"Aryanaka pulang ke Indonesia?" Tanya heran papa Zianna. Girtaja Radiandra Pungkasana.
Saat ini, keluarga kecil ini sedang bersantai di ruang keluarga sembari menonton tv yang sedang menayangkan berita terkini.
"Sejak kapan?"
"Udah dari lima hari lalu, maybe?" Zianna menjawab sembari mengingat-ingat. Aryanaka pulang sejak kapan, ya? Kok ia bisa lupa.
"Ngarang! Seminggu lebih kali." Sahut Alshad mencibir sambil memakan snack yang baru saja mamanya hidangkan. "Efek tidur lagi kalo habis subuh ya, gini, nih." cibir Alshad ke arah Zianna.
Zianna hanya meninggikan sebelah alisnya tak minat, "Oh, iya kah?"
Alshad mendengus mendengar nada bicara Zianna yang kelewat menyebalkan. Seolah menirukan gaya bicara Meimei dalam kartun si kembar nakal kesukaan mereka saat kecil.
"Bunda dan ayahnya juga ikut pulang?" Tanya sang mama. Nertaja Tunggadewi. Nertaja mengambil salah satu buah dan mengupasnya untuk sang suami.
Alshad dan Zianna kompak terdiam saat mendengar pertanyaan itu. Alshad terlihat memutar otaknya guna mencari jawaban yang tepat. Membuat sang mama mengeryit keheranan.
"Ikut pulang, nggak?" Ulang Nertaja bertanya.
Zianna menggeleng, "Katanya mereka sulit buat ninggalin kerjaan disana, ma." jawabnya lugas. Maklum saja, yang ia tahu hanya sebatas itu.
Alshad yang mendengar jawaban itu tersenyum miris dalam diam. Bibirnya terkatup, tak ingin mengungkap sesuatu yang tak seharusnya dia ungkap, dia memilih bungkam saja daripada salah bicara.
Nertaja menghela nafasnya perlahan.
"Sesibuk itu kah? Padahal mama kangen banget sama Rengganis." Keluh sang mama.
Mereka semua kompak terdiam.
Membuat suasana menjadi hening seketika. Mereka bergulat pada pikiran masing-masing. Menyisakan Alshad yang terdiam pada kekalutannya sendiri.
Apakah disini... Hanya dirinya yang mengetahui sesuatu?
***
Hidup Aryanaka ini, sungguh ironi bukan? Beruntung ia masih memiliki secercah cahaya kehidupan. Zianna.
Entah kekuatan magic apa yang Zianna punya hingga mampu membuat Aryanaka terikat se erat ini.
Aryananaka memandang dalam wajah wajah cantik milik Zianna. Bibirnya menarik sebuah kekehan pelan.
Sumber kebahagiaan Aryanaka disaat kebahagiaan yang lain terenggut itu saat ini tengah menekuk wajahnya lantaran merajuk. Suatu kesalahan telah Aryanaka perbuat hingga membuat wajah judes nan cantik Zianna itu memberengut lantaran kesal.
Aryanaka telat menjemput Zianna ke sekolah.
Alhasil, mereka menjadi terlambat dibuatnya. Ini memang bukan masalah yang selayaknya dibesar-besarkan. Namun hal yang menjadi sangat menyebalkan saat ini adalah, hari ini merupakan hari dimana Zianna pertama kali terlambat berangkat ke sekolah!
Catat, kali pertama terlambat datang ke sekolah!
Bisa dibayangkan bagaimana perasaan Zianna saat ini? lebih dari sekedar kesal, teman! Lebih ke gelisah, sih, tepatnya.
Karena akan sangat disayangkan jika gelarnya selama ini sebagai cewek judes anti cowok yang selalu menjunjung tinggi kedisiplinan itu hancur lebur hanya karena Aryanaka yang terlambat menjemputnya.
Zianna menatap nanar gerbang sekolah yang sudah tertutup rapat.
Sudahlah, lebih baik kita menyusun rencana untuk memusnahkan Aryanaka saja demi kedamaian hidup dan mati rakyat baik seperti dirinya.
Aryanaka menghela nafas jengah. Lihatlah tampang memelas Zianna yang sudah seperti bocah yang gagal mendapatkan hadiah. Melas sekali!
"Telat sekali-sekali gak akan bikin reputasi lo merosot kali, Na." Ujar Aryanaka santai melihat wajah pasrah Zianna yang menatap nanar gerbang sekolah yang bahkan sudah dipasangi gembok segedhe gaban. Benar-benar tak memberi celah sedikitpun untuk mereka masuk.
Gak merosot matamu!
Bagaimana ia bisa masuk sekarang?
"Udah terlanjur. Anyway, udah pernah ngerasain jadi anak bandel belum?" Aryanaka memandang Zianna dengan badan yang mulai ia senderkan ke tembok gerbang sembari melipat kedua tangan di dadanya.
Mata Zianna menatap Aryanaka nyalang. "Ngomong apa Lo barusan?"
"Ayo bolos!"
***
Sejatinya, Zianna bukan salah satu dari manusia super ambis yang harus melakukan segala sesuatu dengan perfeksionis. Ia memang tidak menyukai ketidaksiplinan. Tapi, ia juga tidak membenci pembolosan.
Sekali saja.
Seperti yang ia dan Aryanaka lakukan sekarang.
Terkadang, manusia butuh hal-hal yang mengesankan agar hidupnya tidak monoton, bukan? Zianna ingin merasakan apa saja hal menyenangkan yang orang-orang dewasa ceritakan saat mereka masih SMA.
Membolos salah satunya.
Tapi bukan berarti tindakan ini bisa dibenarkan, ya, teman-teman. Jangan menerapkan slogan bahwa peraturan ada untuk dilanggar.
Terkadang Aryanaka merasa rindu akan suasana Indonesia yang lebih bebas. Ia seakan bisa melakukan hal yang lebih menyenangkan ketika ia disini. Tentunya, ada Zianna yang selalu menjadi teman dalam setiap hal menyenangkan yang ia lakukan.
Hidup dengan ketat bersama sang kakek dan tinggal di Singapura selama tiga tahun, membuatnya merasa seperti kurang bebas. Penuh aturan. Tak ada celah untuk melakukan kesalahan sedikitpun. Kendati kesalahan itu membuatnya bahagia.
Lagipula juga percuma jika ia melakukan hal legend seperti ini tanpa Zianna. Rasanya tidak akan menyenangkan saja. Seperti ada yang kurang.
"Bakso disini enak juga, gue suka." Ujar Aryanaka sembari menyuap sepotong bakso ke mulutnya.
Zianna menganga.
"Seriusan, enak? Kuah Lo item doang begitu emang beneran enak?" Tanya Zianna memandang aneh ke arah mangkuk bakso milik Aryanaka dengan raut wajah yang aneh.
Ayolah, Zianna benar-benar heran. Ia amat tahu bahwa Aryanaka sangat tidak menyukai hal-hal yang berbau pedas terutama sambal. Tapi apakah harus sampai segininya?
Tadi, saat Aryanaka akan menuangkan saos, ia mencolek sedikit saos yang berada diujung lubang botol lalu mengecapnya. Lantaran saos itu sedikit pedas, Aryanaka tidak jadi menuangnya. Memilih mengambil kecap saja untuk penyedap bakso yang akan ia makan.
Dasar cemen!
Lihatlah perbandingan kuah bakso Zianna dengan Aryanaka. Benar-benar seperti langit dan bumi, bulan dan matahari. Sangat amat berbeda jauh!
Kuah Zianna yang sudah seperti lava gunung berapi, sedangkan kuah Aryanaka yang seperti kecap diberi air. Hitam sekali!
Perihal selera makanan, Zianna dan Aryanaka memang sangat bertolak belakang. Zianna yang cenderung menyukai makanan pedas tak senada dengan Aryanaka yang justru membenci sensasi panas dan membakar lidah akibat zat Capsaicin itu.
Tak jarang mereka akan sering berdebat hanya karena masalah makanan.
"Abis ini kita ngapain, deh? Masih pagi ini tuh. Mau balik ke rumah, yang ada kita bakalan kena jewer mama." Tutur Zianna mengeluh.
Aryanaka mengangkat wajahnya, menatap Zianna ragu untuk mengutarakan apa yang ia inginkan, "Sebenernya, gue pengen ini udah dari lama, sih, Na..."
Zianna mengeryit, "Pengen apa?"
"... Gue,"
—pengen pelihara marmut."
"Hah?"
"Ya, Marmut. Masa Lo gak tau marmut?" Jelas Aryanaka mulai sedikit kesal.
Zianna menggeleng tak percaya dan bergidik ngeri, "Marmut yang mirip kaya tikus itu? Please, bayi marmut itu ngegeliin."
"Bukannya mirip sama Lo? Makanya gue pengen pelihara marmut. Lagian yang mau gue pelihara 'kan yang gede, bukan yang bayi." Ujar Aryanaka dengan entengnya.
Tunggu, bukannya mirip sama Lo? Sama Lo? Sama gue?
Zianna sontak tertawa tak percaya. Ia... disamakan dengan marmut?
Siapapun tolong, Zianna benar-benar membutuhkan rekan untuk merundingkan pembunuhan Aryanaka sekarang juga.
Semesta, mohon izinnya, ya ...
–to be continue–
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments