"Huh sudah kukatakan kau jangan banyak bergerak dulu. Kalau begitu aku akan memijat untuk meredakan rasa sakit lagi.." Kata nya dengan wajah yang tampak terlihat jahat.
"Apa........ Hidung belang tidak... Aku tidak mau.. Ahkkkk....." Teriak Kesya berontak dengan apa yang di lakukan oleh Rizki. Namun hal itu sia sia dengan ganas nya dan rasa kesel Rizki karna di tabrak oleh Kesya.
"Huhuhuhu... Hidung belang. Pria mesum menyebalkan." Omel Kesya dengan keaadaan telungkup di dalam kamar.
"Omelan mu itu selalu sama, aku sudah bosan mendengar kan nya. Ehk, Kes di sini ikan jenis apa yang paling berharga.?" Tanya Rizki mengingat dua hari lagi harus menyelesaikan urusan Kakek Tua Kes dengan Kakek tua Hamid masalah hutang piutang.
"Tentu saja lobster. Setengah kilo harga nya bisa ratusan." Jawab Kesya yang tampak terlihat kesal kepada pria mesum itu.
"Benarkah. Kalau begitu lobster saja.." Rizki berkata dengan semangat empat lima.
"Tap... Tap.... Tap..... Ceklek..."
Suara langkah kaki terdengar dan tak lama kemudian ensell pintu pun terdengar lalu pintu terbuka, sosok lelaki tua membawa sebuah alat yang mirip dengan kendi besar pun datang seraya berkata.
"Anak muda. Aku sudah mengambil barang nya. Kau yakin hanya membutuhkan ini saja..?" Tanya Kakek tua itu sambil menyimpan kendi besar itu di lantai.
Rizki pun bangkit dari kursi dan melihat kendi yang di bawa oleh Kakek Kesya.
"Benar hanya ada benda ini saja sudah cukup.." Senyum terukir di bibir Rizki.
Lalu Ia pun langsung mengolesi setiap lubang kendi itu dengan serbuk obat yang dia bikin sesaat setelah memijat pantat Kesya.
Kakek Tua dan Kesya hanya menatap tajam apa yang di lakukan oleh Rizki Nasir, kedua nya penuh pikiran dengan tanda tanya besar.
Setelah selesai dengan apa yang di lakukan kepada kendi tersebut. Rizki pun lalu mengajak Kesya bersama Kakek nya untuk pergi ke laut.
"Ayo kita pergi ke laut untuk menangkap ikan.." Ajak Rizki tersenyum manis kepada mereka berdua.. Mereka berdua pun mengangguk.
Hampir lima belas menit lamanya mereka bertiga kini sudah sampai di tepi laut, dan Rizki pun lalu mulai mengerjakan sesuatu untuk menangkap ikan lobster yang tampak aneh menurut pikiran dan hati nya Kesya maupun Kakek nya itu.
Setelah semua perangkap dia simpan sudah selesai. Rizki pun mengajak Kesya untuk duduk sambil menikmati indahnya samudera yang begitu luas dan tampak deburan ombak menghadang sang karang.
Pandangan mata nya seketika menatap kearah Kesya yang sedang asyik memperhatikan perangkap ikan yang di buat oleh Rizki..
"Perempuan seperti ini tampak terlihat ok...... Polos dan cantik, tidak seperti perempuan yang ada di dunia itu. Penuh dengan tato dan kasar sekali . Kalau di bandingkan dengan mereka Kesya seperti seorang bidadari yang turun dari surga. Mungkin tuhan memberikan ini kepada ku sebagai kompensasi.." Ucap hati Rizki secara tak sengaja air mata nya bisa jatuh begitu saja, ketika dirinya mulai membandingkan gadis yang duduk di samping nya itu dengan dunia yang pertama ia tuju.
Lamunan nya itu seketika buyar, ketika seorang lelaki tua berlari dan berkata dengan suara yang sangat keras, memberitahu kan sesuatu yang sulit untuk dia dapatkan.
"Ya Tuhan ini gila. Bener bener sebuah keajaiban."
"Kakek. Apa yang terjadi." Kesya refleks berdiri penasaran kenapa bisa Kakek nya berlari seraya mengecoh tak jelas.
"Gadis kecil.. Anak muda.! Kalian pergi dan lihat lah sendiri.." Titah Kakek Tua itu, sambil menetralisir kan nafasnya dan menyeka keringat yang menelusuri kulit keriput kakek tua itu.
"Lobster Lobster berada di tepi pantai.." Kata Kakek tua tidak percaya dengan semua ini, seandainya dirinya tidak melihat dengan kedua mata nya itu.. Hal yang begitu mustahil untuk di dapatkan, jadi begitu mudah di gapai dengan perantara dari anak muda yang kini tinggal bersama dirinya.
##############
Matahari tengah bergembira siang itu. Lewat tengah hari menjelang sore begini, teriknya memancar riang ke seluruh penjuru kota. Mengeringkan jemuran, membakar jalanan, menyengat kulit penghuni Kota Guangxi yang hilir mudik di bawahnya.
Matahari tidak pernah pandang bulu, mengistimewakan satu dari yang lainnya. Ia yang begitu tua mencurahkan cahayanya dengan adil. Termasuk ke satu ruangan yang begitu luas.
Tampak seorang wanita berusia 24 tahun berdiri tegak menatap ke bawah, terlihat lalu lalang kendaraan mewah yang tampak terlihat kecil, karena wanita itu sedang berada di gedung dengan lantai 23.
"Sudah tiga hari. Apakah dia bener bener sudah mati..?"
Wajah nya menoleh kearah pintu, karna terdengar suara ketukan pintu oleh wanita yang sedang bertanya kepada diri nya sendiri.
"Manajer pihak bank memberi peringatan lagi.." Ketika pintu Manajer itu terbuka, seorang wanita yang usia nya di atas nya langsung berkata.
"Apakah mengejar utang lagi..?" Tanya Manajer itu.
"Ya.." Wanita yang baru masuk itu langsung melangkah dan duduk di kursi.
"Lusi. Tolong gantikan aku menemani presiden Leo makan.." Pinta wanita yang jabatan nya sebagai Manajer.
"Manajer presiden Leo bukan orang baik baik. Kalau makan bersama nya, sama saja seperti seekor domba masuk ke mulut harimau.." Kata Lusi mengingat kan nya.
"Aku mengenal dia lebih jauh dari mu. Kalau bukan karena trik kecil yang dia lakukan. Perusahaan tidak akan menjadi seperti ini.." Kata Manajer itu dengan tersenyum.
"Tapi walaupun mengetahui nya, apa yang bisa kita perbuat.?" Kalau sudah begini. Apakah ada cara lain.?" Sambung Manajer sambil bertanya kepada Lusi yang menjadi sekretaris nya itu.
"Itu.......... Lusi tidak bisa berkata sama sekali, apa yang di katakan oleh Manajer memang harus begitu perjalanan nya, mungkin dengan mengajak makan presiden Leo, perusahaan nya bisa terselamatkan.
"Pergi dan urus semuanya.." Titah Manajer kepada sekretaris nya itu.
"Baik.! Lusi pun beranjak dan keluar dari ruangan itu.
########
Rumah Kakek Kes.
Di sebuah rumah sederhana, tepat nya di dalam ruangan keluarga, tampak di atas meja, beberapa menu makan siang sudah tersaji dan tampak makanan di siang itu terlihat mewah dan enak.
"Anak muda Ki. Terima Kasih banyak."
"Hasil dari menjual lobster lobster itu. Aku dapat membayar uang sekolah Kesya. Lalu utang kepada Kakek Hamid juga sudah ku lunasi.! Aku sungguh berterima kasih kepada mu.." Ujar Kakek Tua itu seraya kedua matanya mengeluarkan air matanya.
Mungkin seandainya tidak ada Rizki Nasir, bagaimana sekarang nasib cucu nya itu di bawa oleh Kakek Hamid untuk di nikahkan kepada Cucu nya yang bernama Hugo.
"Hidung belang, apa yang sebenarnya telah kau lakukan. Lobster Lobster itu dengan sendirinya pergi ke tepi laut dan kita dengan mudah dapat menangkap nya. Hebat sekali.." Kesya bener bener ingin mengetahui apa yang di lakukan pemuda itu.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Rafi Saputra
lanjut
2023-04-29
4
anugrah
Gasss
2023-04-18
5
Kar
mulai menarik
2023-04-11
8