Diam bukan takut, dengan apa yang di katakan oleh lelaki tua di hadapannya itu. Tapi diam nya seorang Rizki Nasir sedang berpikir apa yang akan di lakukan oleh nya ketika maut sedang berputar mengulur waktu mengintai gerak gerik untuk membunuh nya secara perlahan lahan kepada dirinya dan orang orang terdekat nya itu.
"Anak Muda Ki. Apa rencana mu ke depan.! Departemen pengobatan Negara ini di rumah sakit kami masih memerlukan posisi Direktur. Apakah kau tertarik..?" Tanya Lagi Tetua Zink.
"Mohon Maaf. Pak Tua Zink, tidak tertarik dengan tawaran anda, karna wawancara ini sudah selesai, dan kalau tidak urusan lagi, silahkan anda bersama Dokter lain nya pergi.." Kata Rizki menolak seraya mengusir halus lelaki tua itu.
"Kau jangan cepat cepat menolak. Selain posisi Direktur di departemen pengobatan negara. Aku juga dapat memberikan posisi yang lebih tinggi lagi. Rumah, mobil, uang, semuanya adalah hal kecil bagi ku.." Lelaki itu memberikan iming iming kepada Rizki agar mau bergabung dengan team nya.
"Pak Tua Zink, terima kasih atas niat baik nya. Aku sudah memutuskan nya. Dan Aku Bukan Dokter, jadi walaupun tawaran mu yang kau berikan sangat menggiurkan. Aku juga tidak akan menyetujuinya. Selamat tinggal, mohon maaf aku tidak mengantar.." Rizki mendorong Tetua Zink dan Ia langsung buru buru menutup pintunya.
"Bener bener anak muda yang sangat tangguh pada pendirian nya. Anak Muda Ki, selamat tinggal suatu saat kita akan bertemu lagi.." Ucap Pak Tua Zink itu.
Siang pun telah berlalu menjemput waktu sore menjelang senja, mentari tampak terlihat berwarna keemasan dan terlihat meredup tertutup awan hitam dan tak lama kemudian langit pun tampak berubah gelap tanda malam pun kini sudah tiba.
Setelah mengutarakan maksud dan niat nya kepada Kesya dan Kakek nya, bahwa dirinya akan segera pergi dari kampung nelayan ini. Walaupun di rasa berat oleh pemuda itu, tetapi ini keputusan yang sangat tepat. Gadis kecil itu pun datang menghampiri Rizki yang sedang menatap sang bulan sabit dengan di kelilingi bintang bintang kecil di malam hari.
"Hidung Belang Ki.." Apakah kau sungguh akan pergi.?" Tidak bisakah kalau kau tidak pergi.." Tegur Kesya dari belakang seraya mengutarakan niat hati nya agar pemuda itu jangan pergi.
"Uhk... Setelah terjadi begitu banyak masalah. Aku tidak dapat menetap di sini. Memang pada awalnya aku berencana untuk tinggal di sini lebih lama.." Ujar Rizki menjelaskan kepada gadis kecil itu.
"Aku tidak takut. Kalau ada masalah kita dapat menghadapi nya bersama sama. Aku tidak takut sungguh.." Exfresi yang di tunjukkan oleh gadis kecil terhadap Rizki membuat hati nya tersentuh. Lalu Ia pun membalikkan badannya.
"Hehehehe. Anak bodoh, walau pun aku pergi, aku masih bisa pergi ke sekolah untuk melihat mu.." Kata Rizki seraya terkekeh.
"Benarkah.?" Berjanji lah padaku.?" Pinta Kesya seraya menjulurkan jari kelingkingnya.
"YA.. AKU BERJANJI.." Rizki pun sama hal nya menjulurkan jari kelingkingnya itu.
"Mengapa aku selalu merasa dada ku sesak sekali. Apakah ini rasanya di perhatikan seseorang.? Terasa nyaman sekali.." Gumam Rizki dalam hati.
Sesaat menenangkan perasaan akibat rasa takut gadis kecil itu di tinggal pergi oleh Rizki, tak lama kemudian dari arah pintu dalam, muncullah seorang Kakek yang telah sudi menampung hidupnya di rumah yang berada di lokasi desa nelayan ini.
"Anak Muda Ki. Aku sudah Tua, sudah tidak berguna, sekarang adalah giliran generasi muda seperti kalian. Lakukan lah, apa pun keputusan mu. Aku yang Tua akan selalu mendukung mu.." Satu suara memberikan semangat dan dukungan atas keputusan yang di ambil oleh Rizki.
Pemuda itu yang sedang mengikat janji kelingking dengan gadis kecil, langsung menoleh dan tersenyum kearah pemilik suara itu.
"Terima Kasih Kakek Tua. Aku berjanji........ Ucapan Rizki terhenti ketika ketukan pintu terdengar, dan Rizki pun langsung berjalan untuk membuka pintu itu dan ingin tahu siapa yang telah bertamu malam malam ini.
Kakek Tua dan gadis kecil seketika tersentak kaget, setelah melihat dengan kedua mata mereka, bahwa yang bertamu adalah Hugo, anak nya dari Kakek Hamid.
"Mid Hugo........ Untuk apa kau datang kemari hah..?" Bentak Kakek Kes..
Namun bentakan dan pertanyaan dari Kakek Tua Kes itu di acuhkan oleh Hugo dan Ia langsung bersujud di hadapan Rizki Nasir seraya berkata.
"Tabib Dewa Ki. Kumohon jadikan aku sebagai Murid mu.!
"Apakah kau datang untuk memintanya menjadi guru..?" Tanya Kesya bener bener tak percaya apa yang di lihatnya itu.
"Keputusan mu memang tepat. Kau tahu kalau kau mengikuti ku, hidup mu akan menjadi lebih baik. Tapi sayang aku tidak berniat untuk mengangkat murid. Lebih baik pulanglah.." Usir Rizki.
"Haha... Guru. Apakah ada sesuatu dalam diriku yang membuat mu kurang puas. Tidak apa apa katakan lah, aku akan mengubahnya. Aku akan berubah sampai Guru puas." Kata Hugo dengan pendirian nya itu.
"Pulang lah. Aku tidak ingin menerima Murid.."
"Astaga! Si bodoh ini apakah tidak mengerti ucapan ku. Dia bahkan memanggil ku guru." Keluh Rizki dalam hati.
"Guru aku ingin sekali belajar dari mu. Kumohon jadikan aku murid mu.." Paksa Hugo dengan posisi masih bersujud di hadapan Rizki dan Kesya.
"Huh... Kalau melihat otak mu. Kali ini kau berbuat seperti ini, pasti karena perintah si Tua Hamid. Dasar Domba Tua.." Timpal Kakek Kes.
"Kakak Hugo bangun lah. Kakak Ki sudah memutuskan nya, Kan.! Kau berlutut seperti ini juga tidak ada gunanya.." Kesya mencoba membangunkan Hugo dan memberikan nasehat.
"Baiklah kalau istri guru berkata seperti itu! Aku akan bangun.." Kata Hugo lalu bangkit, namun Kesya refleks langsung mundur kebelakang karna kaget dengan ucapan yang di katakan oleh Hugo.
"Is...... Istri Guru! Apa maksud mu istri Guru.?" Kak Hugo jangan bercanda.." Kesya bener bener tak menyangka bahwa pemuda di hadapannya yang dulu dengan keras kepalanya ingin menjadikan nya istri, sekarang malah berbicara begitu.
"Guru.... Istri Guru.... Uang sebanyak 5 juta rupiah ini, ku berikan sebagai rasa hormat ku.." Ucap Hugo seraya menyimpan uang itu di atas meja.
"Kalau tidak cukup kalian bisa memintanya lagi pada ku.." Sambung Hugo seraya berjalan keluar rumah dengan lambaian tangan nya keatas.
"Aku pergi dulu..." Hugo bener bener telah keluar dari rumah nya dan pergi, meninggalkan mereka bertiga yang kebingungan dan rasa penasaran teramat dalam kepada pemuda tersebut.
"Istri Guru. Sebutan yang sangat bagus.." Gumam hati Kesya tersipu malu, tampak di kedua pipi nya terlihat memerah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
anugrah
Hadir lagi
2023-06-17
1
Fina
mantul
2023-05-19
3
Achmad dadan Ismawan
lanjut
2023-05-10
6