"Apakah dia baik-baik saja?"
Seorang pria setengah abad tengah duduk di kursi kekuasaannya dengan angkuh. Menyesap rokok dan meniupnya ke udara.
Ia memandang sang asisten dengan nyalang.
"Iya, Tuan. Hanya saja, dia baru saja dihubungi oleh ibunya." Jawab sang asisten.
Pria setengah abad itu terkekeh sinis, "Bagaimana dengan Ayahnya?"
"Putra anda—"
"Dia bukan putraku!"
Sang asisten membungkuk mengakui kesalahan, "Maksud saya, Ayahnya masih sama seperti biasa."
"Tersiksa karena kehilangan istrinya, ya?" Pria setengah abad itu tertawa jahat. Menikmati keadaan sang putra beserta keluarganya yang ia yakini tidak akan pernah baik-baik saja. Ya, setidaknya selama ia masih hidup di bumi ini.
***
"Jadi gitu ceritanya." Ujar Zianna mengakhiri cerita kisah antara Aryanaka dan dirinya.
Keylara dan Kevandra manggut-manggut mendengar penjelasan Zianna yang kelewat panjang itu. Mereka akhirnya tahu, siapa Aryanaka bagi Zianna, dan siapa Zianna bagi Aryanaka.
Setelah ini, tak perlu ada salah paham lagi. Tak perlu ada diam-diam lagi. Semua sudah clear saat ini juga.
"Berarti, kita ketambahan satu mamber lagi, dong?" Seru Keylara girang.
Kevandra mengeryitkan dahi, "Ha?"
"Sayangnya nggak, Key. Dia masih dendam sama Lo yang suka cari gara-gara sama gue kemarin." Jawab Zianna tenang.
Keylara melotot terkejut, "Yang gue kasih gara-gara kan elo, kenapa jadi dia yang dendam sama gue?"
Zianna tergelak, "Dendam gue, dendam dia juga." Sahut Zianna santai sambil menyeruput es jeruknya.
"Sialan Lo!"
Mereka bertiga lantas berbincang bersama. Entahlah apa yang mereka bicarakan, yang namanya teman kalau berkumpul pasti pembicaraannya ngalir terus sampai kesana kemari.
Saat ini, saatnya jam istirahat pertama. Seperti biasa, mereka sedang berada di kantin untuk memanjakan perut mereka. Duduk di bangku paling pojok agar tak menjadi pusat perhatian.
Agaknya, sampai sekarang perbincangan perihal hubungannya dan Aryanaka, juga tentang most wanted mereka –Zio– yang mendekati Zianna masih menjadi topik panas untuk dibicarakan.
Zianna hanya mampu menghela nafas dibuatnya.
Tiba-tiba saja, kedatangan Zio yang membawa makanannya mengganggu ketenangan mereka. Oh maksudnya, hanya Zianna saja yang terganggu. Karena nyatanya, Keylara malah menerima dengan senang hati kedatangan si most wanted nya SMA CI itu.
Dengan tampangnya yang menyebalkan, Zio duduk di samping Zianna dan mulai memakan makanannya dengan santai. Membuat Zianna memandangnya kesal.
"Kenapa? Keberatan gue duduk disini?"
Pake nanya!
"Selain tahu malu, sadar diri itu juga penting, bro." Bukan, bukan Zianna yang menjawab. Melainkan Aryanaka yang baru saja datang dengan makanan di tangannya. Langsung menggeser posisi Zio dan duduk disebelah cowok itu. Tepatnya, ditengah-tengah antara Zio dan Zianna.
"Minggir."
Zio berdecih dan memutar bola matanya malas, namun tak urung ia tetap menggeser tempatnya agak kepinggir. Menyisakan tempat untuk Aryanaka duduki.
"Eh, Naka." Ujar Keylara sembari menyengir.
Aryanaka hanya memandangnya malas, lantas mengambil saus serta kecap dan mulai meracik baksonya.
Dengan isengnya, Zianna yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik Aryanaka pun mengambil sambal yang kebetulan berada dekat dengan dirinya dengan pelan-pelan. For you information, sambal itu adalah musuh bebuyutannya Aryanaka.
"Ar, gue ada sambel, nih. Gue kasih, ya," Dengan tampang jailnya Zianna pura-pura akan menuangkan sambal itu ke dalam mangkuk Aryanaka.
Aryanaka melotot terkejut, lonceng tanda bahaya berbunyi!
Ia yang baru saja menyeruput bihunnya pun reflek buru-buru mengambil mangkuknya dan membawanya berdiri. Membuat orang-orang yang ada disana memandang Aryanaka heran.
Aryanaka dengan tampang konyolnya mengangkat mangkuk berisi bakso dengan bihun yang masih menggantung di mulutnya. Belum sempat ia seruput hingga termakan habis.
Melihat itu, Zianna mati-matian menahan tawanya agar tidak keluar. Aryanaka yang tahu maksud terselubung Zianna itu pun memandang Zianna nyalang. Zianna menjulurkan lidahnya mengejek Aryanaka, bibirnya bergerak dan mengatakan, "satu, kosong." Tanpa suara.
Aryanaka memandang sekeliling dengan kikuk lalu kembali duduk, berusaha mengabaikan pandangan heran orang-orang yang ditujukan untuk dirinya. Dalam hati Aryanaka bersumpah, ia akan memusnahkan segala macam bentuk sambal yang ada di muka bumi ini. Walaupun ia tahu kalau itu mustahil.
Heran, yang menjahilinya kan Zianna, kenapa jadi sambal yang akan ia musnahkan?
Keylara, Kevandra, dan Zio kompak terkejut dengan kelakuan Zianna yang baru saja mereka lihat saat ini juga. Mereka jadi mengerti, Zianna yang selama ini mereka kenal mungkin saja bukan Zianna yang sesungguhnya. Hanya karena adanya Aryanaka, akhirnya pelan-pelan mereka mulai mengenal siapa itu Zianna.
Walaupun, yah, Zianna yang sebenarnya ternyata jauh lebih konyol dari yang mereka duga.
***
"Beneran gak mampir dulu?"
Aryanaka menggeleng di atas motonya, "Hari ini gue ada urusan,"
"Urusan apa?" Zianna mengeryit bingung.
Aryanaka hanya ternyenyum culas, tangannya bergerak menepuk pucuk kepala Zianna tanpa mengatakan apapun. Ia lalu menstater motornya, "Gue balik, ya? Nanti gue kabari lagi." Ujarnya lalu diangguki Zianna yang masih dengan tampangnya yang penuh akan pertanyaan.
Zianna memandang kepergian Aryanaka hingga motor cowok itu tak terloha yang dari pandangannya.
Setelah Aryanaka pergi, Zianna baru membalikkan tubuhnya dan masuk kedalam rumah. Dalam hati, berbagai macam pertanyaan menyerang ke dalam otaknya. Kira-kira, urusan apa yang Aryanaka kerjakan? Itu saja intinya.
Tak mau berpikiran buruk, Zianna lantas melesat masuk kedalam rumah sambil mengucapkan salam.
Tak ada yang menyahut, mungkin saja mereka masih belum pulang.
Sekilas info, papa Zianna itu pengusaha yang kalau pulang paling tidak, ya, jam tiga sore ke atas, pol-polan jam delapan atau sembilan. Sedangkan mama Zianna, ia juga seorang pengusaha toko kue yang sebenarnya sudah ia pasrahkan pada asistennya dikarenakan ia yang akan lebih fokus mengurus keluarga. Namun sesekali, ia akan tetap mengecek keadaan tokonya. Seperti saat ini contohnya.
Kalau Alshad, entahlah. Sepertinya mau Alshad pergi dan bekerja di lubang singa sekalipun, Zianna tidak akan peduli.
Zianna yang baru saja mengganti pakaiannya dikejutkan oleh bel rumah yang tiba-tiba berbunyi. Siapa tamu yang datang kerumahnya? Zianna bisa mengira itu tamu karena memang biasanya, papa, mama, serta kakaknya tidak akan memencet bel bila pulang kerumah.
Pintu kamar Zianna terketuk. Lantas Zianna membukanya, ternyata itu Bi Sumi. Asisten rumah tangganya yang memberinya sebuah kotak hitam.
"Ini apa, Bi?" Tanya Zianna heran.
"Bibi gak tau, non. Itu dari tukang paket didepan, katanya untuk non Zianna." Jawab Bi Sumi.
Zianna mengangguk, "Makasih ya, Bi." Ujar Zianna pada Bi Sumi yang berlalu pergi setelahnya.
Zianna menutup pintu kamarnya dengan penuh heran, membawa kotak hitam itu ke atas ranjang dan membukanya.
Sebuah notes yang terlipat dengan pita merah dengan boneka barbie kecil yang wajahnya sudah tak terbentuk.
Saat Zianna membuka notes itu dan membacanya, Zianna sempat terkejut dengan isinya.
'Bersiaplah dengan segala konsekuensi yang harus kamu tanggung, Zianna.'
Apakah ini teror? Tapi kenapa packing nya serapi ini?
–to be continue–
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments