Aryanaka yang tidak baik-baik saja

Tandai bila ada typo.

Zianna pulang dengan Aryanaka yang mengantarnya. Bertepatan dengan Alshad yang juga baru pulang dari sekolah. Mereka lantas menstandar motor mereka di depan rumah Zianna.

"Gak mampir dulu, Ka?" Tanya Alshad basa-basi. Tangannya melepas helmnya sendiri dan membawanya di samping pinggang.

Aryanaka melirik sekilas, lalu tangannya bergerak untuk melepas helm yang Zianna kenakan. "Mampir lah!" tuturnya santai.

"Kenapa emang? gak suka Lo, gue main kesini?" Tanya Aryanaka sinis setengah becanda— memang becanda, sih, aslinya.

Alshad hanya menggelengkan kepala melihat itu. Padahal 'kan, ia hanya basa-basi. Namun respon yang Aryanaka keluarkan sungguh di luar dugaan.

"Bisa mati kebosanan gue kalo di rumah sendirian." Jelas Aryanaka melanjutkan.

Alshad memasang raut mencibir, "Tinggal disini aja sekalian!" Sahut Alshad.

"Boleh emang?"

Sialan, Alshad 'kan hanya becanda!

Mata Alshad memicing melihat luka memar di beberapa bagian wajah Aryanaka, "Muka Lo kenapa, tuh?"

"Biasa, cowok tulen!" sahut Aryanaka pongah sambil menepuk dadanya. Membuat Alshad memutar bola matanya malas.

Zianna yang sedari tadi diam memandang keduanya jengah hingga akhirnya membuka suara, "Kalian mau disini sampai tahun depan apa gimana? Ayo masuk!"

***

Bugh.

Alshad melempar setelan baju dan celananya tepat ke wajah Aryanaka. "Tuh, pake! Minimal kalau main ke rumah orang, tuh, ganti baju dulu. Main ke rumah orang kok masih pake seragam."

Aryanaka ternyenyum manis dibuatnya, "Uh, makasih ... " Lantas segera memasang raut datar kembali.

Alshad bergidik ngeri dibuatnya, "Geli, anjing!"

Aryanaka berdecih, lalu melihat setelan baju itu, "Muat gak, nih, di badan gue? badan Lo kan cungkring!"

Alshad terbelalak dibuatnya, "Sembarangan! Lo belum lihat roti sobek gue yang ada sembilan kotak ini, ya?! Main ceplos aja tuh mulut!" serunya tak terima.

Aryanaka tergelak dibuatnya, mana ada otot perut yang terbentuk itu ada sembilan? ada-ada saja — atau mungkin memang sungguhan ada?

"Ini dimana gue gantinya?"

"Disini aja gak papa, kalo mau." sahut Alshad sekenanya.

"Ngaco Lo!"

Alshad memandang jengah Aryanaka. batinnya berujar, kalau Aryanaka ini bukan orang penting dalam kehidupan adiknya, mungkin ia akan dengan senang hati membunuhnya sekarang juga.

Sudah menyebalkan, maruk akal, maruk ketampanan pula!

Ia 'kan jadi tidak kebagian! Miris sekali memang.

Alshad pun menyuruh Aryanaka untuk berganti pakaian di kamarnya saja. Aryanaka menurut, ia lalu berjalan menuju kamar Alshad untuk mengganti pakaiannya.

Ada yang bertanya dimana Zianna? Dia sedang mengganti pakaiannya juga. Memang selama itu. Maklum, perempuan. Mungkin sekalian bersemedi dulu sampai bisa selama itu.

"Bokap nyokap gimana kabarnya?" Alshad membuka pembicaraan ketika Aryanaka baru saja mendudukkan diri di sofa ruang tamu.

"Bokap nyokap gue?"

Alshad mengangguk sebagai jawaban. Tangan kanannya menyodorkan segelas kopi susu dingin pada Aryanaka.

Aryanaka tersenyum culas, "Bukannya keliatannya selalu baik-baik aja?" Ujarnya sambil menggoyang-goyangkan gelas itu.

Tak lama, Aryanaka merasa ada tepukan di bahunya, "Yang penting jangan nyerah, gue tau Lo mampu."

Aryanaka terkekeh lirih, "Semoga aja begitu."

Alshad menghela nafasnya dalam, lantas berujar, "Gue harap rencana Lo nanti gak bakal ngebahayain siapa-siapa." Tuturnya pelan.

Aryanaka hanya berdehem singkat, lantas meneguk kopinya hingga tandas.

Hening beberapa saat sampai akhirnya ...

"Wiiih pada ngapa-ngapain, nih? Serius banget." Suara Zianna memecah keheningan.

Alshad melirik adiknya sekilas, "Merenungi nasib punya adek sama cewek modelan Lo." Sahut Alshad dengan kurang ajarnya.

Zianna melirik sinis dimana Alshad berada. Memilih menghampiri Aryanaka dan mendudukkan diri disamping cowok itu, lantas memeletkan lidahnya ke arah Alshad, "Yang penting gue cantik!"

Alshad berdecih dibuatnya.

Memilih mengabaikan kakak laki-lakinya, Zianna mengedarkan pandangannya ke penjuru rumah, "Mama kemana, ya?"

Sedari tadi, ia tak menemukan siapapun sejak sampai di rumah ini. Hanya ada Alshad yang bertepatan pulang dengannya.

"Mungkin lagi keluar sama bibi, gue lihat kulkas udah gak ada apa-apa." Ujar Alshad berspekulasi.

"Susu gue?"

Alshad memandang Zianna jengah, "Susu mulu yang Lo pikirin."

"Biarin aja! tanpa susu, hidupku ini tidaklah bermakna ... " sahut Zianna dengan dramatisnya. Membuat Alshad berdecak, sedangkan Aryanaka yang sedari tadi menyimak perdebatan keduanya pun mengulum senyum tipis.

Tangan Aryanaka bergerak mengacak rambut Zianna, "Nanti kalau abis gue beliin lagi se pabrik-pabriknya. Duit cowok Lo ini lumayan banyak sampai bingung mau diabisin buat apa." Kelakar Aryanaka setengah becanda.

Alshad yang melihat adegan itu berpura-pura memasang raut ingin muntah, "Ninti kili ibis gii biliin si pibrik-pibriknyi, halah!" tuturnya menyiyir.

Banyak gaya sekali Aryanaka ini jika didepannya. Mentang-mentang ia lebih kaya sedikit –banyak maksudnya– dari dirinya.

Huh, menyebalkan!

Aryanaka melirik malas ke arah Alshad, lantas kembali menatap Zianna, bibirnya berbisik ke telinga Zianna dengan sedikit keras dan mata yang sesekali melirik ke arah Alshad, "Asal Lo tau, ya, Na. Abang Lo ini, sekarang udah punya cewek!"

Zianna sontak tersentak mendengar itu.

Seketika saja Alshad panik bukan main, "WEH!" Alshad yang panik lantas melempar bantal sofa ke arah Aryanaka dengan keras, "LO GAK USAH CEPU, YA, ANJIR!"

***

Malam ini, setelah selesai membersihkan diri selepas dari rumah Zianna, Aryanaka berdiri di pembatas balkon kamarnya. Memandang langit yang saat ini tengah terpampang jelas lukisan Tuhan yang maha indah.

Aryanaka masuk ke dalam kamar, mengambil handphone serta sebungkus rokok beserta koreknya di dalam nakas lantas kembali ke balkon kamar.

Aryanaka bukan perokok aktif, tapi Aryanaka juga bukan lelaki sebaik itu hingga tak pernah menyentuh benda adiktif tersebut.

Aryanaka sedang tidak baik-baik saja. Ia memandang salah satu aplikasi di handphonenya yang menampilkan puluhan chat dari bundanya yang tak pernah ia balas sedikitpun semenjak ia berada di Indonesia.

Hanya pesan singkat berupa pertanyaan seputar keadaan Aryanaka disini, dari yang bertanya sudah makan apa belum, sudah pulang dari sekolah apa belum, sudah tidur apa belum, sampai pada pertanyaan yang membuat Aryanaka menjadi tidak baik-baik saja saat ini.

Bunda:

Narantaka baik-baik aja kan disana?

Aryanaka menyesap rokoknya mencoba menghalau emosi yang sedari tadi muncul.

Tangannya bergerak mengetik balasan pada bundanya untuk pertama kalinya.

Aryanaka:

Bunda gak usah nanya keadaan Narantaka gimana disaat bunda sendiri lagi gak baik-baik aja.

Aryanaka lalu mematikan ponselnya. Mengabaikan dentingan demi dentingan yang terdengar setelah Aryanaka membalas pesan dari bundanya tadi. Sampai akhirnya, deringan handphone pun berbunyi.

Telepon dari sang bunda.

Jempol Aryanaka reflek menekan tombol hijau. Otomatis panggilan itu pun tersambung.

"Hallo, Narantaka?"

"Narantaka ada disana 'kan, sayang?"

Suara lembut dari sang bunda masuk ke pendengaran Aryanaka. Membuat Aryanaka memejamkan mata untuk menikmati suara itu.

Hatinya menenang. Namun perasaan khawatir dan marah lebih dominan saat ini.

Bohong jika Aryanaka tidak merindukan ibunya. Berbulan-bulan setelah 'kejadian itu' Aryanaka tak pernah melihat wajah cantik sang ibu.

Apakah Aryanaka sedih? Tentu saja sedih. Mengingat kejadian itu membuat emosi Aryanaka kembali membuncah. Ia bersumpah, ia akan menyelesaikan masalah ini dengan tangannya sendiri.

"Narantaka?"

Klik.

Aryanaka mematikan sambungan itu secara sepihak. ia benci bundanya yang berpura-pura baik-baik saja.

–to be continue–

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!