Bad news

"Lo ... ngebunuh Permadi?" Tanya Zianna tak percaya. Ia bahkan menahan nafasnya saat menanyakan itu.

Aryanaka menegakkan tubuh dalam posisi yang masih duduk bersender pada tembok, suasana cafe saat ini sangat sepi lantaran cafe yang sudah hampir tutup. "Sebenarnya gue gak ada niatan buat ngebunuh dia, tapi berhubung dia udah sekarat duluan, ya, apa boleh buat." Ujar Aryanaka sambil memejamkan mata.

Zianna menggigit pipi bagian dalamnya dengan khawatir, "Lo, gak takut?"

Aryanaka membuka kembali matanya dan menghela nafas dalam-dalam, "Dia udah bikin bunda begini. Apa yang harus gue takutin?"

"—gue cuma sedikit ngerasa bersalah. Kemarin, pengacara keluarga ngasih tahu tujuan Permadi. Gak nyangka, tujuannya cuma pengen jadiin gue pewaris tanpa ngelibatin Ayah didalamnya." Aryanaka terkekeh miris di akhir ucapan.

Zianna memandang Aryanaka dengan raut wajah terkejut, "Sebegitu bencinya kah kakek Lo sama Ayah Jayadipura sampai gak sudi buat ngasih warisannya ke ayah?"

Aryanaka mengendikkan bahunya sambil menggeleng, "Gue jauh lebih yakin kalo kakek lebih benci sama bunda ketimbang ayah. Karena ternyata, yang ngasih ayah peluang bisnis waktu di Singapura itu kakek. Kita semua gak ada yang tahu ... "

" ... Kalau dipikir-pikir, emangnya kesalahan bunda itu apa, sih? Salah kalau bunda cuma dari kalangan menengah? Sebegitu pentingkah kasta buat kehidupan dia?"

Zianna menarik nafasnya dalam, "Gue bukannya mau ngebela Permadi. Gue cuma ngambil perspektif dari kebanyakan orang tua yang kaya gitu. Mungkin, Permadi cuma pengen yang terbaik buat Ayah."

"Bunda bahkan lebih dari sekedar 'terbaik' dari yang Lo bilang, Na."

"Gue tahu ... "

Hening beberapa saat.

"Anna,"

"Ya?"

"Boleh peluk sebentar? Gue–"

Tanpa banyak bicara dan mendengar ucapan Aryanaka sampai selesai, Zianna lekas membawa Aryanaka dalam pelukannya. Ia tahu Aryanaka sangat amat lelah. Ia tahu Aryanaka membutuhkannya guna mencari ketenangan.

Aryanaka memeluk Zianna dengan erat. Meletakkan dagunya di bahu gadis itu dengan mata terpejam. Ia berharap, semuanya akan menjadi baik esok hari.

Semoga saja semesta mengizinkan.

Semoga.

***

Pagi ini, semua berjalan seperti biasa. Aryanaka dan Zianna telah sampai di sekolah dan berjalan beriringan menuju kelas mereka.

Hanya saja, raut wajah Aryanaka masih sama seperti kemarin. Tak ada semangat sedikitpun. Tak ada tampang jahil dan menyebalkan seperti biasa. Membuat Zianna memikirkan segala cara untuk membuat tawa Aryanaka kembali terbit.

Tiba-tiba saja, Zianna berjalan mendahului Aryanaka dan menghadangnya dari depan, melipat kedua tangan di dada, Zianna mendongak menatap Aryanaka dengat senyum menantang.

Aryanaka yang melihat itu turut berhenti, memasukkan kedua tangan disaku celana, dan memandang Zianna dengan sebelah alis yang terangkat. Sedang apa gadisnya ini?

"Arya,"

"Hm?"

"Ayo bikin taruhan!"

Aryanaka semakin mengeryit memandang Zianna dengan heran, namun tak urung ia tetap menanggapi gadis itu. Ia turut melipat kedua tangan di depan dadanya, membalas tatapan menantang dari sang gadis, "Apa?"

Aura persaingan mereka berdua menjadi semakin sengit.

"Siapa yang sampai di kelas gue duluan, bakalan di teraktir sama yang sampai di kelas paling akhir!" Tantang Zianna dengan dagu mendongak dan tersenyum angkuh.

Aryanaka terkekeh kecil, namun tak urung tetap menganggukan kepalanya, "oke."

Zianna tersenyum lebar mendengar itu, "Oke!"

"Kita mulai, ya..?"

Aryanaka lagi-lagi hanya mengangguk.

Zianna memasang senyum aneh, " Oke, kita mulai dari ..." Zianna sudah memasang ancang-ancang, begitupun dengan Aryanaka.

" ... Se–"

Tapi sebelum menyelesaikan aba-abanya Zianna sudah berlari terlebih dahulu sambil menyerukan ucapan terakhirnya, "Sekarang!"

Zinana meninggalkan Aryanaka dibelakang sana. Membuat Aryanaka berseru protes.

Zianna tertawa lebar dan memeletkan lidahnya pada Aryanaka yang mulai mengejar, "Gue yang bakal sampai duluan!"

Aryanaka semakin mempercepat larinya, menatap Zianna di depan sana membuatnya terkekeh ditengah perlariannya. Memandang Zianna dan menggelengkan kepala. Zianna ini sungguh —Ah sudahlah.

Murid-murid yang melihat itu memandang aneh pada mereka berdua yang sudah seperti anak kecil. Dalam hati mereka sungguh sangat amat heran.

Zianna si judes anti cowok, dan Aryanaka si murid baru yang super handsome jika disatukan ternyata bisa menjadi seaneh ini. Benar-benar perpaduan yang tidak terduga.

"Yey! Gue menang!" Seru girang Zianna ketika sampai di pintu kelas terlebih dahulu. Nafasnya sudah ngos-ngosan dengan peluh yang bercucuran. Ia tersenyum penuh kemenangan.

Aryanaka yang baru saja sampai lantas melayangkan sebuah protesan pada Zianna, "Lo curang!"

Zianna memandang Aryanaka dengan raut menantang, "Di bagian mana gue curang?"

Aryanaka hendak menjawab namun tangan Zianna segara terangkat menutup mulutnya guna menghentikan ucapan yang akan ia layangkan.

"Diem! Udah jelas kalau gue yang menang. Jadi, Lo harus teraktir gue sebanyak-banyaknya nanti!"

Aryanaka melepas tangan Zianna dari mulutnya dan mendengus samar. Untung saja Zianna ini adalah orang yang amat ia sayangi. Jika tidak, maka tak tahulah nasib Zianna nanti. Paling-paling ia akan menceburkannya ke kolam piranha agar terkoyak habis.

Tapi jangan. Jika ia kehilangan Zianna, maka dunianya juga akan hilang. Singkatnya sih, kacau.

Tapi, ya, sudahlah. Berhubung Aryanaka ini bukan seorang pecundang yang tidak mau mengakui kekalahan, maka akan ia terima kekalahan ini dengan sepenuh hati. Akan ia teraktir Zianna dengan hati yang penuh keikhlasan. Tolong tuntun Aryanaka agar ikhlas, ya!

***

Aryanaka meletakkan tasnya diatas meja, menumpunya dengan kepala dan mulai memejamkan mata. Ia ingin istirahat sejenak.

Semalam, ia tak sempat tidur lantaran bundanya yang tiba-tiba kejang. Kondisi bundanya semakin memburuk dan membuatnya kian takut.

Pikiran Aryanaka menerawang jauh. Ia mencoba untuk berpikiran positif untuk kedepannya, namun entah kenapa malah kemungkinan-kemungkinan buruk yang menggerayangi pikirannya. Sungguh, ia benci merasakan ini.

Tangan Aryanaka bergerak mengampil ponsel di saku celana. Ia ingin menghubungi Zianna. Karena sejatinya, hanya Zianna lah yang mampu membuatnya tenang.

Namun, puluhan notifikasi panggilan dan chat dari Girtaja membuatnya terkejut. Sialan, ponselnya dalam mode silent tadi.

Dengan tangan yang gemetar dan nafas yang perlahan tercekat, Aryanaka menelpon kembali Girtaja. Berharap, hanya kabar baik lah yang ia terima.

Langsung saja. Telepon tesambung.

Terdengar suara panik di seberang sana.

"Aryanaka— "

Sayangnya, kalimat yang paling tidak dia inginkan terucap dari bibir Girtaja.

Deg!

Jantung Aryanaka seakan berhenti berdetak. Dengan gerakan cepat ia mengambil tasnya dan langsung berlari keluar kelas secepat mungkin. Tujuannya adalah rumah sakit sekarang.

Semesta... Kenapa kamu sejahat ini.

***

Zianna duduk di bangkunya dengan senyuman yang terus terukir. Setidaknya, ia sudah bisa sedikit menghilangkan raut lesu dari wajah Aryanaka. Syukurlah, semoga semakin kesana akan semakin membaik.

Zianna teringat akan persyaratan dari tantangannya tadi. Ah, apa, ya, yang akan ia minta pada Aryanaka nanti? Yang pasti, Zianna akan minta sebanyak-banyaknya. Kesempatan ada untuk dimanfaatkan, bung. Gak ada yang namanya menggunakan seadanya ketika kesempatan masih terbuka lebar.

Zianna menengok ke jendela yang menampilkan tim basket yang sedang berlatih. Ada Zio juga disana. Zianna berdecih kala Zio menengok ke arahnya dan mengedipkan sebelah matanya. Menggelikan!

Wush!

Aryanaka.

Zianna soktak saja berdiri. Membuat seluruh atensi kelas menoleh ke arahnya.

Dengan langkah tergesa Zianna keluar kelas tanpa mengucapkan sepatah katapun. Membuat Keylara yang melihat itu berseru panik. Sebentar lagi guru mata pelajaran selanjutnya pasti datang. Mengapa Zianna malah pergi begitu saja?

Zianna berlari mencoba mengejar kemana arah Aryanaka pergi melewati kelasnya tadi. Sungguh, melihat raut Aryanaka yang kacau membuatnya sangat khawatir. Aryanaka tadi berlari tergesa begitu saja tanpa mengatakan apapun pada Zianna. Zianna khawatir ada hal buruk yang terjadi.

Semesta. Kumohon jangan ...

–to be continue–

Behind the scene✨

Zianna: Hallo semuanya, gue Zianna. Kalian bisa bayangin cewek tercantik di muka bumi, gak? Kalau bisa, berarti kalian udah bisa ngebayangin gimana gue sebenarnya. Karena, cewek tercantik di muka bumi ini, ya, cuma gue. 😎

Aryanaka: Pede bener, minimal kalau cantik itu mandinya dua kali sehari!

Zianna: Enak aja! Gue mandinya juga dua kali, ya!

Aryanaka: Sehari?

Zianna: Seminggu🙏

(fake scane!)

***

Hehe, hallo, guys!

Karya pertama ini, memang masih amburadul. Jadi mohon maaf jika kalian sedikit kurang srek sama tata bahasanya, ya! Tandai dan kalau berkenan kalian bisa mengoreksi dan memberi sedikit masukan mengenai kesalahanku dalam menulis cerita ini. Makasih sudah menyempatkan waktu untuk membaca cerita ini.

See ya❤️

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!