Sebuah kejadian di area parkir

Pagi ini, SMA Cakra Indonesia dihebohkan oleh kedatangan Aryanaka yang membonjeng cewek judesnya SMA CI. Namun, ekspresi wajah Aryanaka terlihat biasa-biasa saja, malahan Zianna yang sudah terlihat seperti baju yang baru keluar dari mesin cuci, kusut sekali!

Zianna yang baru saja turun dari boncengan Aryanaka pun berdecih, "Dasar cowok caper!" Sinisnya melirik Aryanaka.

Agaknya Aryanaka belum sadar, ia masih santai melepas helmnya tanpa memandang Zianna.

"Siapa?" Tanyanya. Ia mengarahkan wajahnya ke spion motor guna membenarkan tatanan rambutnya yang rusak akibat menggunakan helm. Hal tersebut tentunya makin mengundang teriakan kagum dari para siswi yang ada disana.

Benar-benar!

Zianna mendengus, "Elo lah!" Seru Zianna dengan nada yang tidak santai.

Mendengar itu lantas Aryanaka segera menoleh menatap Zianna, "Gue?" Tanyanya menunjuk diri sendiri.

"Iya! Lo lihat tuh, cewek-cewek pada ngelihat Lo semua. Dasar cowok caper!" Sahut Zianna bersungut-sungut.

Aryanaka meninggikan alisnya dan terkekeh dibuatnya, "Cemburunya ditahan dulu, bisa?" Lalu membalikkan badan dan menghadap Zianna sepenuhnya, "Gelagat apa yang menunjukkan kalo gue caper disaat gue aja gak ngapa-ngapain? Lo lihat lagi, deh." Aryanaka menunjuk orang-orang yang ada disekitar mereka.

"Mereka bukan cuma merhatiin gue, justru yang jadi pusat perhatian utamanya itu elo." Tutur Aryanaka menjitak dahi Zianna.

Zianna mengusap dahinya sambil menggerutu, "Kenapa jadi gue?!"

Aryanaka menghela nafasnya, "Lo sadar gak Lo tadi berangkat sama siapa?"

"Elo lah!"

"Gue siapa?"

"Aryanaka."

"Gue siapa?" Tanya Aryanaka sekali lagi guna menyadarkan Zianna akan situasi saat ini.

"Elo— sialan gue lupa!" Zianna buru-buru melepas helmnya dan menyerahkannya pada Aryanaka dengan kasar. "Gue ke kelas duluan!" Ujarnya lalu melesat pergi meninggalkan Aryanaka begitu saja.

Aryanaka hanya bisa menggeleng dibuatnya, meletakkan helm Zianna di atas jok motornya dan memandang Zianna dari sana.

Aryanaka tak mengerti, kenapa Anna-nya ini selalu lucu? Sok-sokan ingin menyembunyikan hubungan agar tak dikejar pertanyaan oleh para netizen sekolah, eehh pagi tadi malah memintanya untuk berangkat ke sekolah bersama-sama.

Baru saja beberapa langkah Zianna melangkah, ia dihadang oleh lelaki tinggi yang kemarin pagi mengintilinya seperti anak ayam yang baru saja menetas.

Zio.

Aryanaka yang melihat itu tentu saja ingin menghampiri, namun niatnya urung sebab ia ingin melihat bagaimana Anna-nya menghadapi cowok-cowok sialan nan kurang ajar yang mendekatinya. Aryanaka menonton dengan posisinya yang masih ditempat, bersandar pada motor sportnya.

Ia hanya akan menonton, kecuali jiga nanti —yah, semoga saja tidak terjadi— Anna-nya terganggu. Tentu saja ia akan bertindak.

"Hei, Zia!" Zio melambaikan tangannya didepan Zianna dengan senyuman menyebalkan.

Zianna hanya memandang malas ke arah Zio, melipat kedua tangannya didepan dada, wajahnya mendongak guna melihat wajah sialan cowok itu. "Mau apa Lo?" Tanyanya judes. Khas Zianna.

"Nomor WA." Jawabnya to the point. Gercep sih gercep, tapi kenapa semengganggu ini?

Aryanaka yang berdiri di tempatnya berdecih pelan, lantas turut melipat kedua tangannya di depan dada.

Zianna memandang wajah Zio dan tertawa sinis, "Punya apa Lo ngedeketin gue?"

"Privilege. Gue punya segalanya." Sahut cowok itu angkuh.

Jawaban cowok yang katanya cowok paling ganteng, paling kaya, paling pinter, dan paling paling paling di SMA CI sebelum dihempas oleh kedatangan Aryanaka ini membuat Zianna tergelak sinis.

Zianna berjinjit guna menyetarakan tinggi mereka, walaupun sebenarnya tidak mampu, tapi setidaknya orang ini bisa dengar dan tahu kalau, "Gue. Gak. Butuh!" Tekan Ziann lalu kembali menegakkan tubuhnya berlalu melewati Zio begitu saja.

Zio membalikkan badannya menatap kepergian gadis itu, sudut bibirnya tertarik keatas. Menarik, satu-satunya gadis yang menolak pesonanya ini membuatnya merasa tertantang. Akan sangat puas bila ia berhasil mendapatkannya. Sayangnya Zio tidak mengetahui jika—

"Memalukan." Cibir Aryanaka dengan melewati Zio.

—sudah ada Aryanaka di samping Zianna. Dari dulu, sekarang, dan selamanya.

***

Zianna berjalan santai menuju ke kelasnya, mencoba tidak memperdulikan suara-suara yang tengah membicarakannya atas kejadian tadi. Baik itu tentang dirinya yang datang bersama Aryanaka, maupun tentang dirinya yang menolak Zio secara mentah-mentah.

Tapi tak apa, ia sudah biasa dibicarakan.

Saat ingin memasuki kelas, ia sayup-sayup mendengar sahabatnya juga tengah membicarakannya bersama sang pacar, "Gak bisa, Ay. Gue udah curiga dari kemaren kalo Zia sama Naka pasti ada something!"

"Ya terus kenapa kalo mereka ada sesuatu?"

"Ya— gak papa, sih. Tapi masa Zianna bohongin kita? Nyembunyiiin sesuatu dari kita? Dia nganggep kita itu apa sih?" Tutur Keylara dengan nada kesal. Ia masih dendam dengan kejadian dimana Zianna menolak mereka yang mengajaknya pulang, memilih menetap bersama si murid baru dengan alasan 'ada urusan'.

Zianna tak tersinggung sama sekali, ia hanya menarik senyum tipis dan berjalan santai menuju ke dalam kelas.

"Sahabat dong!" Sahut Zianna yang baru saja masuk dan menghampiri tempat dimana Keylara dan Kevandra duduk.

Keylara melirik malas ke arah Zianna yang baru saja mendudukkan diri di bangkunya, "Enak, ya, balik dianterin cowok ganteng," ujar keylara dengan nada menyindir.

Ohh, nampaknya mereka berdua kemarin mengintipnya dengan Aryanaka dari awal sampai akhir.

"Enak, ya, ngintipin orang lain," sahut Zianna membalas sindirian itu, membuat keylara panik seketika.

"Si-siapa yang ngintip coba?!"

"Elo lah!"

***

Sedangkan masih di area parkiran tadi, Aryanaka melewati Zio begitu saja setelah ia mengucapkan satu kata yang menyulut amarah Zio saat itu juga.

Dengan rahang yang mulai mengeras, Zio membalikkan badan Aryanaka dengan kasar, "Maksud Lo apa, hah?!"

Aryanaka mengangkat sebelah alisnya, "Ada yang salah sama ucapan gue?"

Dengan tatapan marahnya, Zio menuding Aryanaka, "Elo itu cuma murid baru yang beruntung keterima disini disaat kapasitasnya udah penuh! Gak usah belagu!"

Mendengar itu, lantas Aryanaka tergelak sinis, "Kocak Lo, gue keterima disini atas kemampuan gue sendiri kali. Beruntung itu cuma kata asing yang gak ada di kamus gue."

"–Lagian, kalaupun gue beruntung, bukannya itu lebih baik daripada orang yang berhasil masuk kesini atas campur tangan orang dalam?" Tutur Aryanaka setengah menyindir.

Zio yang terlanjur tersinggung dengan ucapan Aryanaka lantas makin tersinggung mendengar nada bicara Aryanaka pada ucapan terakhirnya, "Maksud Lo ngomong begitu apaan, bangsat!"

Aryanaka pura-pura terkejut, "Kenapa Lo? Ngamuk? Jangan bilang Lo salah satu dari orang yang berhasil masuk kesini karena campur tangan orang dalam?"

"–Pantesan gak tau malu."

BUGH!

Tindakan tanpa aba-aba dari Zio lantas membuat siswi-siswi yang ada disitu memekik terkejut.

Kepala Aryanaka sampai menoleh ke samping saking kerasnya pukulan itu. Tangannya bergerak mengusap bekas pukulan, darahnya keluar. "Anjing!" Umpatnya.

"Gak usah main fisik, bangsat!" Aryanaka menarik kerah baju Zio dengan kasar.

–to be continue–

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!