"Reporter Riani kau seharusnya mewawancarai Dokter Zink dan team nya. Aku hanyalah seorang penduduk desa biasa. Mereka adalah orang penting dan hebat." Kata Rizki memuji Direktur Zink dan team nya agar wawancara itu tidak terjadi.
"Tapi seluruh penduduk desa mengatakan bahwa kau adalah seorang Tabib Dewa. Setelah di wawancarai popularitas mu akan meningkat. Kau pasti tidak ingin kan keahlian mu ini di sembunyikan kan.." Kata Reporter itu memberikan angin segar.
Sorak sorai serta dukungan bahkan komentar komentar dari penduduk desa nelayan kepada Rizki untuk bersedia di wawancarai agar popularitas nya meningkat dan berkembang di berikan oleh warga desa nelayan, tanpa berpikir panjang bahwa akan membuat dirinya terekspos ke dunia luar.
Bahkan sang gadis kecil Kesya bersama kakek nya ikut merayu agar Rizki mau di wawancara.
"Kau bisa menjadi orang terkenal, bagus sekali." Puji Kesya dengan senyuman manis.
"Ohk sepertinya gadis kecil berpikiran jauh. Kau tak usah ikut campur.." Kata Rizki
"Uhk..... " Keluh Kesya, seraya bibir nya manyun seperti tutut sawah yang siap di masak.
"Lihat lah semua orang mengatakan kau adalah seorang tabib. Tidak perlu di sembunyikan lagi.." Kata Reporter Ariani memasang wajah dan senyuman manis.
"Benarkah.." Kata Rizki...
"Iya.." Jawab Ariani cepat dengan anggukan.
"Kalau begitu seluruh penduduk desa nelayan mengatakan kau adalah istri ku.. Maaf apakah kau bener bener istri ku..?" Tanya Rizki dengan nada tinggi seraya jari telunjuk nya menunjuk kearah reporter cantik itu.
Sontak hal itu membuat Ariani tersentak kaget dengan sebuah pertanyaan yang di berikan oleh pemuda di hadapannya itu. Berani berani pemuda itu mengatakan hal yang memalukan kepada Ariani.
Bukan reporter stasiun televisi itu saja yang membuat kaget, tapi seluruh penduduk desa pun tak percaya bila tak mendengar langsung dari perkataan Rizki sendiri telah membuat malu dan mempermainkan reporter tersebut.
"Kau ingin menjadikan ku sebagai istri. Baiklah kalau begitu kau harus bersedia di wawancarai oleh ku." Kata Ariani mencoba untuk tidak terpancing oleh aksi pemuda di hadapannya itu.
"Brengsek.! Beraninya kau melecehkan ku.! Sabarlah... Aku harus bersabar.... Aku tidak bisa menghadapinya secara biasa.." Batin Ariani berkata dengan amarah yang tertahan.
"Hehehehe..." Setelah di permalukan oleh orang asing kau tetap bersabar. Pasti ada sesuatu yang kau sembunyikan?" Tanya Rizki seraya terkekeh.
"Tidak ingin menjadi istri ku. Juga tidak apa apa.." Sambung Rizki.
Kesya yang berdiri tak jauh dari Rizki dan reporter Riani itu, hatinya pun ikut bertanya tanya tentang pemuda yang baru beberapa hari tapi mampu menggemparkan warga desa nelayan dengan keahliannya.
"Ya ya ya, memang begitu bagus kalau hidung belang itu nyadar diri ingin menjadikan reporter cantik itu menjadi istrinya. Tapi hidung belang ini memang kejam , pasti semua orang di permainkan nya.." Kesya berpikir dalam hatinya.
Di saat perdebatan itu tak kunjung usai, dengan keras kepala nya masing masing.. Tiba tiba teguran lelaki yang di kenal oleh Rizki terdengar dan datang menghampiri mereka berdua.
"Hehehehe. Ada masalah apa ramai ramai begini.?
"Direktur Zink.." Apakah kau yang memberitahu kan kepada nya soal penyembuhan wabah..?" Tanya Rizki.
"Anak muda Ki. Ini semua adalah hasil kerja keras mu. Aku tidak mau merebut nya dari mu.." Alasan yang di berikan oleh Tetua Zink itu.
"Keterampilan medis mu bener bener memberi harapan pada dunia kedokteran tradisional. Orang berbakat seperti mu seharusnya dapat menyembuhkan lebih banyak orang sakit.." Terang Tetua Zink dan memberikan masukan serta saranya.
"Menolong orang adalah urusan Dokter. Tidak ada hubungannya dengan ku.." Jelas Rizki pada pendirian nya.
Diam diam sang wartawan yang sedang membawa kamera itu merekam pembicaraan antara Rizki dan Direktur Zink.. Hal itu membuat Rizki tak terima.
"Hei kau orang yang membawa kamera.! Jangan merekam nya.! Berikan film nya padaku sekarang.." Tunjuk Rizki.
"Celaka kalau kalian mengekspos ku. Diri sendiri aja tidak akan tertolong, bagaimana bisa menyembuhkan orang lain.." Gumam Rizki dalam hati.
"Tidak perlu mendengarkan nya, lanjutkan. Kami memiliki hak untuk meliput." Sergah Riani.
Rizki lalu melangkah dan kini di hadapannya seorang wanita yang keras kepala seperti dirinya, dengan gaya angkuhnya kedua tangannya Ia simpan dalam saku celananya, lalu berkata..
"Kuberi tahu kau. Aku memiliki hak untuk menolak di wawancara.!! Cepat serahkan film nya dan segera pergi dari sini.." Usir Rizki dengan kasar.
"Hehehehe. Kalian berdua tidak seharusnya bersitegang. Kalau ada masalah bisa di bicarakan baik baik.." Kata Tetua Zink kini berdiri di tengah tengah mereka.
"Paman Zink. Bukan aku sengaja mau jadi seperti ini. Dia bener bener keterlaluan. Dia menganggap ku seperti apa.? Apakah serigala..!
"Berbicara kasar kepadaku. Mempermainkan ku. Aku tetap bersabar. Aku hanya ingin mewawancarai nya, bukan ingin meminta nyawanya. Apakah dia pantas perbuatan nya itu.." Ujar Riani mencurahkan kekesalan nya itu.
"Tabib Dewa Ki. Menerima tawaran wawancara adalah hal baik. Terutama untuk masa depan mu. Kau tak perlu berbuat berlebihan seperti itu.." Timpal penduduk Desa itu, Rizki pun menoleh pelan kearah lelaki yang baru saja ikut berkomentar.
"Awal nya aku ingin tinggal lebih lama di desa nelayan ini, tidak kusangka beritanya dapat tersebar begitu cepat, aku harus segera meninggalkan tempat ini.." Ucap Rizki dalam hati.
"Kau.... Cepat ikut aku kedalam. Ada hal yang ingin ku sampaikan pada mu.." Titah Rizki kepada Riani.
"HANYA KAU SEORANG YANG BOLEH MASUK.." Tunjuk Rizki dengan nada tinggi.
"Apa yang akan kau lakukan berkata kasar pada ku tidak cukup hah.! Kau masih ingin melecehkan kan ku.." Sergah Riani.
"Cuih.... Hanya orang bodoh yang bersedia masuk ke dalam bersama mu.." Ucap Riani dengan wajah sinis.
"BENARKAH REPORTER RIANI. COBA KAU LIHAT TANGAN MU.." Ucap Rizki sorot mata tajam menatap kearah Riani dan seringai licik terpancar di wajahnya.
Riani pun langsung melihat kedua tangannya, dan apa yang di lihat olehnya bener bener di luar nalar, kenapa kedua tangan langsung berubah menjadi hitam, padahal sebelumnya tidak apa apa.!
"Sialan! Apa yang kau lakukan pada ku hah..?" Teriak Riani seraya menatap kedua telapak tangan nya yang berwarna hitam dan mulai merambat kearah pergelangan nya.
"Kalau kau tidak ingin kedua tangan mu berubah menjadi seperti itu selamanya. Ikut aku kedalam dan perlu kau ketahui hanya aku yang mampu menyembuhkan nya..!
"Sialan kau berani mengancam ku. Kau pikir dunia ini hanya kau seorang yang dapat menyembuhkan nya.." Exfresi nya tampak begitu meluap luap yang di arahkan Riani kepada Rizki yang tampak acuh berjalan meninggalkan kumpulan mereka yang berada di teras rumah Kakek Kes.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Muhammad aka
lanjut
2023-06-17
1
Muhammad aka
wajar reporter itu ingin merekam Rizki karena belum tahu siapa dia
2023-06-17
1
Achmad dadan Ismawan
hahahhahaha
2023-05-10
6