LORONG TAK BERUJUNG
Siang hari ini tanpa mendung dan sang surya memancarkan sinarnya dengan sangat terik. Namun penghuni kota Bandar Lampung tetap tidak melupakan tanggung jawab buat memperbaiki nasib demi anak dan istri di rumah yang menantikan sesuap nasi dan sepotong ayam goreng yang belum tentu setahun dalam sekali mereka bisa nikmati bersama keluarga. Dan bagaikan di pacu oleh semangat membara dengan satu kata "Demi Keluarga" untuk memburu keberuntungan yang mungkin saja bukan milik setiap orang walau usaha sudah di lakukan dengan maksimal akan tetapi semua hanya sebagai sesuatu mimpi dalam harapan yang tidak pernah akan diraih.
Seperti hal nya seorang pemuda bernama Rangga masih di bawah terik sinar matahari yang panasnya menyengat sampai terasa membakar kulit, dia melangkah gontai mendekati halte bis yang terlihat ramai dengan sesak manusia yang menanti sesuatu yang tidak pasti adanya. Sebentar dia mengeluh panjang, sebentar pula dia menghusap jidatnya yang basah oleh keringat. Di tangan kanannya memegang map berwarna merah sembari memperhatikan kendaraan roda empat dan roda dua yang lalu lalang di depannya.
Sebuah mikrolet tua berjalan lirih di depannya bagai hidup segan mati pun tak mau. Dan Rangga tidak ingin menunggu lebih lama lagi di bawah halte bis itu. Karena itu dia segera menyetop mikrolet tua itu lalu menaikinya dan baru saja duduk di dalam mikrolet tua yang berjalan maju dan mundur karena sudah di makan usianya, dari sudut mata Rangga tampak seorang gadis manis nan jelita indah mempesona yang duduk di hadapannya. Di sudut mata Rangga jelas sekali gadis itu telah memberikan isyarat klasik untuk hati agar merespon di dalamnya. Dengan profil sang gadis sedikit berwajah lonjong namun menawan dengan hidung mancung berkesan. Rambut sang gadia terurai harum semerbak di hempaskan angin sepoi-sepoi penuh harap dan matanya bening yang indah bersanding alis yang lentik sungguh sangat-sangat menawan hati setiap orang yang melihatnya dan tidak terkecuali dengan hati Rangga.
Detik-detik selanjutnya tanpa disadari mata sang gadis itu tertumbuk arah pada mata Rangga yang masih menampakkan kekaguman yang sangat akan makhluk cintaan Sang Kuasa terlihat begitu sempurna. Sepintas gadis itu menepiskan muka kesamping, kantas dia tertunduk sebentar. Mata Rangga memandang orang-orang yang ramai berlalu lalang. Tapi sebenarnya, perasaannya hanya tertuju pada gadis di depannya tersebut karena dengan menggerakkan kepala dan menatap ke arah gadis itu, hati Rangga menjadi teramat sejuk bagai kemarau yang panjang menjadi sirna di hempaskan hujan sekali saja.
Matanya yang indah itu memancarkan serobu alasan menjadikan sebuah harapan untuk bisa mendekati atau berkenalan, apalagi di saat Rangga melihat gadis itu menjadi tersipu malu saat mata mereka saling bertemu. Pipinya yang merah jambu ranum membuai angan-angan Rangga ingin mencumbunya dan bibirnya yang senantiasa mengulum basah menggetarkan jantung Rangga menghujam sampai di dalamnya.
Setiap mata mereka saling bertemu, senyuman malu gadis itu menghiasi di wajahnya.
Lalu mata Rangga turun ke bawah untuk memandang betis gadis itu yang ditumbuhi bulu-bulu meremang hitam nan halus. Sepatu coklat tua berhak tinggi sungguh sangat benar-benar serasi dengan lekuk seksi dengan potongan tubuhnya yang indah.
Hanya duduk dalam lanunan dan angan-angan kosong yang bisa dan mampu di perbuat oleh Rangga terhadap gadis itu dan dalam hati Rangga mengharapkan mikrolet tua itu berjalan dengan santai agar agak lama masuk ke terminal dengan begitu Rangga bisa terus memandang kecantikan gadis itu dengan sedikit leluasa.
Rangga berharap mikrolet tua itu akan mogok atau pecah ban dan tidak ada satu pun kendaraan lainnya yang lewat sampai malam, sehingga dia dapat agak lama bersama dengan gadis itu. Bisa saling berbincang-bincang panjang kali lebar kali tinggi dan alangkah damai dan menyenangkan sekali bila hal tersebut bisa menjadi kenyataan. Panas teriknya sinar sang surya siang itu tidak lagi di rasakan Rangga karena setiap kali pandangan matanya bertemu dengan mata gadis itu suasana hati dan kepala menjadi berubah super-super sejuk dan nyaman.
Rangga ingin sekali duduk di sebelah gadis itu akan tetapi perasaan malu yang menahan hati dalam keinginannya.
Rangga mulai resah dan khawatir tanpa sebab yang jelas pikirannya tidak menentu, apa lagi di saat mikrolet tua berhenti dan menaikkan ke dalamnya seorang penumpang laki-laki berkumis tipis. Anehnya, perasaan Rangga seakan-akan di tikam belati yang sangat tajam menghujam jantungnya, bagaimana tidak? Lelaki yang berkumis tipis tersebut duduk di sebelah gadia itu lalu seakan mulai mencari-cari perhatiannya pada hal gadia itu sedang di inginkan oleh Rangga.
Rangga mulai terlihat resah dan gelisah, gadis itu sempat mencuri pandang dengan Rangga dan terlihat tersipu malu yang membuat Rangga menelan ludahnya terasa manis pada hal biasanya tak ada rasa.
Tapi mendadak kemanisan itu berubah menjadi kesulitan untuk melepaskan permasalahannya, saat melihat tangan lelaki berkumis tipis yang duduk di sebelah gadis itu dengan sengaja melingkar di belakang pundaknya. Rangga mendongkol atas sikap lelaki yang duduk di sebelah gadis itu terasa terusik dengan rasa cemburunya akan tetapi Rangga tidak punya kuasa untuk berbuat apa-apa. Dia tak punya hak untuk melarang lelaki itu untuk tidak berlaku demikian. Hanya Rangga memberanikan diri menatap mata gadis itu.
Sorotan mata Rangga tajam setajam silet yang menorehkan luka di kalbu, gadis itu tak kuasa untuk bersitatap lebih lama. Dia merasakan ada sesuatu yang tidak diinginkan dari sorot mata Rangga ya seakan sorotan mata itu di landa kecemburuan yang sangat. Oh...! gadis itu lantas berpura-pura tidak nyaman oleh tangan lelaki yang duduk di sebelahnya.
"Maaf...!" Kata gadis itu sambil menutup jendela dan lelaki berkumis tipis itu hanya tersenyum ramah namun ada sedikit banyak terlihat rasa kecewa.
Gadis itu selesai menutup jendela, melempar pandang ke mata Rangga yang sejak tadi mengawasi hampir tanpa berkedip. Bibir gadis itu mengambang senyuman yang ampuh tiada lawan dan Rangga membalas dengan senyuman penuh arti dalam penyampaiannya.
Lelaki yang duduk di sebelah gadis itu telah cukup lama turun. Meski pun demikian Rangga masih merasa malu untuk memberanikan diri duduk di sebelah gadis itu.
Lelaki apakah aku ini?
Bukankah dia telah memberikan kesempatan dan harapan buatku untuk mendekatinya?
Kenapa aku takut?
Rangga ingin bangkit dan berpindah tempat agar dapat duduk di sebelah gadis itu, namun pantatnya tidak mau juga untuk beranjak dari duduk. Hanya sorot matanya yang penuh bara pesona menghiasi makna tatapan Rangga.
Gadis itu kembali tersipu sambil mengulum senyum dan mata yang nakal sempat singgah pada tonjolan benda lunak yang membusung tertutup kaos biru berlengan pendek. Alangkah menantangnya dan rok bawahan yang panjangnya di bawah lutut berwarna hitam, masih sempat memperlihatkan kakinya yang ditumbuhi bulu-bulu halus yang meremang hitam menciptakan sebuah getaran yang bermasa cukup lama di dalam dada Rangga.
Sebelum mikrolet tua mendekati rambu lalu lintas perempatan lampu merah, gadis itu menyuruh sopir mikrolet tua itu menghentikan mobilnya. Setelah membayar ongkosnya gadis itu sempat melempar senyum manis kepada Rangga dan berlalu turun menuju tempat yang menjadi tujuannya. Rangga seperti merasa kehilangan sesuatu yang paling berharga dalam hidupnya sebab pertemuan itu hanya sekali dan sulit untuk bisa terulang lagi.
Bukankah di Bandar Lampung ini banyak manusia dengan segala macam kesibukannya?
Sulit bagi Rangga untuk mengulangi kenyataan yang sangat berkesan di hati itu kembali dan Rangga akan selalu mengingat bahwa hari ini dia berjumpa dengan seorang gadis yang cantik jelita yang sulit untuk dilupakan dalam ingatannya begitu saja.
Ketika mikrolet tua telah memasuki terminal Raja Basah Kota Bandar Lampung. Rangga turun dari mikrolet tua itu dengan bermalas-malasan. Rasa terik sinar sang surya kembali dia rasakan setelah gadis itu hilang dari pandangannya. Tapi kali ini Rangga tidak mau membuang waktu lagi, bergegas dia naik ke dalam bis kota jurusan Raden Intan pada niatnya semula.
Sepanjang perjalanan, Rangga selalu melamunkan wajah gadis itu.
Kapankah lagi perjumpaan itu bisa terjadi? demikian harap Rangga dalam kebimbangan di karenakan gadis itu telah mencabik-cabik hati dan membakar dengan api asmara akan perasaannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
an-nna
hadir
2023-05-30
0