayah dari Arkana.
"Tidak!" Abimana mengepalkan tangannya.
"Alana tidak mungkin bermain dibelakangku. Dia wanita baik-baik." ucap Abimana untuk menghibur dirinya.
"Mas!" tegur Aditya yang melihat Abimana duduk dibangku yang tidak jauh dari ruangan perawat.
"Adit, apa bisa golongan darah anak berbeda dari kedua orang tuanya?" tanya Abimana.
Aditya terdiam, mengapa kakaknya curiga tentang golongan darah Arkana. 'Apa mas Abi tahu golongan darah putranya?' tanya Aditya dalam hati.
"Apa yang Mas Abi pikirkan?" tanya Aditya mecari tahu.
"Aku hanya bertanya, mungkinkah seorang anak tidak memiliki golongan darah yang sama dengan kedua orang tuanya?" ulang Abimana pertanyaannya.
Aditya menghela nafas kasar, mungkin sudah saatnya Abimana tahu siapa ayah biologis dari Arkana?
"Apa Mas Abi bertanya tentang Arkana?" tanya Aditya.
Abimana mengangkat bahunya tanda tidak ingin memberi tahu. Dia sendiri tidak yakin jika Alana selingkuh dan bermain dibelakangnya, tapi mengapa golongan darah putranya berbeda.
"Mungkinkah?" gumam Abimana yang masih bisa didengar Aditya.
"Jika Mas Abai tidak ingin berbagi padaku tidak apa-apa. Tapi kakak ipar wanita baik-baik. Jika putra kalian memiliki golongan darah yang berbeda bukan berarti kakak ipar selingkuh." ucap Aditya. Dokter muda itu menepuk punggung kakaknya lalu pergi meninggalkan Abimayu dalam kebimbangan.
Abimana kembali melangkah menuju kamar sang putra, 'Cobaan apa kali ini yang hadir dalam hidupku?'
"Mas, apa kata Aditya? Apa Kana baik-baik saja?" tanya Alana begitu Abimana kembali.
Pria itu hanya diam sambil mengamati wajah mungil bayi laki-laki itu. Arkana memiliki wajah yang mirip dengannya bagaimana dia bisa ragu hanya karena hasil golongan darah yang berbeda. Bahkan hampir seluruh wajah bayi laki-laki itu menyerupai dirinya. Hanya rambut dan dagu yang mengikuti Alana.
"Mas!" tegur Alana karena Abimana hanya diam saja.
"Kana baik-baik saja." jawab Abimana singkat lalu kembali keluar kamar rawat tersebut.
Sebelumnya dia sempat menarik sehelai rambut Arkana saat mengusap kepala bayi tersebut. Untung saja Alana tidak memperhatikannya saat bayi munggil itu sedikit bergerak karena menahan sakit.
Abimana pergi kerumah sakit besar, dimana sahabatnya yang juga dokter bertugas disana. Abimana tidak ingin terus menduga-duga maka dia memutuskan untuk melaukan tes DNA agar semuanya terang benderang. Bagaimana hasilnya? Dia akan menentukan sikap setelahnya.
...🌿🌿🌿...
...Ananku Ternyata Bukan Anak Suamiku ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Anisatul Azizah
masih menerka2 kira2 anak siapa ya??
padahal Al sekilas seperti wanita baik2
2025-02-09
0
Anisatul Azizah
penuh teka teki🧐
2025-02-09
0