BAB 13 : SIKSAAN BATIN

Bunga mawar di taman sudah sepekan mulai menampakkan kuncupnya. Begitupun pohon flamboyan di halaman samping rumah bunganya semakin banyak tumbuh di ranting-rantingnya.

Sebelumnya apa yang dirasakan oleh Cindy tidaklah seperti sekarang ini. Keindahan begitu terasa menyusup kedalam kalbunya. Sebab dia telah merasa terlepas dari belenggu siksaan yang amat kejam. Baginya sekarang kebebasan itu bukan berarti kebahagiaan.

Pagi itu Cindy baru saja membersihkan tempat tidurnya dan kemudian merapihkannya. Sinar matahari pagi menyusup masuk melalui jendela kamarnya yang terbuka. Bahkan Cindy selesai merapikan tempat tidurnya, berdiri di jendela sambil menatap sang matahari. Kehangatan sinarnya menyentuh kulit wajah Cindy yang cantik dan mulus itu, seulas senyumnya yang manis terukir menantang sinar matahari. Seolah-olah dia bercumbu kehangatan seperti ketika Rangga membelainya sayang.

Benarkah pagi ini bagiku merupakan pagi yang mulai membuka lembaran baru dalam hidupku? Benarkah semua penderitaan itu tak akan datang kembali seperti waktu yang lalu? Kekalkah jalinan cintaku yang selama ini menggelora dalam batinku? Ooooh Rangga, seandainya kau dapat memiliki diriku, betapa berartinya sepanjang sisa hidupku, tetapi mungkinkah kau dapat menundukkan dan menyadarkan ayahku yang sekarang menderita gangguan jiwa. Dia teramat benci jika melihatku menjalin hubungan dengan lelaki mana pun. Penyebabnya tak lain adalah tekanan jiwa yang selama ini melihat dan mendengar diriku selalu disiksa oleh Romeo. Di samping hancurnya perusahaan yang dirintis sejak aku masih kanak-kanak. Dia jadi beranggapan semua lelaki yang mencintaiku mempunyai maksud buruk.

Rintihan hati sedikit banyak membangkitkan keresahan yang mulai muncul lagi dalam dirinya. Dia merasa takut kehilangan Rangga. Jika lelaki itu mudah putus asa, sudah pasti akan meninggalkan dirinya. Sambil memandang bunga flamboyan yang mesrah menghiasai ranting-ranting, helaan nafas panjang sayup-sayup terdengar melalui hidungnya.

Langkah-langkah lunak memasuki kamar itu. Dan seorang perempuan setengah baya sudah berdiri di dekatnya. Perempuan itu tak lain adalah ibunya.

"Apa yang kau lamunkan Cindy?" tegur ibunya lunak.

Cindy sedikit tersentak karena tidak melihat kedatangan ibunya. Maka dia menoleh ke belakang sambil menyembunyikan keresahannya.

"Cindy tidak memikirkan apa-apa bu." sahut Cindy datar.

Perempuan itu mencoba tersenyum meski hatinya gundah gulana. Sebetulnya yang tersimpan di dalam hati dan perasaan perempuan itu sangat menyedihkan. Namun sifatnya yang senantiasa menunjukkan kesabaran dan ketabahan menunjang penderitaan tanpa ada orang lain yang tahu.

"Bagaimana kabar ayah di rumah bu?" Tanya Cindy.

"Masih seperti biasa." Jawab Ibunya.

"Tidak ada perubahan?" Lanjut Cindy.

Perempuan itu menganggukkan kepala. Sedang Cindy menghela nafas panjang.

"Aku senantiasa bingung bila memikirkan keadaan ayah. Bagaimana pun juga aku tak sampai hati untuk memasukkan ayah ke rumah sakit gila. Dia amat sengsara bila harus bertinggal di sana. Seperti halnya kita yang melihat keadaan yang terkurung merasa lebih tertekan perasaan." Tutur Cindy dalam keluhan.

"Sebaiknya kita berkumpul bersama lagi Cindy" lanjut Ibunya kembali.

"Maksud ibu serumah lagi?," tanya Cindy.

"Yah" jawab ibunya singkat.

"Itulah kemungkinan yang sedang saya pikirkan ibu. Tapi saya rasa ayah tidak mau tinggal di rumah ini." Terang Cindy.

"Pendapatmu tak bisa disangkal lagi anakku." Balas ibunya.

Cindy tercenung beberapa saat. Dan perempuan setengah tua itu berbuat yang sama. Masa lalu telah meninggalkan kenangan buruk yang menyerupakan bayangan menakutkan bagi keluarga Cindy. Rumah mewah dan mobil peninggalan Romeo sedikit banyak melukiskan kepribadian yang sudah ternoda hitam.

Cindy memegangi kepalanya yang tiba-tiba dirasakan berat. Sebab dia masih ingat sebelum pulang dari rumah sakit pihak kepolisian sempat mengusut semua perkara yang tersembunyi di balik kenyataan.

"Perasaan Cindy mengatakan jika kita tinggal di rumah ini tidak akan lama lagi bu." Gumam Cindy lesu.

"Kenapa demikian nak?" Tanya ibunya.

"Tak lama lagi pihak kepolisian akan mengusut semua perkara mas Romeo. Dan pasti aku akan tersangkut pula. Rumah ini pun pasti akan di sita oleh negara." Jelas Cindy.

"Oooooh..." Keluh panjang perempuan itu.

"Mudah-mudahan saja hal itu tidak akan terjadi bu." Kata Cindy menghibur keresahan hati ibunya.

"Lantas apa usahamu selanjutnya Cindy?" Tanya ibunya lagi.

"Hanya mengharap kemurahan Tuhan atas

belas kasih NYA. Kita pasrah kepada NYA." Ucap Cindy dan bersamaan dengan selesainya ucapan Cindy, terdengar suara bell rumah berdering. Ada perasaan cemas yang bercampur dengan bahagia bercokol di dalam dada Cindy. Siapa gerangan yang datang? Demikian pertanyaan ketika Cindy berjalan menuju kepintu. Tentu saja bila Rangga yang datang hatinya bermadu. Tetapi kalau selain dia, ah... apa yang akan terjadi? Maka Cindy sambil berjalan diiringi pertanyaan yang membingungkan.

Dia sadar sepenuhnya jika penderitaannya belum berakhir sampai di situ. Sebelum Cindy membuka pintu dia mencoba untuk melongok melalui jendela kaca siapa gerangan yang datang. Ah. detak jantungnya mendadak berubah cepat sekali. Wajahnya dalam sekejap sudah berubah pucat dan sekujur tubuhnya gemetar ketakutan. Yang datang ternyata bukanlah Rangga melainkan dua orang polisi berpakaian dinas.

Cindy dengan tangan gemetar membuka pintu rumah. Dua orang polisi itu menganggukkan kepala.

"Selamat pagi nyonya." Ucap salah seorang polisi itu.

"Se...selamat pagi." Sahut Cindy bergetar.

Salah seorang polisi itu menyerahkan sepucuk surat kepada Cindy.

"Dalam waktu seminggu lagi nyonya diharus menghadap ke sidang pengadilan." Kata polisi itu.

"Ba...baik pak " Tergagap jawaban Cindy.

"Permisi nyonya." Kata polisi lagi.

"Ya...ya." Jawab Cindy.

Cindy langsung menutup pintu rumahnya ketika kedua polisi itu belum jauh meninggalkan teras rumahnya. Cepat-cepat di sobeknya surat panggilan itu dan dibacanya. Oooooh Tuhan, seminggu lagi aku harus menghadap ke meja sidang. Dan untuk selama ini diriku masih dalam pengawasan yang berwajib. Lalu apa yang harus aku lakukan di depan hakim? Apa pula yang harus kujawab setiap pertanyaannya? Sudah jelas ayah akan tersangkut dalam perkara ini. Tuhan tolonglah kami. Rintih Cindy dengan setitik air mata yang jatuh ke pipinya.

Ibu Cindy terhenyak ketika melihat anaknya menangis sambil memegang sepucuk surat. Perempuan itu lantas berjalan mendekati anaknya.

"Apa yang telah terjadi Cindy?" Tanya perempuan itu sendu.

"Dua orang polisi telah datang kemari dan memberikan surat panggilan. Minggu depan aku harus menjalani sidang perkara Romeo ibu." Kata Cindy dengan berlinangan air mata.

Perempuan itu langsung memeluk anaknya dan turut menangis.

"Oooh anakku...apa gerangan yang akan menimpa dirimu nak. Betapa malangnya nasibmu." Ucap perempuan itu tersedu-sedu.

Cindy membenamkan kepalanya di dalam pelukan ibunya. Hanya dialah tempat buat mengadu semua penderitaannya. Dan perempuan itulah yang senantiasa mau mengerti perasaannya.

"Ibu kalau toh nasib dan penderitaan isi hanya Cindy yang mengelami bukan soal lagi. Tetapi akan menyangkut juga diri ayah. Sedangkan keadaan ayah sangat perlu dikasihani." Ucap Cindy menjelaskan.

"Lalu apa yang akan kau lakukan Cindy?" Tanya Ibunya.

"Hanya satu harapanku ibu. Semoga Rangga bisa menolong kita" balas Cindy.

"Yah... melihat sinar matanya dia sangat mencintaimu Cindy." Balas Ibunya.

"Aku percaya bahwa Rangga bukanlah lelaki pengecut ibu." Ucap Cindy.

"Aku akan selalu berdoa agar kau selamat anakku." Lanjut ibunya lagi.

Kedua insan yang dirundung malang ini saling berpelukan erat-erat. Tangan perempuan itu membelai rambut anaknya dengan penuh kasih sayang. Kenapa semua penderitaan ini harus menimpa dirimu sayang? Seharusnya hal ini tak boleh terjadi atas dirimu. Rintih perempuan itu sambil membimbing anaknya yang menangis tersedu-sedu ke kamar.

***

Sejak Cindy menerima surat panggilan dari kejaksaan, wajahnya jarang terukir senyum manisnya. Dia lebih sering bertopang dagu dan termenung seorang diri. Tempat untuk meminta perlindungan dan pertolongan tak lain adalah Rangga. Maka di senja itu Cindy mendatangi rumah Rangga. Selama Cindy memegang kemudi mobil hampir kurang konsentrasi. Dan nyaris dia menubruk penjual somay. Hanya yang dapat didengar caci maki si penjual somay itu. Dan di tikungan jalan yang hampir-hampir di rumah Rangga, Cindy nyaris menubruk arak kecil ketika akan menyeberang. Ooooooh kenapa bisa begini? Keluh Cindy dengan detak jantung memburu. 

Dengan diliputi pula perasaan cemas. Perasaan ketakutan. Setelah mobilnya berhanti di depan rumah Rangga, dia mencoba untuk melapangkan dadanya yang sesak.

Mencoba antuk memulihkan alam pikirannya supaya jernih. Sebab tanpa pemikiran yang jernih, tiada mungkin dia dapat menjelaskan duduk perkaranya kepada Rangga. Untuk beberapa saat Cindy masih duduk terpekur di belakang stir. Rangga ketika melihat mobil Cindy berhenti di depan rumah bergegas menghampirinya. Lelaki itu merasa heran melihat sikap Cindy yang aneh. Apa yang dilakukan gadis itu? Duduk termenung dibelakang stir dengan raut muka yang pucat.

Rangga menegur Cindy sambil bergurau. "Hai Cindy, kenapa tidak langsung turun? Apakah pantatmu pegal?" Cindy tersentak dan memaksa untuk tersenyum.

"Oh ya, aku hampir lupa." Cindy lalu beranjak turun dari dalam mobil dan menghempaskan pintunya. Mereka berdua lantas berjalan bersisian menuju ke paviliun.

Rangga mengajak Cindy duduk di teras paviliun. Udara senja yang berhembus dan membawa aroma segar bunga taman di depannya cukup menambah romantis suasana.

"Kau nampak murung dan sedih Cindy. Kenapa?" Tanya Rangga.

"Terlalu berat bagiku untuk menghadapinya Rangga." Balas Cindy.

"Boleh aku tahu?" Tanya Rangga.

Cindy tertunduk beberapa saat. Kesedihan tertera jelas melalui kerut keningnya. Dan di mata gadis itu mengambang butiran air bening yang berkilau-kilauan.

"Kenapa kau diam saja Cindy?" Tanya Rangga kembali.

"Maukah kau menolong diriku Rangga?" Cindy balik bertanya.

"Bagaimana aku bisa menolongmu apabila belum tahu duduk masalahnya. Katakanlah terus terang Cindy. Bukankah di antara kita tidak ada kabut misteri lagi?" Balas Rangga.

Cindy menganggukkan kepala mantap. Matanya yang berkaca-kaca menatap wajah Rangga dalam-dalam.

"Kau menangis Cindy? Katakanlah apa yang telah menyiksa perasaanmu. Masih ragukah kau dengan cintaku?" Ucap Rangga meyakinkan.

"Rangga... kemelut telah datang lagi. Sanggupkah kau melepaskan diriku dari kemelut itu?" Desah Cindy menyayat.

"Kau harus mengatakan terlebih dahulu persoalannya Cindy. Percayalah kepadaku, tanpa dirimu hidupku tak akan berarti lagi." Balas Rangga.

"Rangga... minggu depan aku harus menghadap sidang pengadilan untuk menyelesaikan perkara Romeo. Lantas apa yang bisa kuperbuat Rangga? Sedangkan ayahku pasti akan tersangkut pula dalam perkara ini." Jelas Cindy.

"Tenangkanlah hatimu Cindy. Kau harus percaya dengan keadilan Tuhan. Siapa yang bersalah pasti akan mendapat imbalan yang pantas. Bila kau tidak pernah melakukan kesalahan, Tuhan pun tidak akan menghukummu." Terang Rangga.

"Tetapi ayahku..." Ucap Cindy.

"Cindy, sudah kukatakan kepadamu bukan, terimalah kenyataan yang terjadi apabila ayahmu turut menanggung perkaranya." Jelas Rangga.

"Tapi aku tak tega Ngga." Balas Cindy.

"Yah apa boleh buat. Semoga saja ada jalan

lain yang bisa menyelesaikan ayahmu. Aku akan membantumu dengan sepenuhnya Cindy. Percayalah, bila kau tak berbuat salah pasti usahaku tidak akan sia-sia. Dan kau tak perlu takut-takut untuk mengutarakan apa yang telah terjadi. Hakim akan bisa membandingkan perkara. Semoga saja Tuhan memberikan kemurahan atas dirimu." Rangga berkata sembari membelai rambut Cindy dengan penuh kasih sayang.

Dia sangat terharu melihat permainan nasib Cindy yang selalu terbelenggu oleh siksaan batin.

Episodes
1 BAB 1 : GADIS CANTIK JELITA
2 BAB 2 : TERLALU MAHAL
3 BAB 3 : NAMAKU CINDY
4 BAB 4 : SEBUAH KENYATAAN
5 BAB 5 : CETUSAN NALURI
6 BAB 6 : KETIDAKPASTIAN
7 BAB 7 : SANDIWARA TANPA CINTA
8 BAB 8 : MERASA PESIMIS
9 BAB 9 : PISTOL DI SAKU KIMONO
10 BAB 10 : CINTA DAN NAFSU
11 BAB 11 : PELURU NYASAR
12 BAB 12 : GELORA CINTA
13 BAB 13 : SIKSAAN BATIN
14 BAB 14 : PULANG KAMPUNG
15 BAB 15 : INGATAN HENDRY
16 BAB 16 : AYAH KUMAT LAGI
17 BAB 17 : PENGAKUAN RANGGA
18 BAB 18 : SEBUAH PENGORBANAN
19 BAB 19 : RASA TANGGUNGJAWAB
20 BAB 20 : RANGGA BEBAS
21 BAB 21 : NIAT HATI
22 BAB 22 : TANAH PEMAKAMAN
23 BAB 23 : PERJODOHAN ZAHRA
24 BAB 24 : JALAN PINTAS
25 BAB 25 : JALINAN MANIS
26 BAB 26 : KOMPROMI DULU
27 BAB 27 : SEBUAH PERKENALAN
28 BAB 28 : TIDAK SECEPAT ITU
29 BAB 29 : KEJUJURAN HATI
30 BAB 30 : BERTEMU FADLY
31 BAB 31 : SEMUANYA SUDAH BERLALU
32 BAB 32 : RASA SYUKUR
33 BAB 33 : MERANTAU
34 BAB 34 : SAYA TIDAK TAHU
35 BAB 35 : KESETIAAN CINTA
36 BAB 36 : ANTARA MISKIN DAN KAYA
37 BAB 37 : SAYA AKAN MENUNGGU
38 BAB 38 : KEBAHAGIAAN HIDUP
39 BAB 39 : TERLALU PAGI CINTAMU TUMBUH
40 BAB 40 : GADIS PERAWAN
41 BAB 41 : SEKUNTUM BUNGA
42 BAB 42 : VILLA DI PUNCAK
43 BAB 43 : PEMUDA IDAMAN AMANDA
44 BAB 44 : PEMUDA MISKIN
45 BAB 45 : BERPIKIRAN LUAS
46 BAB 46 : TERUSIR DARI RUMAH
47 BAB 47 : RUMAH KONTRAKAN
48 BAB 48 : MENDAPAT PEKERJAAN
49 BAB 49 : GAJIAN PERTAMA
50 BAB 50 : RATAPAN MEMILUKAN
51 BAB 51: ANAK YANG HILANG
52 BAB 52 : TANPA SYARAT
53 BAB 53 : SATU JAM LAGI
54 BAB 54 : PUTIH ABU-ABU
55 BAB 55 : OVERDOSIS
56 BAB 56 : GARA-GARA LONTONG
57 BAB 57 : TUKANG LONTONG
58 BAB 58 : TERNYATA ITU MASALAHNYA?
59 BAB 59 : AKHIR PENANTIAN
60 BAB 60 : MENGANGKAT BAHU
61 BAB 61 : PERSIAPAN YANG PANJANG
62 BAB 62 : SESUATU
63 BAB 63 : SATU TANYA TANPA JAWABAN
64 BAB 64 : PERTANYAAN YANG ANEH
65 BAB 65 : JADI RUWET
66 BAB 66 : PERTENGKARAN TERBUKA
67 BAB 67 : PERTENGKARAN MEMANAS
68 BAB 68 : POIN YANG LAIN
69 BAB 69 : PERASAAN ASING
70 BAB 70 : TITIK TERENDAH
71 BAB 71 : AMPUN DEH!
72 BAB 72 : KEISENGAN BALQIS
73 BAB 73 : SAAT PEMBALASAN
74 BAB 74 : LHO? KOK JADI BEGINI?
75 BAB 75 : TITIK!
76 BAB 76 : PASANG BADAN
77 BAB 77 : KENANGAN LAGI
78 BAB 78 : KETIADAAN ENDING
79 BAB 79 : HAI, DARLING HONEY
80 BAB 80 : JIWA ADALAH KEKAL
81 BAB 81 : ORANG GILA
82 BAB 82 : KUNCUP MAWAR ITU!
83 BAB 83 : PUTUS ASA
84 BAB 84 : PERISTIWA ULANG
85 BAB 85 : CEWEK GEBETAN GUE!
86 BAB 86 : SAYA HAMIL, DOKTER?
87 BAB 87 : MENUNGGU KEPASTIAN
88 BAB 88 : MEMINTA KEPASTIAN
89 BAB 89 : SEBUAH RENCANA
90 BAB 90 : STATUS HUBUNGAN
91 BAB 91 : TIDAK ADA KESEMPATAN
92 BAB 92 : AKU JIWA YANG LARA
93 BAB 93 : BERTEMU NABILA
94 BAB 94 : BERITA TAK TERDUGA
95 BAB 95 : PERTANGGUNGJAWABAN
96 BAB 96 : BIARLAH! BIARLAH!
97 BAB 97 : BERTEMU NABILA
98 BAB 98 : PERNIKAHAN SEMU
99 BAB 99 : MENCARI PEKERJAAN
100 BAB 100 : BANTUAN RANTI
101 Bab 101: KERAS HATI
102 BAB 102 : BERHENTI BEKERJA
103 BAB 103 : LELAKI PENGECUT
104 BAB 104 : TAMBAH BURUK
105 BAB 105 : JUJUR DAN TULUS
106 BAB 106 : SEBILAH SEMBILU
107 BAB 107 : APA LAGI?
108 BAB 108 : SEBUAH KESEPAKATAN
109 BAB 109 : TEROMBANG AMBING
110 BAB 110 : KUTUKAN TUHAN
111 BAB 111 : MIMPI YANG INDAH SEKALI
112 BAB 112 : BERTINDAK BIJAKSANA
113 BAB 113 : PERTEMUAN TERAKHIR
114 BAB 114 : KAMAR PERSALINAN
115 BAB 115 : KEPUTUSAN AKHIR
Episodes

Updated 115 Episodes

1
BAB 1 : GADIS CANTIK JELITA
2
BAB 2 : TERLALU MAHAL
3
BAB 3 : NAMAKU CINDY
4
BAB 4 : SEBUAH KENYATAAN
5
BAB 5 : CETUSAN NALURI
6
BAB 6 : KETIDAKPASTIAN
7
BAB 7 : SANDIWARA TANPA CINTA
8
BAB 8 : MERASA PESIMIS
9
BAB 9 : PISTOL DI SAKU KIMONO
10
BAB 10 : CINTA DAN NAFSU
11
BAB 11 : PELURU NYASAR
12
BAB 12 : GELORA CINTA
13
BAB 13 : SIKSAAN BATIN
14
BAB 14 : PULANG KAMPUNG
15
BAB 15 : INGATAN HENDRY
16
BAB 16 : AYAH KUMAT LAGI
17
BAB 17 : PENGAKUAN RANGGA
18
BAB 18 : SEBUAH PENGORBANAN
19
BAB 19 : RASA TANGGUNGJAWAB
20
BAB 20 : RANGGA BEBAS
21
BAB 21 : NIAT HATI
22
BAB 22 : TANAH PEMAKAMAN
23
BAB 23 : PERJODOHAN ZAHRA
24
BAB 24 : JALAN PINTAS
25
BAB 25 : JALINAN MANIS
26
BAB 26 : KOMPROMI DULU
27
BAB 27 : SEBUAH PERKENALAN
28
BAB 28 : TIDAK SECEPAT ITU
29
BAB 29 : KEJUJURAN HATI
30
BAB 30 : BERTEMU FADLY
31
BAB 31 : SEMUANYA SUDAH BERLALU
32
BAB 32 : RASA SYUKUR
33
BAB 33 : MERANTAU
34
BAB 34 : SAYA TIDAK TAHU
35
BAB 35 : KESETIAAN CINTA
36
BAB 36 : ANTARA MISKIN DAN KAYA
37
BAB 37 : SAYA AKAN MENUNGGU
38
BAB 38 : KEBAHAGIAAN HIDUP
39
BAB 39 : TERLALU PAGI CINTAMU TUMBUH
40
BAB 40 : GADIS PERAWAN
41
BAB 41 : SEKUNTUM BUNGA
42
BAB 42 : VILLA DI PUNCAK
43
BAB 43 : PEMUDA IDAMAN AMANDA
44
BAB 44 : PEMUDA MISKIN
45
BAB 45 : BERPIKIRAN LUAS
46
BAB 46 : TERUSIR DARI RUMAH
47
BAB 47 : RUMAH KONTRAKAN
48
BAB 48 : MENDAPAT PEKERJAAN
49
BAB 49 : GAJIAN PERTAMA
50
BAB 50 : RATAPAN MEMILUKAN
51
BAB 51: ANAK YANG HILANG
52
BAB 52 : TANPA SYARAT
53
BAB 53 : SATU JAM LAGI
54
BAB 54 : PUTIH ABU-ABU
55
BAB 55 : OVERDOSIS
56
BAB 56 : GARA-GARA LONTONG
57
BAB 57 : TUKANG LONTONG
58
BAB 58 : TERNYATA ITU MASALAHNYA?
59
BAB 59 : AKHIR PENANTIAN
60
BAB 60 : MENGANGKAT BAHU
61
BAB 61 : PERSIAPAN YANG PANJANG
62
BAB 62 : SESUATU
63
BAB 63 : SATU TANYA TANPA JAWABAN
64
BAB 64 : PERTANYAAN YANG ANEH
65
BAB 65 : JADI RUWET
66
BAB 66 : PERTENGKARAN TERBUKA
67
BAB 67 : PERTENGKARAN MEMANAS
68
BAB 68 : POIN YANG LAIN
69
BAB 69 : PERASAAN ASING
70
BAB 70 : TITIK TERENDAH
71
BAB 71 : AMPUN DEH!
72
BAB 72 : KEISENGAN BALQIS
73
BAB 73 : SAAT PEMBALASAN
74
BAB 74 : LHO? KOK JADI BEGINI?
75
BAB 75 : TITIK!
76
BAB 76 : PASANG BADAN
77
BAB 77 : KENANGAN LAGI
78
BAB 78 : KETIADAAN ENDING
79
BAB 79 : HAI, DARLING HONEY
80
BAB 80 : JIWA ADALAH KEKAL
81
BAB 81 : ORANG GILA
82
BAB 82 : KUNCUP MAWAR ITU!
83
BAB 83 : PUTUS ASA
84
BAB 84 : PERISTIWA ULANG
85
BAB 85 : CEWEK GEBETAN GUE!
86
BAB 86 : SAYA HAMIL, DOKTER?
87
BAB 87 : MENUNGGU KEPASTIAN
88
BAB 88 : MEMINTA KEPASTIAN
89
BAB 89 : SEBUAH RENCANA
90
BAB 90 : STATUS HUBUNGAN
91
BAB 91 : TIDAK ADA KESEMPATAN
92
BAB 92 : AKU JIWA YANG LARA
93
BAB 93 : BERTEMU NABILA
94
BAB 94 : BERITA TAK TERDUGA
95
BAB 95 : PERTANGGUNGJAWABAN
96
BAB 96 : BIARLAH! BIARLAH!
97
BAB 97 : BERTEMU NABILA
98
BAB 98 : PERNIKAHAN SEMU
99
BAB 99 : MENCARI PEKERJAAN
100
BAB 100 : BANTUAN RANTI
101
Bab 101: KERAS HATI
102
BAB 102 : BERHENTI BEKERJA
103
BAB 103 : LELAKI PENGECUT
104
BAB 104 : TAMBAH BURUK
105
BAB 105 : JUJUR DAN TULUS
106
BAB 106 : SEBILAH SEMBILU
107
BAB 107 : APA LAGI?
108
BAB 108 : SEBUAH KESEPAKATAN
109
BAB 109 : TEROMBANG AMBING
110
BAB 110 : KUTUKAN TUHAN
111
BAB 111 : MIMPI YANG INDAH SEKALI
112
BAB 112 : BERTINDAK BIJAKSANA
113
BAB 113 : PERTEMUAN TERAKHIR
114
BAB 114 : KAMAR PERSALINAN
115
BAB 115 : KEPUTUSAN AKHIR

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!