BAB 15 : INGATAN HENDRY

Cindy berbaring diatas pembaringan reyot yang terbuai dari bambu dan hanya beralaskan tikar pada bagian tengahnya telah robek. Matanya masih selalu berlinangan butiran air bening yang berkilau-kilauan. Zahra duduk di tepi pembaringan juga turut menangis. Sementara seorang perempuan tua berwajah keriput memandangi Cindy dengan penuh belas kasih.

"Berhentilah menangis Cindy." Kata perempuan tua itu sambil terbatuk-batuk kecil.

"Ooooh nenek... mengapa semua ini harus terjadi pada diriku?" Tanya Cindy penuh keharuan.

"Tuhan telah mengaturnya cucuku. Apapun yang telah terjadi bukanlah atas kehendak kita. Terimalah dengan hati tabah." Tutur perempuan tua itu sambil membelai rambut Anita penuh kasih sayang.

Elusan tangan perempuan tua itu semakin dirasa oleh Cindy menambali kepedihan hatinya. Tangisnya semakin tersedu-sedu. Jari-jari nenek itu memegang tanganku lantas ditempelkan di

dadanya. Denyut jantung itu seakan-akan tidak

bekerja lagi. Tetapi bisa dirasakan oleh Cindy apa

yang terasa di dada nenek itu. Cindy menangis diharibaannya. Dan perempuan itu menyusul ikut

menangis pula.

"Selama ini kehidupan keluarga kita sangat menderita Cindy. Nenek tak bisa berbuat apa-apa dengan kenyataan yang dialami ayahmu. Kalau saja semua ini akan segera berakhir sebelum nenek meninggal, alangkah gembirannya. Kemungkinan mata nenek bisa tertutup rapat di saat menghembuskan nafas terakhir." Ucap nenek itu parau, tangannya yang kurus kering sekali lagi membelai rambut Cindy penuh kasih sayang.

"Kurasa semua persoalan kita semakin memburuk nek." Sahut Cindy sedih-sekali. Nenek itu memandang wajah Cindy yang kusut.

"Katakanlah apa yang telah terjadi Cindy." Tanya nenek itu.

"Minggu depan aku akan disidang mengenai

perkara romeo nek. Sudah pasti perkara ini

akan menyangkut juga diri ayah. Sedangkan

keadaan ayah sangat menyedihkan." Jelas Cindy.

"Jadi pihak polisi telah mengetahui jejak calon suamimu Cindy." Tanya nenek ingin tau.

"Yah, setelah kematiannya." Balas Cindy.

"Bagaimana polisi bisa tahu Cindy?" Tanya nenek lagi.

"Romeo ingin membunuhku di saat aku akan melarikan diri. Bersama seorang pemuda yang ku cintai. Terjadilah kericuhan itu di terminal Raja Basah. Romeo mengeluarkan pistolnya dan

terjadilah tembak menembak dengan petugas keamanan. Akhirnya dia mati tertembak oleh

beberapa petugas itu. Walau pun dalam keadaan

sekarat, masih sempat menembak lenganku nek.

Dari kemasannya itu telah membongkar kejahatan yang pernah dilakukan olehnya selama ini. Aku takut ayah akan tertekan jiwanya semakin parah bila saja harus tersangkut perkara ini." Tutur Cindy.

"Oooooh Tuhan." Keluh perempuan tua itu.

"Maka dari itu aku datang kemari untuk

menemui ayah nek. Mungkin aku dapat berbincang-bincang guna mengetahui persoalan yang sebenarnya. Kalau saja aku tidak lebih dahulu mendengar penjelasan yang sebenarnya, bisa-bisa kami akan lebih celaka." Jelas Cindy.

Perempuan tua itu menghela nafas berat. Pancaran matanya memandang keluar dengan kosong.

"Kurasa ayahmu tidak mungkin lagi berkata seperti apa yang kau harapkan. Dia susah untuk berbicara yang dapat ditanggapi oleh pikiran Cindy. Sebab kadang-kadang dia lupa siapa dirinya. Apalagi harus menceritakan semua kejadian di masa lalu." Jelas neneknya.

"Kak Cindy, sebaiknya kakak mencari seseorang yang mampu membela perkara ini." Sela Zahra yang gelisah.

Cindy mengalihkan pandangan kearah Zahra.

"Hal itu bisa saja aku lakukan Zahra. Tetapi

bagaimana mungkin aku bisa menang jika belum

tahu persoalan yang sebenarnya?" Zahra dan

perempuan tua itu tercenung.

"Bagaimana supaya aku dapat berbicara dengan ayah sebagai dahulu kala nek. Tolonglah aku nek." Balas Cindy meminta.

"Yah...yah, aku akan berusaha membujuk ayahmu dengan cara halus supaya dia bisa menemukan dirinya yang sebenarnya. Setelah itu baru kesempatan itu bisa kau peroleh Cindy." Kata perempuan tua itu sambil manggut-manggut.

"Usahakanlah nek. Usahakanlah agar ayah mau menemuiku dan berbicara soal ini. Tanpa penjelasan ayah pasti akan kutemui kehancuran. Kita semua akan lebih disiksa oleh keadaan yang

sebenarnya tidak kita inginkan." Jelas Cindy lagi.

"Semoga Tuhan akan memberikan pertolongan kepada kita Cindy." Ucap perempuan tua itu sembari berdoa. "Sekarang hentikanlah menangismu Cindy. Tidak cukup hanya dengan air matamu semua persoalan ini bisa terselesaikan."

Cindy menurut perintah neneknya. Air mata yang membasahi pipinya dihapus pelan. "Bagaimana pedihnya hati ini, biarlah tersembunyi di bilik jantungku. Asalkan siksaan batin tidak akan datang lagi menimpa seluruh keluargaku. Cepatlah kabut suram ini berlalu sebelum kebahagiaan sejati datang membalut perasaanku". Demikian kata hati Cindy sembari menghapus air matanya.

***

Perasaan tenang yang sesaat sempat menyejukkan Cindy, terenggut seketika diwaktu memasuki rumah ayahnya. Sepasang mata menyorot tajam dan buas. Bagaikan copot rasanya jantung Cindy ketika dia sadar yang berdiri tegak itu adalah ayahnya. Neneknya mencoba menutupi sorotan mata Ayah Cindy dengan seulas senyuman yang pasrah. Sementara Zahra yang berdiri di sebelah ayahnya menggigil ketakutan. Sebentar-sebentar tatapan matanya berpindah dari ayahnya beralih ke Cindy. Zahra menangkap dalam penglihatannya jika wajah Cindy pucat pias.

"Hendry, mak datang." Kata nenek itu lunak.

Lelaki setengah tua itu hanya tersenyum kecut. Pancaran matanya masih hampa menatap kehadiran seorang perempuan tua yang kurus kering itu. Kemudian perempuan tua itu meraih tangan Hendry dan dibimbingnya ke kamar. Cindy

dan Zahra mengikuti dari belakang. Nenek Minah mengajak Hendry duduk di sisi pembaringan. Sedangkan Anita dan Lisa duduk di kursi berhadapan dengan mereka. Nenek Minah kemudian mengeluarkan beberapa lembar foto yang warnanya sudah kusam. Sengaja nenek Minah membawanya dari rumah untuk mengingatkan kenangan di masa silam.

"Kau masih mengenali foto ini Hen?" Kata

nenek Minah sembari memperlihatkan foto-foto itu kepada Hendry.

"Siapakah ini Mak?" Tanya Hendry bengong.

"Anak kecil ini adalah kau Hendry. Dan yang memangku anak kecil itu adalah mak. Sedangkan yang berdiri disebelah mak itu ayahmu. Apakah kau masih ingat masa kecilmu yang nakal Hen?" Jelas Mak Minah.

"Aku nakal mak?" Tanya Hendry seperti anak

kecil yang bodoh.

"Nakalnya bukan main Hen, Sering kau mencuri mangga di rumah tuan Heru mandor perkebunan karet itu. Lantas melempar kaca rumah opsir Belanda sampai ayahmu dituntut untuk mengganti." Jelas Mak Minah.

"Ya... aku masih ingat mak. Malah aku pernah membunuh opsir Belanda." Balas Hendry.

"Betul...betul...ah, teruskanlah kau mengingat masa kecilmu Hen. Mak, senang sekali... senang sekali." Ucap nenek Minah sambil terbatuk-batuk. Senyuman perempuan itu terukir di wajahnya yang telah keriput. Dia merasa senang bila Hendry dapat mengenang kembali masa lalunya. Pasti dia akan menemukan dirinya sendiri yang selama ini kabur dalam kehampaan. Dalam kecamuk pikiran yang kacau.

"Coba kau lihat foto yang satunya ini Hen" Kata nenek Minah sembari menyodorkan foto yang bergambar seorang gadis manis.

"Siapakah ini Mak?" Tanya Hendry.

"Ini seorang gadis desa yang manis. Di masa

remajanya pernah menjadi kembang di desa ini.

Siapa lagi kalau bukan Nelly." Kata nenek Minah menjelaskan.

"Oh cantiknya ya mak?" Sahut Hendry sambil

tersenyum.

Cindy dan Zahra jadi ikut tersenyum seraya membuang muka. Mereka takut kalau dikira menertawakan kelakuan ayahnya yang seperti remaja masih ingusan.

"Itu kan istrimu Hendry." Nenek Minah menimpali.

"Ini istriku mak? Waaah cantiknya..." Kata Hendry dengan dibarengi tawanya berderai.

Perlakuan lelaki setengah tua itu telah membuat kedua anaknya jadi ikut tertawa. Namun saja tertawa Cindy dan Zahra di balik sapu tangan yang menutupi bibirnya masing-masing.

"Di mana dia sekarang mak?" Tanya Hendry.

"Sekarang dia tinggal di Lampung." Jawab Nenek Minah lagi.

"Di Lampung?" Tanya Hendry.

"Yah... Kota yang terkenal dengan tugu Sigernya. Kau masih ingat bukan?" Hendry manggut-manggut. Nenek Minah memperlihatkan lagi foto yang lainnya. Sepasang pengantin yang duduk di kursi penuh kebahagiaan.

"Siapakah kedua pengantin ini mak?" Tanya Hendry.

"Kau dan Nelly." Jawab nenek Minah.

"Alangkah cantiknya istriku disaat mengenakan gaun pengantin." Gumam Hendry.

Nenek Minah tersenyum lagi.

"Kau masih ingat kebahagiaan yang kau rasakan waktu itu Hendry?" Tanya nenek Minah.

"Yah... yah... aku benar-benar bahagia waktu itu." Jawab Hendry.

Nenek Minah menyodorkan lagi sebuah foto seorang bayi yang tidur tengkurep. Bayi itu cantik dan lucu sekali.

"Beberapa tahun kemudian setelah perkawinanmu berlangsung, lahirlah seorang anak perempuan yang cantik dan lucu. Mak waktu itu tahu betul jika rumah tanggamu begitu bahagia setelah lahirnya si kecil ini. Kemudian anakmu yang pertama kau beri nama Cindy dan sejak lahirnya Cindy kemajuan dalam usahamu semakin meningkat. Lantas kau boyong istri dan anakmu ke Lampung demi karier. Dan ini fotomu bersama istri dan anakmu." Nenek Minah memperlihatkan lagi foto lainnya. Hendry memeluk pundak istrinya sedangkan Cindy berdiri di tengah-tengahnya. Hendry tersenyum melihat foto itu.

"Selang dua tahun kemudian lahiriah seorang

anak perempuan lagi. Lalu kau berikan nama kepada anakmu yang kedua itu Zahra. Dan ini

fotonya di waktu masih bayi." Nenek Minah memberikan foto Zahra kepada Hendry. Dan lelaki setengah tua itu memperhatikan dengan teliti.

Matanya segera berpindah kearah Zahra yang seiak tadi duduk memperhatikan ayahnya.

Tatapan mata mereka saling bertemu lantas Zahra tersenyum kepada ayahnya. Dahi lelaki itu berkerut seketika. Agaknya selama ini dia hanya mengenal Zahra bukanlah sebagai anaknya. Nama Zahra sering didengarnya. Dia pun sering memanggil nama Zahra namun saja belum tahu siapa sebenarnya Zahra itu.

Maka dengan keterangan yang diberikan nenek Minah ini sedikit banyak dapat merobah alam pikiran Hendry. Secara paksa dia harus bisa menemukan daya tangkap seperti semula. Dalam keadaan yang masih bimbang dan ragu nenek Minah memperlihatkan lagi foto ulang tahun Cindy dan Zahra. Kedua gadis yang sedang berulang tahun itu kelihatan cantik-cantik. Roti ulang tahun yang tertera tulisan selamat ulang tahun yang ke empat belas buat Cindy, berdiri megah di atas meja. Waktu itu Cindy baru saja menyelesaikan bangku sekolah dasar.

"Inilah Cindy...bahwa dia adalah anakmu. Begitu pula Zahra. Kedua gadis ini masih darah dagingmu, Hendry." Kata nenek Minah meyakinkan kenyataan dengan apa yang dilihat oleh Hendry.

"Jadi... Cindy dan Zahra... adalah anakku mak?" Tanya Hendry tampak bingung.

"Yah... mereka itu adalah darah dagingmu." Jawab nenek Minah.

Kedua mata Hendry menatap berganti-ganti dari Cindy berpindah ke Zahra. Pancaran mata lelaki itu tidak lagi hampa seperti tadi. Tidak pula sehampa hari-hari yang telah berlalu. Tetapi kini penuh makna dan jawaban. Hati Cindy dan Zahra bergetar perasaan iba. Lambat-lambat perasaan kasih sayang mulai dirasakan oleh Hendry.

Begitupun kesedihan menusuk-nusuk kalbunya. Kedua mata Hendry semakin lama semakin berair. Berkaca-kaca penuh keharuan melihat kedua anaknya.

"Peluklah kedua anakmu itu Hendry. Mereka masih membutuhkan kasih sayang dan perhatian darimu. Mereka sudah lama tersiksa oleh siksaan batin yang tak ada tempat untuk mengadu. Kasihanilah mereka." Ucap nenek Ijah parau.

Hendry mengangkat kedua tangannya perlahan-lahan hingga terentang. Lelaki itu telah siap menerima pelukan kedua anaknya. Tanpa membuang waktu lagi, Cindy dan Zahra sama-sama memeluk ayahnya.

"Ayah!." Pekik Cindy yang hampir berbareng

dengan Zahra.

Kedua anak gadis itu tersimpuh didalam pelukan seorang ayah yang selama ini telah melupakannya. Serentak tangis kedua gadis itu tak dapat lagi dibendung. Bagaikan air bah semua kesedihan tertumpah dalam tangisnya. Di sinilah baru mereka dapat melepaskan semua tekanan batin. Dari belaian seorang ayah sedikit banyak mengurangi beban derita yang mereka rasakan.

Episodes
1 BAB 1 : GADIS CANTIK JELITA
2 BAB 2 : TERLALU MAHAL
3 BAB 3 : NAMAKU CINDY
4 BAB 4 : SEBUAH KENYATAAN
5 BAB 5 : CETUSAN NALURI
6 BAB 6 : KETIDAKPASTIAN
7 BAB 7 : SANDIWARA TANPA CINTA
8 BAB 8 : MERASA PESIMIS
9 BAB 9 : PISTOL DI SAKU KIMONO
10 BAB 10 : CINTA DAN NAFSU
11 BAB 11 : PELURU NYASAR
12 BAB 12 : GELORA CINTA
13 BAB 13 : SIKSAAN BATIN
14 BAB 14 : PULANG KAMPUNG
15 BAB 15 : INGATAN HENDRY
16 BAB 16 : AYAH KUMAT LAGI
17 BAB 17 : PENGAKUAN RANGGA
18 BAB 18 : SEBUAH PENGORBANAN
19 BAB 19 : RASA TANGGUNGJAWAB
20 BAB 20 : RANGGA BEBAS
21 BAB 21 : NIAT HATI
22 BAB 22 : TANAH PEMAKAMAN
23 BAB 23 : PERJODOHAN ZAHRA
24 BAB 24 : JALAN PINTAS
25 BAB 25 : JALINAN MANIS
26 BAB 26 : KOMPROMI DULU
27 BAB 27 : SEBUAH PERKENALAN
28 BAB 28 : TIDAK SECEPAT ITU
29 BAB 29 : KEJUJURAN HATI
30 BAB 30 : BERTEMU FADLY
31 BAB 31 : SEMUANYA SUDAH BERLALU
32 BAB 32 : RASA SYUKUR
33 BAB 33 : MERANTAU
34 BAB 34 : SAYA TIDAK TAHU
35 BAB 35 : KESETIAAN CINTA
36 BAB 36 : ANTARA MISKIN DAN KAYA
37 BAB 37 : SAYA AKAN MENUNGGU
38 BAB 38 : KEBAHAGIAAN HIDUP
39 BAB 39 : TERLALU PAGI CINTAMU TUMBUH
40 BAB 40 : GADIS PERAWAN
41 BAB 41 : SEKUNTUM BUNGA
42 BAB 42 : VILLA DI PUNCAK
43 BAB 43 : PEMUDA IDAMAN AMANDA
44 BAB 44 : PEMUDA MISKIN
45 BAB 45 : BERPIKIRAN LUAS
46 BAB 46 : TERUSIR DARI RUMAH
47 BAB 47 : RUMAH KONTRAKAN
48 BAB 48 : MENDAPAT PEKERJAAN
49 BAB 49 : GAJIAN PERTAMA
50 BAB 50 : RATAPAN MEMILUKAN
51 BAB 51: ANAK YANG HILANG
52 BAB 52 : TANPA SYARAT
53 BAB 53 : SATU JAM LAGI
54 BAB 54 : PUTIH ABU-ABU
55 BAB 55 : OVERDOSIS
56 BAB 56 : GARA-GARA LONTONG
57 BAB 57 : TUKANG LONTONG
58 BAB 58 : TERNYATA ITU MASALAHNYA?
59 BAB 59 : AKHIR PENANTIAN
60 BAB 60 : MENGANGKAT BAHU
61 BAB 61 : PERSIAPAN YANG PANJANG
62 BAB 62 : SESUATU
63 BAB 63 : SATU TANYA TANPA JAWABAN
64 BAB 64 : PERTANYAAN YANG ANEH
65 BAB 65 : JADI RUWET
66 BAB 66 : PERTENGKARAN TERBUKA
67 BAB 67 : PERTENGKARAN MEMANAS
68 BAB 68 : POIN YANG LAIN
69 BAB 69 : PERASAAN ASING
70 BAB 70 : TITIK TERENDAH
71 BAB 71 : AMPUN DEH!
72 BAB 72 : KEISENGAN BALQIS
73 BAB 73 : SAAT PEMBALASAN
74 BAB 74 : LHO? KOK JADI BEGINI?
75 BAB 75 : TITIK!
76 BAB 76 : PASANG BADAN
77 BAB 77 : KENANGAN LAGI
78 BAB 78 : KETIADAAN ENDING
79 BAB 79 : HAI, DARLING HONEY
80 BAB 80 : JIWA ADALAH KEKAL
81 BAB 81 : ORANG GILA
82 BAB 82 : KUNCUP MAWAR ITU!
83 BAB 83 : PUTUS ASA
84 BAB 84 : PERISTIWA ULANG
85 BAB 85 : CEWEK GEBETAN GUE!
86 BAB 86 : SAYA HAMIL, DOKTER?
87 BAB 87 : MENUNGGU KEPASTIAN
88 BAB 88 : MEMINTA KEPASTIAN
89 BAB 89 : SEBUAH RENCANA
90 BAB 90 : STATUS HUBUNGAN
91 BAB 91 : TIDAK ADA KESEMPATAN
92 BAB 92 : AKU JIWA YANG LARA
93 BAB 93 : BERTEMU NABILA
94 BAB 94 : BERITA TAK TERDUGA
95 BAB 95 : PERTANGGUNGJAWABAN
96 BAB 96 : BIARLAH! BIARLAH!
97 BAB 97 : BERTEMU NABILA
98 BAB 98 : PERNIKAHAN SEMU
99 BAB 99 : MENCARI PEKERJAAN
100 BAB 100 : BANTUAN RANTI
101 Bab 101: KERAS HATI
102 BAB 102 : BERHENTI BEKERJA
103 BAB 103 : LELAKI PENGECUT
104 BAB 104 : TAMBAH BURUK
105 BAB 105 : JUJUR DAN TULUS
106 BAB 106 : SEBILAH SEMBILU
107 BAB 107 : APA LAGI?
108 BAB 108 : SEBUAH KESEPAKATAN
109 BAB 109 : TEROMBANG AMBING
110 BAB 110 : KUTUKAN TUHAN
111 BAB 111 : MIMPI YANG INDAH SEKALI
112 BAB 112 : BERTINDAK BIJAKSANA
113 BAB 113 : PERTEMUAN TERAKHIR
114 BAB 114 : KAMAR PERSALINAN
115 BAB 115 : KEPUTUSAN AKHIR
Episodes

Updated 115 Episodes

1
BAB 1 : GADIS CANTIK JELITA
2
BAB 2 : TERLALU MAHAL
3
BAB 3 : NAMAKU CINDY
4
BAB 4 : SEBUAH KENYATAAN
5
BAB 5 : CETUSAN NALURI
6
BAB 6 : KETIDAKPASTIAN
7
BAB 7 : SANDIWARA TANPA CINTA
8
BAB 8 : MERASA PESIMIS
9
BAB 9 : PISTOL DI SAKU KIMONO
10
BAB 10 : CINTA DAN NAFSU
11
BAB 11 : PELURU NYASAR
12
BAB 12 : GELORA CINTA
13
BAB 13 : SIKSAAN BATIN
14
BAB 14 : PULANG KAMPUNG
15
BAB 15 : INGATAN HENDRY
16
BAB 16 : AYAH KUMAT LAGI
17
BAB 17 : PENGAKUAN RANGGA
18
BAB 18 : SEBUAH PENGORBANAN
19
BAB 19 : RASA TANGGUNGJAWAB
20
BAB 20 : RANGGA BEBAS
21
BAB 21 : NIAT HATI
22
BAB 22 : TANAH PEMAKAMAN
23
BAB 23 : PERJODOHAN ZAHRA
24
BAB 24 : JALAN PINTAS
25
BAB 25 : JALINAN MANIS
26
BAB 26 : KOMPROMI DULU
27
BAB 27 : SEBUAH PERKENALAN
28
BAB 28 : TIDAK SECEPAT ITU
29
BAB 29 : KEJUJURAN HATI
30
BAB 30 : BERTEMU FADLY
31
BAB 31 : SEMUANYA SUDAH BERLALU
32
BAB 32 : RASA SYUKUR
33
BAB 33 : MERANTAU
34
BAB 34 : SAYA TIDAK TAHU
35
BAB 35 : KESETIAAN CINTA
36
BAB 36 : ANTARA MISKIN DAN KAYA
37
BAB 37 : SAYA AKAN MENUNGGU
38
BAB 38 : KEBAHAGIAAN HIDUP
39
BAB 39 : TERLALU PAGI CINTAMU TUMBUH
40
BAB 40 : GADIS PERAWAN
41
BAB 41 : SEKUNTUM BUNGA
42
BAB 42 : VILLA DI PUNCAK
43
BAB 43 : PEMUDA IDAMAN AMANDA
44
BAB 44 : PEMUDA MISKIN
45
BAB 45 : BERPIKIRAN LUAS
46
BAB 46 : TERUSIR DARI RUMAH
47
BAB 47 : RUMAH KONTRAKAN
48
BAB 48 : MENDAPAT PEKERJAAN
49
BAB 49 : GAJIAN PERTAMA
50
BAB 50 : RATAPAN MEMILUKAN
51
BAB 51: ANAK YANG HILANG
52
BAB 52 : TANPA SYARAT
53
BAB 53 : SATU JAM LAGI
54
BAB 54 : PUTIH ABU-ABU
55
BAB 55 : OVERDOSIS
56
BAB 56 : GARA-GARA LONTONG
57
BAB 57 : TUKANG LONTONG
58
BAB 58 : TERNYATA ITU MASALAHNYA?
59
BAB 59 : AKHIR PENANTIAN
60
BAB 60 : MENGANGKAT BAHU
61
BAB 61 : PERSIAPAN YANG PANJANG
62
BAB 62 : SESUATU
63
BAB 63 : SATU TANYA TANPA JAWABAN
64
BAB 64 : PERTANYAAN YANG ANEH
65
BAB 65 : JADI RUWET
66
BAB 66 : PERTENGKARAN TERBUKA
67
BAB 67 : PERTENGKARAN MEMANAS
68
BAB 68 : POIN YANG LAIN
69
BAB 69 : PERASAAN ASING
70
BAB 70 : TITIK TERENDAH
71
BAB 71 : AMPUN DEH!
72
BAB 72 : KEISENGAN BALQIS
73
BAB 73 : SAAT PEMBALASAN
74
BAB 74 : LHO? KOK JADI BEGINI?
75
BAB 75 : TITIK!
76
BAB 76 : PASANG BADAN
77
BAB 77 : KENANGAN LAGI
78
BAB 78 : KETIADAAN ENDING
79
BAB 79 : HAI, DARLING HONEY
80
BAB 80 : JIWA ADALAH KEKAL
81
BAB 81 : ORANG GILA
82
BAB 82 : KUNCUP MAWAR ITU!
83
BAB 83 : PUTUS ASA
84
BAB 84 : PERISTIWA ULANG
85
BAB 85 : CEWEK GEBETAN GUE!
86
BAB 86 : SAYA HAMIL, DOKTER?
87
BAB 87 : MENUNGGU KEPASTIAN
88
BAB 88 : MEMINTA KEPASTIAN
89
BAB 89 : SEBUAH RENCANA
90
BAB 90 : STATUS HUBUNGAN
91
BAB 91 : TIDAK ADA KESEMPATAN
92
BAB 92 : AKU JIWA YANG LARA
93
BAB 93 : BERTEMU NABILA
94
BAB 94 : BERITA TAK TERDUGA
95
BAB 95 : PERTANGGUNGJAWABAN
96
BAB 96 : BIARLAH! BIARLAH!
97
BAB 97 : BERTEMU NABILA
98
BAB 98 : PERNIKAHAN SEMU
99
BAB 99 : MENCARI PEKERJAAN
100
BAB 100 : BANTUAN RANTI
101
Bab 101: KERAS HATI
102
BAB 102 : BERHENTI BEKERJA
103
BAB 103 : LELAKI PENGECUT
104
BAB 104 : TAMBAH BURUK
105
BAB 105 : JUJUR DAN TULUS
106
BAB 106 : SEBILAH SEMBILU
107
BAB 107 : APA LAGI?
108
BAB 108 : SEBUAH KESEPAKATAN
109
BAB 109 : TEROMBANG AMBING
110
BAB 110 : KUTUKAN TUHAN
111
BAB 111 : MIMPI YANG INDAH SEKALI
112
BAB 112 : BERTINDAK BIJAKSANA
113
BAB 113 : PERTEMUAN TERAKHIR
114
BAB 114 : KAMAR PERSALINAN
115
BAB 115 : KEPUTUSAN AKHIR

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!