"Heii.. Nona racun dari ular ini sangat berbahaya. Racun nya harus segera di keluarkan.." Kata nya Rizki peduli terhadap perempuan itu.
"Hoss.... Hoss.... Hoss..." Irama nafas nya mulai tak beraturan.
"Nona.. Nyawa mu lebih penting. Kalau kau begini terus dan memberontak terus kau bisa mati.." Sambung Rizki dengan suara nada tinggi.
"Biarkan aku mati, aku tak ingin lelaki mesum seperti mu memperdulikan ku.." Lirih perempuan itu dengan keras kepalanya.
Perempuan itu langsung memberontak, mencoba melepaskan tangan yang di pegang oleh Rizki yang berusaha untuk mencoba membantu mengeluarkan racun ular yang ada di dalam tubuhnya.
"Ada yang datang.." Gumam Rizki.
Refleks pikiran nya kini tertuju kepada suara langkah kaki yang kemungkinan ada seseorang yang datang, maka pertahanan kaki nya pun lemah hingga Ia terjatuh tepat menubruk perempuan yang ada di hadapannya itu.
"Tap... Tap... Tap... Gadis kecil.. Gadis kecil.. Kau ada dimana.?" Ayo kita pulang bersama Kakek dan beristirahat." Ucap lelaki tua itu seraya mata nya menatap kesana kemari.
Sesampainya di dekat sebuah pohon besar dengan rumput rumput yang liar, kakek tua itu langsung tersentak kaget, kedua mata nya melotot dan berteriak kencang.
"Gadis Kecil."
Tampak Cucu satu satu nya itu sedang di tindih oleh seorang lelaki dewasa, yang membuat dirinya berpikiran macam macam bahwa gadis kecil nya itu sedang di lecehkan.
"Anak sialan.."
"Bangsat.." Teriak Kakek tua itu, seraya mengacungkan celurit tajam nya kearah Rizki yang sedang menindih Cucu nya itu.
"Tu... Tunggu.. Tunggu.." Kata Rizki seraya tangannya mengacungkan untuk tidak gegabah melayang kan senjata tajam itu.
"Kau berani melecehkan cucu ku."
"Aku akan membunuh mu bocah tengik."
Kakek tua itu langsung mengarahkan celurit nya. Namun dengan sigap Rizki langsung menahan senjata itu dengan kedua tangan nya, seraya berkata."
"Jangan kau bunuh aku. Aku ini tidak sengaja. Cepat hentikan kalau tidak nyawa cucu mu tak akan terselamatkan.
Gadis kecil yang sedang terbaring lemah menahan sakit akibat racun ular yang sudah mulai menyebar di seluruh tubuhnya, mendengar suara Kakek nya itu sedang beradu argument dengan lelaki mesum itu.
"Kakek.. Aku kedinginan.." Lirih suara perempuan itu.
"Gadis kecil." Sang Kakek langsung beranjak kearah Cucu nya yang tergeletak tak sadarkan diri.
"Gadis kecil apa yang terjadi pada mu. Jangan membuat Kakek panik.?"
Rizki yang baru saja bisa bernafas lega, karna sudah terbebas dari ancaman pembunuhan yang di lakukan oleh Kakek dari perempuan itu. Kedua mata nya menatap seluruh wajah perempuan itu yang mulai membiru.
"Ini Gawat."
Rizki langsung melompat dan sang Kakek di paksa untuk menyingkir dari hadapan cucu nya. Lalu ia pun langsung membuka celana nya perempuan tersebut, hingga amarah sang kakek pun langsung meluap sekali lagi.
"Bocah tengik apa yang kau lakukan hah." Gertak Kakek tua itu.
Dengan santai Rizki pun membalas gertakan Kakek tua itu.
"Tentu saja melepaskan celananya."
Sang Kakek melotot tajam, aura membunuh nya muncul lagi, tangannya gemetar mencoba menarik paksa celurit yang ada di tangan nya untuk di arahkan kepada Rizki.
"Kakek Tua tidak masalah kau ingin membunuh ku. Tapi saat ini kau harus memikirkan cara untuk menolong cucu mu.?"
"Dia baru saja di gigit oleh ular beracun. Dan ular itu ular Kobra kalau tidak segera di tangani cucu mu akan mati.." Terang Rizki menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi saat ini.
"Aku harus segera menghisap dan mengeluarkan racun nya." Rizki berkata lagi mencoba meyakinkan kepada Kakek tua itu yang tampak amarahnya belum juga menurun.
"Kalau untuk menghisap racun nya, biar aku saja yang melakukan nya.." Kini Kakek Tua itu berkata walaupun amarah belum sepenuhnya turun.
"Uhk.." Dengus Rizki.
"Baiklah kau saja yang melakukan nya. Sekalian memberi tahumu. Bagian yang di gigit ular itu adalah pantatnya.." Kata Rizki acuh seraya kedua tangannya di simpan dalam samping kiri dan kanan perut nya.
Tak ada jawaban sama sekali dari kakek tua itu. Rizki pun lalu berkata lagi dengan ucapan yang santai tapi mampu menusuk dalam ulu hati kakek itu.
"Kakek Tua kau yakin akan menghisap pantat cucu mu itu.?" Apa kau tidak takut Cucu mu mengetahui nya dan yang lebih utama harus hidup menanggung malu.
"Ii.. Ini.........." Kakek tua itu tak bisa berkata apa apa. Apa yang di katakan oleh bocah tengik itu memang bener.
"Bagaimana tidak ada cara lain kan.."
"CEPAT MINGGIR.." Kata Rizki dengan nada yang sangat tinggi.
"TUNGGU."
"Kau tidak boleh menyentuh pantat Cucu ku." Kata Kakek tua itu menahan Rizki dengan cara memeluk dari belakang.
"Baiklah. Kau yang melakukan nya, akan tetapi bila cucu mu merasa malu jangan salahkan aku sudah mengingatkan nya." Rizki menatap kepada perempuan itu dengan tatapan penuh arti.
Kakek tua bergeming, pikiran nya berkecamuk antara menyetujui atau tidak.
"Ka.. Kau saja yang melakukan nya.." Kakek tua itu melepaskan pelukannya dan berkata seraya membelakangi Rizki.
"Huh.." Nafas Rizki di hentakan sangat keras, Cucu dan Kakek sama sama keras kepala.
"Racun nya sudah menyebar."
"Kalau di paksakan masih bisa tertolong. Kalau terlambat sebentar saja, nyawa nya sudah tak ada di dunia ini." Kata Rizki seraya tangan nya di simpan dalam dagu.
"Hah.! Ka... Kau serius?" Tanya Kakek tua itu tersentak kaget mendengar nya.
"Walaupun aku ini cukup berpengalaman dalam dunia kedokteran. Tapi aku juga belum pernah menghisap racun di pantat wanita. Apalagi pantat wanita di hadapannya sangat begitu menggoda." Rizki berkata dalam hati.
"Tuan. Ku mohon aku hanya memiliki seorang cucu." Rengek kakek tua itu.
Tadi saja kakek tua ini mau membunuh ku, sekarang merengek memohon pertolongan ku, huh dasar.
"Sial aku harus menolong nya sekuat tenaga hah.!!
"Sruupp................."
"Fuhh.................."
"Sruupp................"
"Fuhh...................."
"Sruupp................."
"Fuhh......................"
Hampir beberapa kali bolak balik Rizki menghisap dan meludahkan racun yang ada di seluruh tubuh perempuan itu, hingga akhirnya selesai juga.
"Darah yang terkena racun ular kobra sudah ku isap dan ku keluarkan. Kakek Tua cepat kau carikan obat penawarnya. Di antaranya satu tanaman Mimosa pudica Linn. Dua Tanaman Mongoose. Tiga Lavender. Empat Kunyit dan yang ke Lima Daun Kari." Terang Rizki kepada Kakek tua agar secepatnya Cucu nya itu pulih.
"Se... Semua obat yang kau sebutkan itu tidak ada yang aku kenal.." Jawab nya seraya menggaruk garuk kepalanya.
"Hmmmmmmmm.. Lupakan lah, aku sendiri yang akan mencari nya. Kau sebaiknya tunggu di sini untuk menjaga Cucu mu itu.." Kata Rizki, lalu berlalu pergi meninggalkan mereka setelah anggukan kepala dari Kakek tua itu.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Rafi Saputra
lanjut
2023-05-28
2
anugrah
tapi gue suka
2023-04-10
11
anugrah
hahaahahah sedikit cabul MC thor
2023-04-10
11