BAB 2 : TERLALU MAHAL

Rangga tidak bisa menghapus bayangan imajinasinya yang melayang-layang mengitari pikiran seakan-akan logikanya sirna tertutup perjumpaannya dengan seorang gadis yang telah meninggalkan kesan teramat manis, walau hanya dari sekilas berpandangan dan saling tersenyum.

Bagi Rangga kesan manis itu telah terukir di kalbunya tanpa mau perduli dengan kegelisahan yang selalu kembali dan kembali lagi mengganggu kedamaian hati dalam menjalani kehidupannya. Sehingga membuat pemuda ini jadi sosok seorang lelaki yang suka sekali melamun dan duduk menyendiri. Beberapa rekannya satu kampus merasa heran melihat sikap Rangga belakangan ini jauh berubah draktis dan dramatis sekali di bandingkan dengan hari-hari kemarin yang telah pernah terlalui dan dilaluinya.

Ucok mencoba untuk mendekati Rangga dan menegurnya.

"He!...ngapain melamun terus Ngga? Apa semalam kau bermimpi basah banyak sekali sampai-sampai kasurmu banjir?" Gurau Ucok.

Rangga tersentak dan mencoba menoleh ke arah Ucok yang tersenyum mengejek.

"Sialan," Gerutu Rangga setengah mendongkol.

"Lalu apa yang kau lamunkan?" Tanya Ucok.

"Kemarin aku berjumpa dengan bidadari yang turun dari langit Cok, seorang gadis yang cantiknya selangit luas nan biru." Ucok meledak tawanya.

"Di Lampung ini banyak gadis-gadis cantik yang sering bikin kepala pusing, Nggak. Kalau setiap kau berjumpa dengan gadis cantik lalu jatuh cinta, bisa-bisa jadi gila sendiri kau di buatnya!" Sambil berkata Ucok tertawa terpingkal-pingkal.

"Tapi yang kujumpai kemarin sangat luar biasa Cok." Tukas Rangga.

"Sekarang kau bilang luar biasa, nanti ketemu yang lebih cantik berubah lagi. Lalu apa? Super? Kau lelaki bermental oncom Rangga." Ucap Ucok mengejek.

"Diam!" Bentak Rangga keki.

"Hidup di Lampung jangan mudah jatuh cinta, Rangga. Aku kasih saran yang penting kepadamu. Cinta di sini mahal harganya." Ucok berkata seraya meninggalkan Rangga yang masih termangu di tempat duduknya.

Rangga kesal dan teramat mendongkol di tertawakan Ucok dan sangat mendongkol dikatakan Ucok sebagai lelaki bermental oncom. Untung saja tidak di katakan lelaki kacangan yang kampungan, jadi rasa mendongkolnya tidak terlalu sakit.

"Ah!, persetan dengan segala macam Ucok. Pokoknya aku telah berkata dengan jujur, bahwa gadis yang ku jumpai di mikrolet tua itu benar-benar sangat istimewa. Aku telah jatuh hati padanya."

Selesai mengikuti kuliah, Rangga menunggu mikrolet tua jurusan kota. Kalau dahulu Rangga paling senang naik bis kota, sekarang dia beralih senang naik mikrolet tua. Tak lain dan tak bukan, dia hanya bisa berharap dapat berjumpa lagi dengan gadis pujaan hatinya itu. Tapi apa yang mau di kata, pertemuan yang di harapkan justru sulit di alami untuk hari ini dan untuk pertemuan yang berikutnya sulit di pastikan.

Hari-hari yang di lalui Rangga jadi berubah kelabu tanpa semangat untuk menghiasi dengan bunga-bunga harapan yang merekah di taman hati mengeluarkan harum yang membuat semua orang ingin memetinya. Setiap pulang dari kuliah pemuda itu tidak pernah berjumpa lagi dengan gadis itu. Rangga jadi putus asa untuk selalu mengharapkan bisa bertemu dengan gadis yang selalu di impi-impikannya itu.

Sekarang Rangga beranggapan pertemuan nya dengan gadis itu bagai ibarat impian yang indah dalam tidurnya yang saat terbangun semua hanya kosong dan tiada nyata adanya.

Bagaimana mungkin dia dapat berjumpa dengan gadis itu kembali jika tak tahu tempat tinggalnya?

Tak tahu di mana dia bekerja?

Dan tak tahu pula namanya?

Rangga jadi menempelak jidatnya. Kenapa aku ketika itu tidak berani bertanya di mana alamatnya dan siapa namanya?

Demikian keluhan yang terjadi di diri Rangga yang di sertai dengan penyesalan. Namun meski demikian Rangga tidak pernah lepas untuk melalui dan menunggu di tempat halte bis itu.

Kali ini kenyataan itu bukan lagi sekedar angan-angan belaka karena di saat Rangga menyetop mikrolet tua jurusan kota, di dalam oplet itu nampak seorang gadis yang selama ini meresahkan hatinya. Bergegas dia naik dengan jantung yang berdetak kencang dan menentu terus berdetak tanpa ada aturan yang jelas. Rangga memberanikan diri untuk menatap gadis yang duduk di depannya dan hatinya sedikit kecewa, kenapa tempat duduk yang kosong tadi bukan di sebelah gadis itu? Kenapa yang musti kosong di depannya? Aaaah! Keluh Rangga dengan perasaan bimbang yang berada di antara keberanian yang teruji.

Gadis yang duduk di depan Rangga hanya tertunduk malu, namun bibirnya mengulum senyum yang penuh arti. Mata mereka saling bentrok untuk beberapa detik dan hati Rangga benar-benar sangat-sangat super bahagia. Gadis itu sempat tersenyum pada Rangga, aduh haaii...! senyumnya yang sedikit tersipu itu sangat mempesona. Giginya yang berjejer rapi dan putih, bibirnya yang ranum merah merekah ibarat kelopak bunga mawar yang masih segar. Rangga membalas senyuman itu dengan arti ingin bersahabat, ingin dia segera memulai mengajak bicara gadis itu, namun di rasakan suasananya sangat-sangat tidak menguntungkan.

Dengan menahan gejolak perasaan yang tidak kunjung bersabar, Rangga menunggu sampai gadis itu turun di persimpangan dan ternyata apa yang di harapkan oleh Rangga meleset. Gadis itu masih tetap duduk sampai mikrolet tua itu memasuki terminal yang sangat-sangat ramai dengan pengunjung yang hilir mudik tak menentu arah tujuannya. Pada hal Rangga sudah bersiap-siap bila saja gadis itu turun dan akan mencoba mengikutinya. Dengan gesit Rangga membayar ongkosnya, sebelum gadis itu mendahului.

"Sudah ku bayar." Demikian kata Rangga sambil tersenyum ramah.

Gadis itu tidak bisa berbuat apa-apa, dengan perasaan yang canggung dia memasukkan kembali uangnya ke dalam dompet.

"Terimakasih." Sahutnya datar.

Setelah gadis itu turun dari oplet, Rangga mengikutinya dari belakang dan langkah Rangga semakin di percepat guna menyamai langkah gadis itu. Ketika langkah mereka sudah bersisian, Rangga memberanikan diri untuk menegurnya.

"Dari pulang kerja Non?" Tegur Rangga sedikit terasa canggung.

Gadis itu menoleh sekilas, lalu menggelengkan kepala sambil tersenyum. Rambutnya yang hitam legam terurai ditiup angin semilir siang itu, betapa anggunnya penampilannya.

Langkah-langkah kakinya berjalan yang demikian lunak dan semampai membuat keinginan Rangga semakin menggebu-gebu untuk selalu jalan di sisi gadis itu. Siang itu dia memakai kaos hijau muda dengan celana levis yang sedikit ketat membalut tubuhnya. Alangkah indahnya bentuk tubuh gadis itu dengan pinggangnya yang begitu tampak ramping, pinggul meliuk bagaikan gitar spanyol dengan bentuk paha ramping yang amat serasi membuat mata yang memandang akan menelan liurnya kembali saat melihatnya.

"Apa aku boleh tahu namamu?" Tanya Rangga lunak.

Gadis itu tidak langsung menjawab melainkan berjalan dengan tertunduk dan memandangi ujung sepatunya yang berwarna hitam berhak tinggi meruncing. Bukan sepatu yang kemarin dipakai gadis itu, mengingatkan pertama kali dengan semua di perhatikannya dari ujung kaki sampai ujung rambut sehingga Rangga paham benar seperti apa saat pertama berjumpa dengan gadis itu. Yah dia masih hafal betul dengan hari dan tanggal perjumpaan di hari kemarin dan dadanya yang gemuruh akan gejolak perasaan tak menentu, kini di rasa semakin bergelora menahan lerupan-letupan bak kawah yang ingin melepaskan diri dari perut bumi.

"Namaku Rangga. Dan bolehkah aku tahu namamu?" Desak Rangga penuh harap.

Gadis itu menoleh lagi sekilas dan jantung Rangga berdetak keras. "Mata gadis itu alangkah indahnya dan senyum gadis itu alangkah manisnya. Semua yang terdapat pada dirinya banyak menimbulkan daya tarik bagi setiap lelaki. Tetapi kenapa dia agaknya terlalu berat untuk memberi tahu namanya? Adakah sesuatu yang disembunyikan di balik kenyataan yang mempesona itu? Ataukah dia sombong? Ah! kurasa tidak dan nampak wajar-wajar saja!" Suara hati Rangga memberikan pertanyaan yang belum bisa terjawab dalam hati Rangga yang semakin gelisah.

Meski demikian Rangga masih saja mengikuti langkah gadis itu sampai di jembatan. "Apakah namamu terlalu mahal untuk ku ketahui Non?"

Gadis itu tersenyum di kulum mendengar pertanyaan Rangga.

"Tidak." Jawab gadis itu datar.

"Lantas kenapa?" Tanya Rangga lagi.

"Tidak apa-apa." Jawab gadis itu singkat.

Rangga mulai berdecap resah dan gadis itu terlihat meliriknya sepintas. Lalu mereka berdiri bersisian di persimpangan jalan sambil menunggu bis jurusan Raden Intan. Rangga berdiri tercenung sambil memegangi dagunya. Terik sinar mata hari yang menimpa ubun-ubunnya tidak dirasakan lagi karena yang di rasa baginya tidak lain hati dalam kebimbangan dalam pengharapan sesuatu hal yang sepertinya sangat sulit untuk terwujud.

"Kamu mau ke mana?" Tanya gadis itu hingga menyentakkan Rangga dari lamunannya.

"Nggg... ke Jalan Raden Intan!." Jawab Rangga tergagap. Gadis itu berdehem pelan.

"Kenapa?" Tanya Rangga ingin tahu.

"Kita satu tujuan" Sahut gadis itu tanpa menoleh ke arah Rangga berada.

"Apa ruginya sih memberi tahu namamu? Bukan kali aku telah memberi tahu namaku tanpa merasa dirugikan?" Celetuk Rangga.

"Siapa yang menyuruh kamu memberi tahu namamu?" ketus gadis itu.

Herman tidak dapat menyahut karena dia merasa terpojok. Sungguh tak disangka bila gadis itu pintar memutar balik kata dalam bicara yang membuat keadaan bisa berakhir menyedihkan. Maka Rangga hanya bisa garuk-garuk kepala yang sebetulnya tidak di rasa gatal pada saat itu. Itu hanya sekedar improvisasinya belaka untuk menutupi sesuatu kejadian yang tidak di harapkan terjadi atau perkataan yang tidak harus di ucapkan sebab akan membuat pembicara akan menyerah dalam sudut kekalahan.

Mata gadis itu memandang Rangga dengan makna yang dalam, setengahnya menyelidik. Yang kemudian dia merasa bahwa lelaki yang ada di sampingnya ini kelihatan polos dan jujur. Lantas gadis itu memandang Rangga dengan seulas senyum yang ramah dan Herman merasa sedikit sangat-sangat terhibur dengan senyum gadis itu. Yang di rasa detik sebelumnya berlalu penuh kebimbangan berubah draktis 180 derajat seketika berubah dengan keramahan.

Terpopuler

Comments

YUSIKO

YUSIKO

mantap!

2023-04-07

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 : GADIS CANTIK JELITA
2 BAB 2 : TERLALU MAHAL
3 BAB 3 : NAMAKU CINDY
4 BAB 4 : SEBUAH KENYATAAN
5 BAB 5 : CETUSAN NALURI
6 BAB 6 : KETIDAKPASTIAN
7 BAB 7 : SANDIWARA TANPA CINTA
8 BAB 8 : MERASA PESIMIS
9 BAB 9 : PISTOL DI SAKU KIMONO
10 BAB 10 : CINTA DAN NAFSU
11 BAB 11 : PELURU NYASAR
12 BAB 12 : GELORA CINTA
13 BAB 13 : SIKSAAN BATIN
14 BAB 14 : PULANG KAMPUNG
15 BAB 15 : INGATAN HENDRY
16 BAB 16 : AYAH KUMAT LAGI
17 BAB 17 : PENGAKUAN RANGGA
18 BAB 18 : SEBUAH PENGORBANAN
19 BAB 19 : RASA TANGGUNGJAWAB
20 BAB 20 : RANGGA BEBAS
21 BAB 21 : NIAT HATI
22 BAB 22 : TANAH PEMAKAMAN
23 BAB 23 : PERJODOHAN ZAHRA
24 BAB 24 : JALAN PINTAS
25 BAB 25 : JALINAN MANIS
26 BAB 26 : KOMPROMI DULU
27 BAB 27 : SEBUAH PERKENALAN
28 BAB 28 : TIDAK SECEPAT ITU
29 BAB 29 : KEJUJURAN HATI
30 BAB 30 : BERTEMU FADLY
31 BAB 31 : SEMUANYA SUDAH BERLALU
32 BAB 32 : RASA SYUKUR
33 BAB 33 : MERANTAU
34 BAB 34 : SAYA TIDAK TAHU
35 BAB 35 : KESETIAAN CINTA
36 BAB 36 : ANTARA MISKIN DAN KAYA
37 BAB 37 : SAYA AKAN MENUNGGU
38 BAB 38 : KEBAHAGIAAN HIDUP
39 BAB 39 : TERLALU PAGI CINTAMU TUMBUH
40 BAB 40 : GADIS PERAWAN
41 BAB 41 : SEKUNTUM BUNGA
42 BAB 42 : VILLA DI PUNCAK
43 BAB 43 : PEMUDA IDAMAN AMANDA
44 BAB 44 : PEMUDA MISKIN
45 BAB 45 : BERPIKIRAN LUAS
46 BAB 46 : TERUSIR DARI RUMAH
47 BAB 47 : RUMAH KONTRAKAN
48 BAB 48 : MENDAPAT PEKERJAAN
49 BAB 49 : GAJIAN PERTAMA
50 BAB 50 : RATAPAN MEMILUKAN
51 BAB 51: ANAK YANG HILANG
52 BAB 52 : TANPA SYARAT
53 BAB 53 : SATU JAM LAGI
54 BAB 54 : PUTIH ABU-ABU
55 BAB 55 : OVERDOSIS
56 BAB 56 : GARA-GARA LONTONG
57 BAB 57 : TUKANG LONTONG
58 BAB 58 : TERNYATA ITU MASALAHNYA?
59 BAB 59 : AKHIR PENANTIAN
60 BAB 60 : MENGANGKAT BAHU
61 BAB 61 : PERSIAPAN YANG PANJANG
62 BAB 62 : SESUATU
63 BAB 63 : SATU TANYA TANPA JAWABAN
64 BAB 64 : PERTANYAAN YANG ANEH
65 BAB 65 : JADI RUWET
66 BAB 66 : PERTENGKARAN TERBUKA
67 BAB 67 : PERTENGKARAN MEMANAS
68 BAB 68 : POIN YANG LAIN
69 BAB 69 : PERASAAN ASING
70 BAB 70 : TITIK TERENDAH
71 BAB 71 : AMPUN DEH!
72 BAB 72 : KEISENGAN BALQIS
73 BAB 73 : SAAT PEMBALASAN
74 BAB 74 : LHO? KOK JADI BEGINI?
75 BAB 75 : TITIK!
76 BAB 76 : PASANG BADAN
77 BAB 77 : KENANGAN LAGI
78 BAB 78 : KETIADAAN ENDING
79 BAB 79 : HAI, DARLING HONEY
80 BAB 80 : JIWA ADALAH KEKAL
81 BAB 81 : ORANG GILA
82 BAB 82 : KUNCUP MAWAR ITU!
83 BAB 83 : PUTUS ASA
84 BAB 84 : PERISTIWA ULANG
85 BAB 85 : CEWEK GEBETAN GUE!
86 BAB 86 : SAYA HAMIL, DOKTER?
87 BAB 87 : MENUNGGU KEPASTIAN
88 BAB 88 : MEMINTA KEPASTIAN
89 BAB 89 : SEBUAH RENCANA
90 BAB 90 : STATUS HUBUNGAN
91 BAB 91 : TIDAK ADA KESEMPATAN
92 BAB 92 : AKU JIWA YANG LARA
93 BAB 93 : BERTEMU NABILA
94 BAB 94 : BERITA TAK TERDUGA
95 BAB 95 : PERTANGGUNGJAWABAN
96 BAB 96 : BIARLAH! BIARLAH!
97 BAB 97 : BERTEMU NABILA
98 BAB 98 : PERNIKAHAN SEMU
99 BAB 99 : MENCARI PEKERJAAN
100 BAB 100 : BANTUAN RANTI
101 Bab 101: KERAS HATI
102 BAB 102 : BERHENTI BEKERJA
103 BAB 103 : LELAKI PENGECUT
104 BAB 104 : TAMBAH BURUK
105 BAB 105 : JUJUR DAN TULUS
106 BAB 106 : SEBILAH SEMBILU
107 BAB 107 : APA LAGI?
108 BAB 108 : SEBUAH KESEPAKATAN
109 BAB 109 : TEROMBANG AMBING
110 BAB 110 : KUTUKAN TUHAN
111 BAB 111 : MIMPI YANG INDAH SEKALI
112 BAB 112 : BERTINDAK BIJAKSANA
113 BAB 113 : PERTEMUAN TERAKHIR
114 BAB 114 : KAMAR PERSALINAN
115 BAB 115 : KEPUTUSAN AKHIR
Episodes

Updated 115 Episodes

1
BAB 1 : GADIS CANTIK JELITA
2
BAB 2 : TERLALU MAHAL
3
BAB 3 : NAMAKU CINDY
4
BAB 4 : SEBUAH KENYATAAN
5
BAB 5 : CETUSAN NALURI
6
BAB 6 : KETIDAKPASTIAN
7
BAB 7 : SANDIWARA TANPA CINTA
8
BAB 8 : MERASA PESIMIS
9
BAB 9 : PISTOL DI SAKU KIMONO
10
BAB 10 : CINTA DAN NAFSU
11
BAB 11 : PELURU NYASAR
12
BAB 12 : GELORA CINTA
13
BAB 13 : SIKSAAN BATIN
14
BAB 14 : PULANG KAMPUNG
15
BAB 15 : INGATAN HENDRY
16
BAB 16 : AYAH KUMAT LAGI
17
BAB 17 : PENGAKUAN RANGGA
18
BAB 18 : SEBUAH PENGORBANAN
19
BAB 19 : RASA TANGGUNGJAWAB
20
BAB 20 : RANGGA BEBAS
21
BAB 21 : NIAT HATI
22
BAB 22 : TANAH PEMAKAMAN
23
BAB 23 : PERJODOHAN ZAHRA
24
BAB 24 : JALAN PINTAS
25
BAB 25 : JALINAN MANIS
26
BAB 26 : KOMPROMI DULU
27
BAB 27 : SEBUAH PERKENALAN
28
BAB 28 : TIDAK SECEPAT ITU
29
BAB 29 : KEJUJURAN HATI
30
BAB 30 : BERTEMU FADLY
31
BAB 31 : SEMUANYA SUDAH BERLALU
32
BAB 32 : RASA SYUKUR
33
BAB 33 : MERANTAU
34
BAB 34 : SAYA TIDAK TAHU
35
BAB 35 : KESETIAAN CINTA
36
BAB 36 : ANTARA MISKIN DAN KAYA
37
BAB 37 : SAYA AKAN MENUNGGU
38
BAB 38 : KEBAHAGIAAN HIDUP
39
BAB 39 : TERLALU PAGI CINTAMU TUMBUH
40
BAB 40 : GADIS PERAWAN
41
BAB 41 : SEKUNTUM BUNGA
42
BAB 42 : VILLA DI PUNCAK
43
BAB 43 : PEMUDA IDAMAN AMANDA
44
BAB 44 : PEMUDA MISKIN
45
BAB 45 : BERPIKIRAN LUAS
46
BAB 46 : TERUSIR DARI RUMAH
47
BAB 47 : RUMAH KONTRAKAN
48
BAB 48 : MENDAPAT PEKERJAAN
49
BAB 49 : GAJIAN PERTAMA
50
BAB 50 : RATAPAN MEMILUKAN
51
BAB 51: ANAK YANG HILANG
52
BAB 52 : TANPA SYARAT
53
BAB 53 : SATU JAM LAGI
54
BAB 54 : PUTIH ABU-ABU
55
BAB 55 : OVERDOSIS
56
BAB 56 : GARA-GARA LONTONG
57
BAB 57 : TUKANG LONTONG
58
BAB 58 : TERNYATA ITU MASALAHNYA?
59
BAB 59 : AKHIR PENANTIAN
60
BAB 60 : MENGANGKAT BAHU
61
BAB 61 : PERSIAPAN YANG PANJANG
62
BAB 62 : SESUATU
63
BAB 63 : SATU TANYA TANPA JAWABAN
64
BAB 64 : PERTANYAAN YANG ANEH
65
BAB 65 : JADI RUWET
66
BAB 66 : PERTENGKARAN TERBUKA
67
BAB 67 : PERTENGKARAN MEMANAS
68
BAB 68 : POIN YANG LAIN
69
BAB 69 : PERASAAN ASING
70
BAB 70 : TITIK TERENDAH
71
BAB 71 : AMPUN DEH!
72
BAB 72 : KEISENGAN BALQIS
73
BAB 73 : SAAT PEMBALASAN
74
BAB 74 : LHO? KOK JADI BEGINI?
75
BAB 75 : TITIK!
76
BAB 76 : PASANG BADAN
77
BAB 77 : KENANGAN LAGI
78
BAB 78 : KETIADAAN ENDING
79
BAB 79 : HAI, DARLING HONEY
80
BAB 80 : JIWA ADALAH KEKAL
81
BAB 81 : ORANG GILA
82
BAB 82 : KUNCUP MAWAR ITU!
83
BAB 83 : PUTUS ASA
84
BAB 84 : PERISTIWA ULANG
85
BAB 85 : CEWEK GEBETAN GUE!
86
BAB 86 : SAYA HAMIL, DOKTER?
87
BAB 87 : MENUNGGU KEPASTIAN
88
BAB 88 : MEMINTA KEPASTIAN
89
BAB 89 : SEBUAH RENCANA
90
BAB 90 : STATUS HUBUNGAN
91
BAB 91 : TIDAK ADA KESEMPATAN
92
BAB 92 : AKU JIWA YANG LARA
93
BAB 93 : BERTEMU NABILA
94
BAB 94 : BERITA TAK TERDUGA
95
BAB 95 : PERTANGGUNGJAWABAN
96
BAB 96 : BIARLAH! BIARLAH!
97
BAB 97 : BERTEMU NABILA
98
BAB 98 : PERNIKAHAN SEMU
99
BAB 99 : MENCARI PEKERJAAN
100
BAB 100 : BANTUAN RANTI
101
Bab 101: KERAS HATI
102
BAB 102 : BERHENTI BEKERJA
103
BAB 103 : LELAKI PENGECUT
104
BAB 104 : TAMBAH BURUK
105
BAB 105 : JUJUR DAN TULUS
106
BAB 106 : SEBILAH SEMBILU
107
BAB 107 : APA LAGI?
108
BAB 108 : SEBUAH KESEPAKATAN
109
BAB 109 : TEROMBANG AMBING
110
BAB 110 : KUTUKAN TUHAN
111
BAB 111 : MIMPI YANG INDAH SEKALI
112
BAB 112 : BERTINDAK BIJAKSANA
113
BAB 113 : PERTEMUAN TERAKHIR
114
BAB 114 : KAMAR PERSALINAN
115
BAB 115 : KEPUTUSAN AKHIR

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!