"Maaf aku juga terpaksa melakukan nya.?" Apakah mau kakek mu yang melakukan nya..?" Tanya Rizki kepada perempuan yang usia mungkin terpaut beberapa tahun saja dengan dirinya.
Perempuan itu hanya diam membisu, tak bisa menjawabnya apa yang di tanyakan oleh nya, seandainya bila Kakek nya yang menghisap dan mengeluarkan racun ular kobra yang ada di seluruh tubuhnya mungkin akan lebih buruk bila orang lain mengetahui nya, tentang anggota tubuh yang tak boleh orang lain lihat kecuali suami nya sendiri.
"Aneh sekali dan tak masuk akal . Bagaimana bisa dan tiba tiba aku berada di zaman ini. Ledakan di laboratorium seharusnya paling jauh hanya menerbangkan sampai beberapa meter saja, ini bagaimana bisa Aku sampai di 80 tahun yang lalu." Rizki berpikir keras di iringi gejolak hati nya.
Rizki lalu melangkah pergi hendak keluar dari kamar perempuan itu seraya kedua tangan nya di masukkan ke kantong celana nya dan berkata.
"Tubuh mu belum sepenuhnya pulih..... Maka lebih baik istrahat lah."
"Kau..... Siapa nama mu.?" Tanya perempuan itu, sekilas tersentuh dengan kata yang di ucapkan oleh pemuda itu.
"Rizki Nasir.." Pemuda itu terhenti langkah kaki nya, ketika perempuan itu bertanya tentang sebuah nama.
"Rizki Nasir. Namanya terdengar sombong sekali.." Ucap perempuan dalam hati.
"Nama ku Kesya.." Ucap nya malu malu.
"Ehk.. Bagaimana kau bisa di atas Gunung.?" Kau juga tidak terlihat seperti penduduk di desa kami.?" Tanya Kesya penasaran dengan pemuda ini siapa sebenarnya.
"Aku juga tidak tahu, setelah bangun aku sudah berada di sana, lalu terdengar lah suara air yang mengalir.." Kedua tangan nya ia keluarkan dari saku celananya, dengan acuh nya Ia berkata dengan apa yang di tanyakan oleh Kesya.
"Jangan... Jangan kau melihat semuanya.." Wajah nya pias dan keringat bercucuran pikiran melayang tentang apa yang tak di harapkan oleh nya.
"Ti.... Tidak mungkin, barusan kau bilang kau baru bangun pasti tidak akan terlihat jelas, bagaimana mungkin melihat nya kan.?" Tanya Kesya dengan senyuman di paksakan.
"Tentu saja tidak, waktu bangun tidurku lumayan cepat." Rizki menoleh dan tersenyum sinis.
"Tidak.. Tidak... Tidak... Jangan bercanda. Kau pasti sedang sengaja untuk membuat ku marah kan?"
"Sebenarnya kau tidak melihat apa pun kan.?" Kesya memastikan bahwa Rizki bener bener tidak melihat.
"Maksud mu saat kau buang air kecil.?" Maafkan aku. Aku telah melihat semuanya. Dan melihat nya dengan jelas." Terang Rizki dengan tatapan dingin.
Mendengar apa yang di ucapkan oleh pemuda dewasa itu, seketika Kesya yang sedang duduk di pojok kasur itu langsung melompat dengan exfresi wajah yang memburu dan kedua mata menyala, lalu melampiaskan amarahnya kepada pemuda tersebut.
"Hidung Belang aku akan membunuh mu.."
"Ehk... Kau jangan bergerak dulu, kalau tidak luka mu akan semakin parah, " Rizki refleks kedua tangannya menahan serangan dari perempuan itu.
"Arhk................." Pantat ku sakit sekali.." Ringis Kesya.
"Dasar keras kepala, sudah ku bilang jangan banyak bergerak dulu." Kesel Rizki, tak tega melihat perempuan itu merengsek kesakitan.
"Hiks... Hiks... Sakit.. Sakit.. Sakit... Sakit... Sakit sekali pantat ku.."
Tak ada cara lain lagi untuk Rizki agar rasa sakit perempuan itu mereda, Kedua tangan nya langsung bergerak dengan kecepatan kilat, dan tak lama beberapa menit, apa yang di pakai oleh perempuan itu sudah terlepas dari pantat nya.
"Hidung belang apa yang akan kau lakukan hah.." Kesya berkata dengan nada tinggi dan penolakan tentang apa yang pemuda itu lakukan.
"Jangan bergerak hei, tentu saja aku memijat mu, untuk mengurangi rasa sakit mu.." Jawab Rizki yang terus menerus merayap mengelilingi setiap titik urat di area pantat perempuan tersebut.
"TIDAK MAU...... Brengsek kau hidung belang ahkkkk..." Teriak Kesya menggema seantero kamar perempuan itu.
Hampir lima belas menit, terapi yang di lakukan oleh Rizki akhir nya selesai, lalu terdengar ensell pintu tertarik dan pintu pun terbuka.
"Anak muda obat nya sudah jadi.." Kakek Tua, tampak keheranan dengan kondisi kamar yang berantakan dan tampak sang Cucu sedang bersembunyi dengan di tutup selimut seluruh tubuhnya.
"Gadis kecil kenapa kau berdiam di bawah selimut.?" Musim panas begini, apa kau tidak merasa kegerahan.?" Tanya Kakek dengan mangkuk obat di tangan nya.
"Mulai hari ini, aku tidak Sudi melihat hidung belang itu lagi.?" Sampai mati pun aku tidak sudi.?" Kesya keluar dari selimut tebal nya dan hanya menampilkan wajah nya saja yang penuh dengan exfresi kemarahan.
Kakek, Kesya penasaran dan kebingungan, kenapa bisa Cucu nya itu emosi nya bisa tertahan dan ada rasa sedikit kekhawatiran di jiwa sang Kakek, lalu bertanya kepada anak muda dengan hati hati.
"Anak Muda.... In.... Ini......"
Rizki yang sudah mengetahui akan pertanyaan dari Kakek tua itu, lalu buru menyela ucapan nya.
"Tidak apa apa. Barusan aku hanya memijat nya, untuk meredakan rasa sakitnya itu. Mungkin Ia tidak suka dalam satu hari celananya di lepas dua kali." Kata Rizki dengan mata terpejam dan tak ada rasa bersalah sedikitpun.
"Huh, bener bener kenyal dan saat di pegang terasa halus sekali." Ucap Rizki dalam hati.
"KU PERINGATKAN KAU. Sampai kau berani mengatakan nya pada orang lain. Aku Kesya Andoni bersumpah kepada langit pasti akan membunuh mu.." Jelas exfresi perempuan itu menahan amarahnya dan berkata tinggi kepada lelaki yang duduk di kursi dengan dua kaki di selonjoran kan ke atas kasur.
"Cih. Orang seperti mu yang kurus, berada rata dan hanya memiliki pantat yang indah saja. Aku sama sekali tidak tertarik.." Rizki bangun dan melangkah menuju Kakek tua itu sambil memberi perintah.
"Kakek Tua, cepat suruh dia untuk meminum obat nya.!
"Aku tidak mau minum, siapa tahu sudah di berikan racun di dalam nya.." Sergah Kesya.
"Aduh gadis kecil ini... Sebaiknya kau dengarkan apa yang dokter bilang saja.." Kata Kakek tua mencoba membujuk Cucu nya itu.
"Hap.. Rizki langsung mengambil wadah kecil dari Kakek tua itu, dan langsung membalikkan badannya seraya melangkah perlahan, tampak exfresi nya penuh dengan kekesalan yang di tunjukkan kepada perempuan keras kepala itu.
"Aku tak peduli kau hidup atau mati. Aku hanya takut kau merusak reputasi ku sebagai master obat. Karena aku sudah menolong mu, kau harus hidup.." Kata Rizki penuh penekanan dan intimidasi kepada perempuan itu.
"Huh.. Kau master obat.?" Kalau begitu aku Dewi obat. Sekarang Dewi obat berkata tidak ingin minum obat dari mu.." Kesya bener bener telah berani membuat pemuda itu marah, dengan sengaja membalas perkataan yang mungkin orang lain takut, tapi Kesya dengan cuek dan memalingkan wajahnya seraya berkata acuh.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Dadang Sumbada
awal yg baik lanjut, maaf sebagai masukan sebaiknya dalm satu momen jangan terlalu lama jadi indahnya cerita berkurang...
2024-08-02
0
anugrah
lanjut
2023-04-18
4
Kar
lanjutkan Thor the end ya
2023-04-11
12