Tentang Aryanaka Narantaka

"Long time no see, Anna."

Seperkian detik, Zianna yang baru saja tersadar dari kelinglungan lantas memeluk murid baru itu erat-erat.

Murid baru itu terkekeh, membalas pelukan itu. Mendekapnya begitu erat seakan tak mengizinkan semesta merebutnya.

Seperkian menit, mereka masih ada diposisi yang sama. mengabaikan segala hal yang ada disekelilingnya. seakan, hanya ada mereka berdua di dunia ini.

Lelaki ini, Aryanaka namanya, Aryanaka Narantaka. Cowok tinggi, anak basket, bertalenta. Setelah ini, bisakah kalian menebak sendiri siapa itu Aryanaka?

Lelaki yang katanya ganteng banget ini, merupakan murid baru pindahan dari Singapura. Pintar, prestasinya ada dimana-mana. Saingan Zianna dari Jaman masih belajar berbicara yang sialnya juga menjabat sebagai 'pacar' cewek judes itu dari sejak SD!

Dari jamannya, cinta-cintaan monyet sampai jadi cinta sungguhan. Nyatanya, predikat cewek yang tak mengenal makhluk berspesies cowok dari jaman SMP sampai sekarang itu tak sepenuhnya benar. Bahkan, tidak benar sama sekali!

Karena pada kenyataannya, Zianna tak membutuhkan cowok-cowok sialan itu. Hanya Aryanaka saja. Cukup Aryanaka saja.

***

"Hebat banget, ya, Lo, pindah kesini gak bilang-bilang gue?" Sudah lebih dari lima menit, bibir Zianna yang biasanya irit kata itu mengomel panjang lebar pada Aryanaka.

Pasalnya, lelaki itu tak mengabarinya sama sekali. Catat, sama sekali tidak mengabari!

Aryanaka memandang geli wajah Zianna yang terlihat lucu saat mengomel. Dengan alis yang menyatu dan bibir yang mengerucut, benar-benar membuat Aryanaka menahan mati-matian rasa ingin mencubit pipi gadis judes ini.

"Surprise, Anna. Masa Lo gak ngerti cara main gue?" Tutur Aryanaka dengan suara tenangnya.

Terasa dalam hingga hampir membuat Zianna tenggelam. Jujur, Zianna amat merindukan lelaki ini. Namun, rasa kesalnya lantaran tidak dikabari lebih mendominasi perasaannya saat ini.

Zianna bersedekap dada, "Udah dari kapan Lo disini?"

Dengan wajah tengilnya Aryanaka pura-pura menghitung menggunakan jarinya, "..., enam, tujuh, delapan, sembilan... udah dari tiga hari lalu deh kayaknya." Ujarnya sembari menunjukkan tiga jarinya.

Zianna menggelengkan kepalanya tak habis pikir. Cowok ini benar-benar— ah sudahlah!

Zianna memandang Aryanaka dengan tatapan sinis. "Jadi, murid baru yang katanya ganteng banget itu elo." Cibir Zianna dengan menekan kata 'ganteng banget' pada Aryanaka.

Aryanaka terkekeh dibuatnya, "Gue emang ganteng, gak usah pake katanya." Timpal Aryanaka membalas cibiran Zianna. Membuat Zianna memutar bola matanya malas.

"Pantesan, anak-anak cewek dari kemarin gak ada habisnya ngebahas murid baru terus. Brisik, bikin gue kesel." Sungut Zianna mengadu. Bibirnya mencebik kesal membuat Aryanaka tak tahan untuk mencubit pipinya.

Aryanaka terkekeh gemas dibuatnya, "Lo cemburu?"

Zianna mendelik seketika, "Najis!" serunya dengan menepis pelan cubitan Aryanaka dari pipinya. "Sakit tahu!"

"Cieilah, ngaku aja kali, gak usah gengsi." Ujar Aryanaka sembari terkekeh.

Pause dulu bentar, saya salting sama kekehan Naka yang super memesona. 🙏

Next.

"Dalam kamus hidup Zianna, cemburu itu gak ada!"

"Ah masa?" Aryanaka menaikkan sebelah alisnya menggoda.

"–gengsi kok digedein," cibir Aryanaka. "IQ tuh gedein biar bisa ngalahin gue!"

Mata Zianna berubah nyalang, aura persaingan diantara mereka seakan menguat saat itu juga. "Elo tuh yang maruk kepintaran! Serakah banget emang." Dengus Zianna kesal.

Aryanaka lantas tergelak dibuatnya. "Selama gue pergi, seenggaknya posisi Lo baik-baik aja."

"Tapi sekarang Lo dateng, Arya! Gimana nasib gue setelah ini ya Tuhan..." Zianna merana dibuatnya. "Tunggu, Lo masuk kelas mana sekarang?"

Mendengar itu senyuman Aryanaka luntur berganti dengan wajah kesal.

"IPA dua." Aryanaka menyaut singkat dengan nada super malas. Ia benar-benar tidak menyukai kelasnya kali ini.

Mendengar itu, Zianna tertawa ngakak, "Elo, gak masuk kelas unggulan?!" Zianna tertawa terpingkal membuat Aryanaka menatap datar terhadap tingkahnya.

"Bagus Lo begitu?" Pertanyaan sinis dari Aryanaka lantas membuat tawa Zianna berhenti, namun masih tersisa sedikit tawa kecil. Ia memandang Aryanaka dengan tatapan mengejeknya yang super menyebalkan.

"Perdana guys, Aryanaka Narantaka gak masuk kelas unggulan, hahaha." Zianna kembali terpingkal dengan Aryanaka yang masih menatapnya datar.

Entahlah, apanya yang lucu hingga Zianna yang terkenal judes ini menjadi tertawa. Apakah kesialannya yang tidak masuk kelas unggulan memang selucu itu. Sialan!

Menyebalkan sekali, untung Aryanaka sayang.

"Diem deh, Lo! Gue gak masuk kelas unggulan karena kapasitasnya udah penuh! Lo gak usah seneng begitu, semester depan gue pastiin kelas unggulan bakalan gue tempati lagi." Ujar Aryanaka ketus.

Dengan sisa tawanya Zianna merentangkan kedua tangannya ke arah Aryanaka, "Utututu, iya-iya percaya. Sini-sini, peluk dulu. Kangen gue sama Lo."

***

Zianna masuk ke kelas di sela-sela pergantian mata pelajaran. Dia sudah kosong dua jam pelajaran hari ini. Apakah dia merasa rugi? Tentu saja tidak. Ia bisa mempelajari sendiri nanti. Mungkin, bersama Aryanaka juga.

Memikirkan itu, membuat Zianna tersenyum. Lelaki yang membuatnya menolak puluhan cogan SMA CI itu akhirnya kembali juga. Pasalnya, sudah tiga tahun lamanya dia meninggalkan Zianna ke Singapura mengikuti orang tuanya yang memiliki bisnis disana. Dengan senyuman yang mengembang, Zianna berjalan riang ke kelasnya setelah mengantar Aryanaka ke ruang kepala sekolah.

Disinilah dirinya sekarang, di kelasnya, XI IPA 1.

"Zi, Lo habis dari mana aja, gila! Ngebul otak gue ditanyain mulu sama guru kimia kenapa Lo gak masuk-masuk." Sembur Keylara ketika Zianna baru saja mendudukkan diri di bangkunya yang berada di samping Keylara.

"Nganterin murid baru. Bukannya Lo juga tau?" Jawab Zianna santai lalu mengambil ponselnya untuk ia mainkan. Guru jam berikutnya belum memasuki kelas saat ini, membuatnya bisa sedikit leluasa untuk memainkan ponselnya.

"Heh, Lo nganterin murid baru ke ruang kepala sekolah apa ke Arab Saudi? dua jam pelajaran Lo habisin buat nganterin dia doang? Gila!" Sentak Keylara memandang Zianna tak percaya.

"Gue disuruh nganterin dia ke kelasnya." Zianna tidak sepenuhnya berbohong, memang begitu kenyataannya. Setelah ia mengantarkan Aryanaka ke ruang kepala sekolah tadi, kepala sekolah lantas menyuruhnya untuk mengantar Aryanaka ke kelasnya lantaran Aryanaka yang belum mengetahui dimana letak kelas XI IPA 2 berada. Maklum, murid baru.

"Sampe ngabisin dua jam pelajaran?" Tanya Keylara tak percaya.

"Sama disuruh nemenin dia liat-liat lingkungan sekolah, sekalian ngenalin ada apa aja di sekolah ini." Bohong, kali ini hanya alibi Zianna semata. Karena pada nyatanya, mereka hanya menghabiskan dua jam pelajaran di lorong dekat lab biologi tadi. Tentu saja melepas rindu. Memangnya apa lagi?

"Seriusan?"

Zianna hanya mengangguk santai. Mencoba menampilkan ekspresi sebiasa mungkin agar Keylara tak curiga.

Mata Keylara memicing curiga menatap Zianna, membuat Zianna menoleh dan mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa?"

Keylara menggeleng, "Gak."

Zianna yang melihat itu pun mengendikkan bahunya tak peduli.

Semesta, tolong ampuni kebohongan Zianna kali ini.

–to be continue–

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!