Selingkuhan, gelar sang Aryanaka (?)

"Gue mau ganti baju dulu, gak etis main kerumah pacar masih pake seragam." Tutur Aryanaka setelah menstandar motornya di halaman rumahnya.

Zianna yang baru saja keheranan mengapa Aryanaka malah membawanya melipir ke rumah cowok itu lantas manggut-manggut saja. Ia pikir, Aryanaka salah alamat atau malah lupa jalan ke rumahnya.

Yang benar saja? Tentu saja itu tidak mungkin.

Mereka berdua lantas masuk ke dalam rumah yang tampilannya biasa seperti rumah seseorang dari golongan menengah keatas lainnya.

Zianna mengekor kemana arah Aryanaka berjalan. mengikutinya dari belakang seperti anak ayam. Lantas Aryanaka menyuruh Zianna untuk duduk dan menunggunya di ruang tamu yang sepi.

"Tungguin gue disini, oke?"

Zianna mengangguk patuh mendengar itu. Sedangkan Aryanaka segera melesat ke kamarnya untuk berganti baju.

Zianna yang menunggunya di sofa ruang tamu lantas mengedarkan kepalanya ke sekeliling rumah. Kok sepi, ya? Mungkin lagi pada pergi –pikirnya.

"Ayo!" Suara itu mengejutkan Zianna. Zianna segera menengok ke arah Aryanaka yang telah mengganti seragam sekolahnya dengan pakaian biasa, lantas menganggukkan kepala.

Mereka berdua pun lekas berjalan keluar rumah menuju dimana motor Aryanaka terparkir.

"Kok rumah Lo sepi, Ar?" Pertanyaan yang sedari tadi Zianna simpan sontak keluar begitu saja.

"Kalo rame, pasar namanya." Timpal Aryanaka jenaka.

Tangannya bergerak memakaikan helm bergambar Dora ke kepala Zianna, membuat Zianna menarik senyum simpul. Ia lantas menaiki motornya diikuti Zianna dan perlahan melaju pergi meninggalkan rumah mewahnya yang terlampau sepi.

"Lo gak sewa ART?" Tanya Zianna di tengah perjalanan.

Aryanaka melirik Zianna lewat kaca spion, memandang wajah cantik itu lekat-lekat. "Sewa, gue cuma nyuruh dia datang seminggu sekali buat bersihin rumah. Selebihnya gue masih bisa ngurus sendiri." Jawab Aryanaka lugas.

Zianna tersenyum mendengarnya. Inilah yang Zianna suka, Aryanaka bukan tipikal anak orang kaya yang manja dan suka seenaknya melempar pekerjaan ke bawahannya kendati ia tak perlu mengerjakannya sendiri. Selagi dia masih bisa, ya dia kerjakan saja.

Satu hal yang paling Zianna sukai dari Aryanaka. Dia ini pintar masak loh! Hanya masakan sederhana ala rumahan, sih. Tapi setidaknya jika dia ingin makan, ia tinggal membuatnya sendiri.

"Bunda sama Ayah gak ikut pulang kesini?"

Aryanaka tersenyum mendengar pertanyaan itu, "Mereka gak segampang itu buat ninggalin bisnis disana."

Zianna manggut-manggut sambil membulatkan mulutnya, "Oke deh! Habis ini gue kasih liat apa yang baru di kamar gue!" Ujar Zianna riang.

***

"Tadaaa!"

Zianna merentangkan tangannya menunjukkan keadaan kamarnya saat ini yang katanya, 'ada yang baru'. Mata Aryanaka memandang ke sekeliling kamar, mencoba mencari apa hal baru yang ada disana.

Tapi tampaknya tidak ada. Kondisi dan bentuk kamar Zianna masih sama seperti tiga bulan lalu saat ia pulang mengunjunginya kesini. Meja belajar, dengan buku-buku dan alat tulis yang tersusun rapi diatasnya. Meja rias dengan segala peralatannya. Nakas dengan Alarm Doraemon dan figura berisi foto mereka berdua diatasnya. Lemari baju, rak buku, dan lain-lain. Foto mereka berdua juga masih terpajang dimana-mana, tidak dibuang atau dirongsok. Jangan lupakan foto keluarga yang terpajang tepat diatas ranjang Zianna. Masih sama kok, gumamnya.

Dan, oh! Aryanaka melupakan sesuatu. Poster-poster aktor China kesukaan Zianna yang ditempel ditempat khusus itu mengganggu pandangannya. Cih, tambah satu lagi ternyata.

Aryanaka manggut-manggut, "Hmm, lumayan."

"Kok gitu doang responnya?" Tanya Zianna mendengus.

"Ya terus gue musti gimana? Hesteris dengan bilang 'WOW, baru lagi, ya? Ganteng banget!!" Tukas Aryanaka dengan dramatisnya. Membuat Zianna mencebik kesal.

"Iya, baru. Ganteng banget kan, cowok gue? Udah tinggi, pinter basket, banyak duit, bertalenta lagi!" Ujar Zianna membanggakan cowok halunya.

Aryanaka yang mendengar itu sontak mendengus sambil mendudukkan diri di ranjang gadis itu. "Jujur aja, Na. Pacar Lo tuh sebenernya gue apa dia?"

"Dia lah!"

Mata Aryanaka membelalak, lantas menatap nyalang gadis itu.

"Kenapa?" Zianna menaikkan sebelah alisnya santai.

"Gini, Ar. Lo sebaiknya terima nasib aja kalo sebenernya Lo itu cuma selingkuhan gue."

Ucapan itu lantas membuat bantal empuk mendarat tepat diwajahnya, membuat Zianna hampir saja terjengkang kebelakang kalau saja pertahanannya tidak kuat. Pelakunya tentu saja Aryanaka.

Zianna menggeram, nyaris mengamuk jika saja panggilan dari kakak laki-lakinya tidak menghentikan aksinya.

"Turun dulu, belum pada makan 'kan?" Ujar kakak laki-laki Zianna dengan nada khasnya yang dijamin akan membuat ciwi-ciwi pingsan jika mendengarnya. Lembut mengalun bagai alunan biola yang talinya putus.

Namanya Alshad, Alshad Cakra Radiandra lebih tepatnya. Satu-satunya kakak yang dimiliki Zianna. Jaraknya dengan Zianna hanya selisih 6 bulan. Entahlah bagaimana itu bisa terjadi. Kata orang tua mereka, sebenarnya mereka itu saudara kembar. Hanya saja karena Mama mereka menggunakan KB, alhasil Alshad keluar duluan dengan Zianna yang menyusul 6 bulan kemudian. Ada-ada saja.

Akan kujelaskan sedikit lagi tenang Alshad Cakra Radiandra. Jadi, saat ini Alshad duduk di kelas yang satu tinggat lebih tinggi dari Zianna, di sekolah yang berbeda. Entahlah kenapa dua bersaudara ini tidak ingin bersekolah di tempat yang sama. Katanya mereka mempunyai alasannya sendiri-sendiri. Sungguh ribet sekali.

***

Setelah pertikaian yang gagal terjadi itu usai, saat ini Aryanaka tengah duduk disamping Alshad sembari berbincang ringan setelah makan siang mereka selesai dengan sedikit bumbu perdebatan antara Aryanaka dan Zianna yang terus mengudara.

Zianna sendiri baru saja menuju dapur untuk mengambil cemilan di kulkas. Rencananya mereka bertiga akan menonton film action yang sempat viral akhir-akhir ini.

"Lo kenapa balik? Bukannya liburan semester satu masih tiga bulanan lagi?" Tanya Alshad di sela perbincangan.

"Pindah."

Jawaban singkat itu membuat Alshad membelalak terkejut, "Seriusan Lo? Kenapa?" Alshad memperbaiki posisi duduknya, "Gak cuma tentang masalah Lo itu kan?"

Aryanaka hanya tersenyum kecil mendengarnya, matanya mengkode menunjuk dapur. Alshad bukan orang bodoh yang tak mengetahui arti senyuman itu.

Lantas Alshad menoleh kesamping dengan bibir yang mencibir. "Bucin, anjir!"

"Lo gak ngerti rasanya, bung!"

"Dih! Gue juga punya cewek. Tapi gak sebucin Lo, tuh!" Komen Alshad dengan suara yang agak pelan.

Aryanaka yang tertegun dengan ucapan Alshad lantas menoleh menghadap Alshad, "Lo punya cewek?!"

Alshad yang panik mendengar suara keras Aryanaka lantas membekap mulut cowok itu, "Jangan keras-keras, bego!" Ancam Alshad.

Aryanaka melepas paksa bekapan itu, "tangan Lo asin, anjir!"

Alshad menatap telapak tangannya, lalu menyengir, "Sorry, gue abis cebok gak cuci tangan." Kelakarnya.

Sialan!

"ALSAAATTT! SIAPA YANG UDAH NYOLONG SUSU GUE?!!!"

Teriakan Zianna dari arah dapur membuat keduanya terkejut. Tampak dari sana Zianna menghampiri mereka dengan menghentakkan kaki dan mata yang tersulut amarah. Auranya menyeramkan sekali.

Gawat!

BUGH!

Zianna melempar bantal sofa ke arah Alshad dengan kasar. "Lo yang nyolong susu gue, 'kan?! Ngaku Lo!" Tuding Ziannya sambil menatap Alshad nyalang.

–to be continue–

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!