"Kalau bilang aku ini manusia super apa kau percaya." Rizki tersenyum manis kearah Kesya.
"Hah. Lupakan saja kalau kau tidak mau mengatakan nya. Dan juga terima kasih banyak.." Kata Kesya dengan jari di simpan dalam sisi kanan keningnya. Seolah olah Ia terasa berat mengatakan ucapan itu.
"Kau berterima kasih atau tidak itu tidak masalah bagi ku. Asalkan kau tidak menendang ku saat aku memijat mu itu sudah cukup.." Kata Rizki tersenyum sinis serta Alis nya bergerak keatas.
"Bagaimana aku tidak menendang mu. Kalau kau membuka paksa celana ku.! Mengapa kau harus membahas masalah ini, kau ini tidak bisa membiarkan ku merasa sedikit terharu.." Nada nya mulai meninggi lagi ketika Rizki membahas sesuatu yang sangat mesum.
"Tok...
"Tok...
"Tok...
Perdebatan antara Kesya dan Rizki, seketika terhenti dan kini ketiga nya mempunyai pemikiran yang sama, siapa yang telah mengetuk pintu berkali kali.
"Siapa. Masuklah tidak di kunci.." Titah Kakek Tua dari dalam rumah.
"Krek........... Perlahan pintu terbuka. Alangkah terkejutnya Kakek Kes dan Kesya ketika yang mengetuk pintu itu yang tak lain Kakek Hamid. Sedangkan Rizki yang duduk di meja paling ujung hanya menatap dengan tatapan sorot mata membunuh.
"Wah... Makanan yang enak sekali, apa ada sesuatu yang menggembirakan.?" Tanya Kakek Hamid berjalan kearah mereka yang sedang duduk di kursi meja makan.
"Kakek Tua Hamid. Uang mu sudah ku kembalikan. Untuk apa lagi kau datang kemari.." Kakek Kes, kini menunjukkan sipat ketidaksukaan nya kepada lelaki yang baru masuk ini seraya jari nya menunjuk kearah muka Kakek Hamid.
"Sebenarnya ini.... Aku datang kemari untuk meminta maaf dan aku juga ingin mengatakan masalah tentang Hugo. Kau lihat Kesya aku rasa dia dan Hugo....... Kata kata dari Kakek Hamid terhenti, kedua matanya menatap kearah lelaki yang tadinya diam duduk dengan makanan kini berdiri dan melangkah menuju Kesya yang sangat tertekan dengan perkataan nya.
"Kau masih ingin menjodohkan Kesya dengan Cucu mu kan.?" Tatapan dingin di tunjukkan dari wajah Rizki kepada Kakek Hamid.
"Hari ini aku akan menyampaikan ini agar kau mengerti.! DIA ADALAH MILIKKU.." Rizki menarik Kesya dari duduknya untuk segera memeluknya dan sorot mata nya tajam kearah Kakek Hamid.
"Lebih baik cucu mu menyerah saja.." Sergah Rizki."
Kakek Hamid tak bisa menjawabnya dengan apa yang di lihat oleh nya, Kesya tak berontak ketika dirinya di peluk oleh pemuda yang mempunyai tatapan nya seperti seekor singa yang sedang mengintai mangsanya.
"Hidung belang kau.."
Tangan Rizki langsung mencubit pantat Kesya, ketika gadis kecil itu berkata.
"Uhkk... Kau.!
Rizki yang sedari pandangan tak lepas kearah kakek Hamid, kini beralih kearah Kesya yang ketika di cubit pantat nya mengeluarkan suara keluhan.
"Apakah kau bener bener ingin menikah dengan Hugo.? Aku membantumu supaya mereka tidak akan menggangu mu lagi..?" Kata Rizki pelan namun terdengar jelas oleh Kesya.
Kesya hanya bisa memasang wajah imut saja, ia bener bener tidak bisa menjawab nya, dari sisi lain memang dirinya ingin terbebas dari pengejaran Kakek Hamid yang ingin menikahkan nya dengan cucu nya itu. Tapi di sisi lain nya lagi, Rizki seakan akan mencuri kesempatan dalam kesempitan tentang semua ini.
"Walau pun di peluk secara paksa itu gadis kecil tidak melawan. sepertinya hati gadis kecil itu sudah memilih nya." Ucap Kakek Hamid.
"Hufh. Masalah ini memang masalah anak muda. Aku tiba tiba ingat ada hal yang harus ku bereskan. Aku pamit pulang.." Kakek Hamid keluar meninggalkan rumah Kakek Kes.
Harapan untuk menjadikan Kesya menjadi menantu nya kini sudah pupus, dan tak akan menggangu nya lagi.
Setelah di rasa cukup Kakek Hamid pergi, puncak kekesalan dan amarah dari Kesya, walaupun Rizki itu menyelamatkan diri nya dari incaran Kakek Hamid, tapi tidak harus sampai begitu.
"Hidung belang. Kau berani nya, mencubit cubit... Akan ku gigit sampai mati...!
"Ahhhhhhhhhhhh........ Jangan..............!! Teriak Rizki hingga terdengar keluar oleh Kakek Hamid yang belum sepenuhnya jauh dari halaman rumah Kakek Kes.
**
Malam pun telah tiba, di sebuah kamar yang begitu cantik dekorasi nya, tampak dua manusia yang berkelamin berbeda sedang duduk di atas kasur dengan exfresi wajah masing masing sulit untuk di artikan.
"Hidung belang, apa kau bener bener dapat memperbesar nya..?" Tanya Kesya.
"Hidung belang, apa harus melakukan operasi.?" Tidak seperti negara tetangga yang memasukkan silikon kedalam nya kan.?" Apakah akan sakit .?" Aku takut sakit." Kini pertanyaan semakin beruntun, hingga Rizki pun berkerut kening.
"Uhk.... Gadis kecil dulu aku pernah memperbesar payudara seorang presiden. Masalahmu ini sangat sederhana.." Kata Rizki.
"Presiden. Kata kata nya mirip dengan pembual.." Kata Kesya dengan bibir monyong.
Rizki pun langsung mengambil mangkuk yang sudah di persiapkan dari sore hari, lalu jari telunjuk ia masukkan kedalam mangkuk yang di dalam nya cairan yang sangat harum di cium nya.
"Apa ini harum sekali..?" Tanya Kesya.
"Benda ini bukan untuk di makan.." Kini benda yang di dalam mangkuk itu sudah di oleskan di telapak tangan nya.
"Aku akan memijat nya sekarang. Apa kau siap.? Sebenarnya aku rasa kau harus memikirkan lagi.." Kata Rizki mengingatkan sebelum melakukan nya itu.
Kesya terdiam, kebanggaan milik nya, akan di sentuh oleh lelaki yang bukan suaminya, tapi rasa sakit akibat di ejek terus menerus oleh temannya, membuat nya memberanikan diri dan pasrah dengan apa yang akan di lakukan oleh Rizki, yang penting keinginan nya itu tercapai dan berhasil.
"Aku sudah siap. Aku akan menganggap di sentuh oleh seekor anjing. Kau bisa memulai nya.." Kata Kesya, mata nya terpejam perlahan lahan kaos nya di tarik dari bawah keatas.
"Oleh anjing. Kalau begitu aku tidak akan sungkan lagi.!
Kedua telapak tangannya yang sudah di lumuri oleh serbuk obat mulai merayap dan menyelusuri setiap inti Gunung Kembar milik gadis itu.
"Lunak bercampur keras perasaan yang sulit untuk di gambarkan. Apakah ini yang di namakan buah khuldi.." Ucap Rizki.
"AMAZING.." Otak dan hati nya bersamaan berkata serentak ketika Gunung Kembar itu sudah berada dalam genggaman Rizki.
"Hah... Hah... Hah......!
Irama nafas Kesya tak beraturan dan langsung terbaring dengan keringat di wajahnya, roman wajah yang memerah menghentikan aktivitas Rizki yang terus menerus memijat kedua Gunung kembar kecil milik gadis itu.
Setelah selesai pengobatan yang di lakukan oleh Rizki dengan cara yang tradisional, Rizki pun turun dari kasur yang di tempati tidurnya seraya mengambil lap yang sudah di persiapkan di atas meja itu.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
kiara_payung
Hadir om dah lama gak lewat ke novel om
2023-04-30
4
Rafi Saputra
hahahahaha
2023-04-29
5
Kar
lanjut semangat Thor
2023-04-11
8