BAB 7 : SANDIWARA TANPA CINTA

Cindy merasa terlindung dan aman dalam pelukan lelaki itu. Bukankah selama ini Cindy memimpikan kenyataan yang seperti sekarang? Ya, hidup yang dilaluinya terasa jauh dari hamparan kasih sayang. Sedangkan apa yang dialami selama ini hanyalah kemunafikan belaka.

"Air matamu belum cukup untuk memberi jawaban yang pasti Cindy. Jika kau malu untuk mengatakan, bahwa selama ini yang kau cari kemewahan dengan berkencan pria-pria tua, aku tidak mau perduli. Yang penting bagiku kau mau berterus terang dan membalas cintaku dengan tulus. Itu saja Cindy." Tandas Rangga.

Cindy mendorong tubuh Rangga sehingga pelukan lelaki itu terlepas. Dengan mata yang berlinang-linang, Cindy menatap Rangga tajam-tajam.

"Rangga, kata-katamu menyakiti hatiku," ketus Cindy. Tangis Cindy semakin pilu.

"Aku tidak bermaksud demikian Cindy. Justru aku telah berkata dengan kejujuran yang kumiliki. Buatku sekalipun kau seorang janda beranak lima, atau mungkin seorang pelacur jalanan, aku tetap mencintaimu. Tetap ingin mengawinimu, kau mengerti Cindy?" Ucap Rangga meyakinkan.

Cindy membuka resliting gaunnya ke bawah, sehingga tubuhnya di bagian dada terpampang menantang di mata Rangga.

"Akan ku buktikan jika tubuhku masih suci Rangga." Ujar Cindy.

"Jangan Cindy..." Kata Rangga sambil menahan tangan Cindy yang semakin menarik gaunnya ke bawah.

"Aku bersedia membuktikannya Rangga !" Tandas Cindy.

"Aku percaya... aku percaya sepenuhnya terhadapmu sayang. Kenakanlah kembali gaunmu itu." Balas Rangga.

Tetapi Cindy tidak mengindahkan kata-kata Rangga. Terpaksa Rangga membenahi gaun gadis itu seperti semula. Cindy hanya tertunduk dengan berlinangan air mata.

"Aku tak ingin menodai cintaku yang suci Cindy. Karena cinta itu sebenarnya bukanlah nafsu, melainkan perasaan yang ingin memiliki, ingin di belai dengan kasih sayang dan membahagiakan orang yang dicintai. Seperti aku yang ingin memiliki mu, ingin membelai dengan kasih sayang ku dan ingin membahagiakanmu Cindy. Aku telah memiliki cinta itu dengan sempurna." Kata Rangga mantap.

Cindy menatap mata Rangga yang memancar sebuah kepolosan, jujur dan rendah hati. Maka gadis itu menjatuhkan kembali kepalanya di dada bidang Rangga. Air mata Cindy yang membasahi pipinya dihusap oleh sapu tangan Rangga pelan sekali. Gadis itu memejamkan matanya, meresapi kelembutan kasih sayang Rangga.

"Cindy, ijinkanlah aku datang ke rumahmu untuk membuktikan bahwa aku bersungguh-sungguh ingin mempersunting dirimu." Ucap Rangga tenang.

"Jangan...," keluh Cindy dengan nafas sesak.

"Kenapa jangan Cindy?" Desak Rangga.

"Kuharap pengertianmu dalam soal ini Rangga. Jangan kau rusak segalanya yang sudah hampir sama-sama kita rasakan. Aku tak ingin segalanya akan jadi berantakan." Ucap Cindy dengan mata bingung. Wajahnya berubah cemas dan tertekan.

"Aku bersungguh-sungguh kepadamu, namun kau selalu menolak setiap kali kunyatakan ingin datang ke rumahmu. Katakanlah alasanmu yang sebenarnya Cindy." Ucap Rangga lagi.

"Kau masih juga mengulangi pertanyaan yang bagiku sulit untuk kujawab Rangga. Akan ku serahkan semua yang kau kehendaki atas diriku, asalkan jangan kau bertanya lebih banyak mengenai aku." Balas Cindy.

"Baiklah, kita bermain sandiwara tanpa cinta. Sebab kau lebih senang berperan sebagai seorang gadis yang penuh misteri, Kau lebih mengutamakan permainan yang mengasyikkan ketimbang makna dari sebuah cinta yang luhur. Mulai sekarang aku akan melakukannya, Cindy." Ujar Rangga setengah kecewa.

Rangga langsung memeluk tubuh gadis itu dan menghujani dengan ciuman hangat. Cindy pasrah dengan apa yang dilakukan lelaki itu. Di dalam hati gadis itu merintih, jangan pisahkan kami sebelum kenyataan yang tak diharapkan oleh Cindy datang merenggutnya. Pelukan Cindy semakin erat melingkar di leher Rangga. Dan untuk beberapa saat perasaan Cindy bagaikan terbang ke langit ke tujuh.

Ketika mereka mendengar suara tawa orang di balik semak-semak, baru Rangga menghentikan ciuman itu. Kurang ajar!, rutuk hatinya. Anak-anak kecil itu sejak tadi mengintipnya di balik semak-semak. Maka berlarian anak-anak kecil itu saat mata Rangga melotot. Sementara Cindy menahan senyum.

Senja mulai menyelimuti permukaan langit. Dan banyak pengunjung di pantai itu telah pergi. Cindy mengajak Rangga untuk meninggalkan tempat itu. Walau sebenarnya hubungan mereka masih diliputi kabut misteri.

Yah... lebih baik bermain sebuah peran. Lebih baik menghilangkan perasaan yang menyiksa karena cinta. Toh apa pun yang sudah dipikirkan masak-masak oleh Rangga belum nampak jalan menuju kepastian. Hubungannya dengan Cindy masih ditutupi kabut misteri yang banyak mendatangkan tanda tanya.

Di pagi itu Rangga telah menunggu Cindy di terminal Raja Basah sudah cukup lama, dia seperti di landa kegelisahan.

Pada jam yang telah ditentukan, ternyata gadis itu belum muncul jua. Satu setengah jam telah berlalu bagai tertatih-tatih. Dirasa oleh Rangga waktu dua jam menunggu terlalu lama dan membosankan. Dia rasanya sudah tidak betah lagi menunggu kedatangan gadis itu lebih lama, ingin dia meninggalkan tempat itu. Namun keresahan di dadanya timbul, bagaimana seandainya dia datang? Rangga seperti tercencang oleh detik-detik yang berlalu. Setiap kali dia melontarkan pandangan kearah bis yang berhenti di terminal itu, tak kunjung nampak jua gadis yang ditunggunya itu.

Alangkah lambatnya waktu bergerak, alangkah pusingnya kepala Rangga saking bingungnya mengawasi orang-orang yang berlalu-lalang. "Itu dia, kata hati Rangga... oooohh bukan. Itu lagi juga bukan. Bentuk yang sama namun wajah yang berbeda. Alangkah bisingnya terminal Raja Basah ini. Untuk berkencan saja musti susah-susah seperti ini, bayangkan!" Lanjut batin Rangga berucap dalam hatinya.

Haiiii...mata Rangga berubah berseri-seri dan jantungnya berdetak kencang, ketika melihat gadis yang ditunggunya turun dari bis kota. Rangga buru-buru berlari menghampiri gadis itu.

"Sudah lama menungguku?, maaf jika aku terlambat memenuhi janji." Kata Cindy dengan wajah merah.

"Tak heran jika di Indonesia jamnya mulur seperti karet." Gumam Rangga tersenyum. Cindy ikut tersenyum pula. Sebuah bis kota nyelonong memasuki terminal dan hampir saja menyeruduk pantat Rangga. Kondektur bis kota berteriak mendongkol melihat Rangga dan Cindy berlari ke pinggir sambil bergandengan.

"Di sini bukan tempatnya pacaran nyung! Bisa-bisa mampus ke tubruk bis kauuu!!." Teriak kondektur bis itu.

"Sialan!." Gerutu Rangga ketika sudah menepi. Beberapa orang sempat memperhatikan

Rangga dan Cindy. Ada yang merasa iri, ada pula yang merasa senang melihat pasangan remaja yang ideal itu.

Bergegas Rangga menarik tangan Cindy, sebab dia tahu mereka sedang menjadi pusat perhatian semua orang yang ada di sekitarnya.

"Ke mana kita Ngga?" Tanya Cindy bermanja.

"Ke Bukit Barisan!," sahut Rangga sambil menggandeng tangan Cindy menuju bis kota jurusan Kalianda, Lampung Selatan.

Di dalam bis kota yang melaju Cindy banyak membisu, sebab penumpang bis itu kelewat penuh. Bukan main manusia yang akan pulang mudik di hari minggu itu, sehingga bis kota jurusan Kalianda senantiasa penuh oleh penumpang. Untung saja bis yang mereka tumpangi menuju ke Kota Pringsewu yang lewat jejeran bukit barisan sekali pun penuh, Rangga dan Cindy mendapat tempat duduk. Sepanjang perjalanan menuju ke Bukit Barisan kepala Cindy disandarkan ke bahu Rangga. Bis yang mereka tumpangi telah melewati bukit-bukit kali pasir dan sebentar lagi akan sampai ke Bukit Barisan. Cindy melirik Rangga. mereka saling bertatapan mesra sekali, sama-sama tersenyum, aaah... hidup bercinta memang indah dan mengasyikkan.

"Kenapa kau diam saja Cindy?" tegur Rangga.

"Ah, aku lagi malas ngobrol." Balas Cindy manja.

"Kelihatannya kau sedang memikirkan sesuatu." Balas Rangga.

"Aaaaah, tidak!" Ucap Cindy.

"Dari sinar matamu aku tahu." Balas Rangga lagi.

"Aku tidak memikirkan apa-apa." Ucap Cindy dengan mengalihkan pandangan, matanya menatap bukit-bukit yang sebagian puncaknya tertutup kabut. Dan warna hijau sejuk membias ke permukaan bukit-bukit itu. Pohon kopi dan pematang sawah di pinggir jalan yang di lalui bis itu tumbuh dengan subur.

Pemandangan di sini memang teramat menyenangkan. Indah untuk dinikmati dengan hawa yang sejuk menyertainya. Tubuh Cindy mulai merasa dingin dan Rangga tahu jika gadis yang duduk di sebelahnya gemetaran badannya.

Rangga lantas memeluk tubuh Cindy.

"Dingin?" tanya Rangga.

"Ee eh" Cindy menjawab dengan menganggukkan kepala.

Bis kota yang mereka tumpangi telah sampai

ke perempatan jalan menuju Bukit Barisan. Rangga dan Cindy bergegas turun dari bis itu. Villa-villa berdiri megah di atas perbukitan hijau. Di sana- sini banyak pohon cemara menjulang tinggi dan meliuk pelan kala angin meniupnya.

Rumput di sekitar kaki kedua remaja itu menepuk tumbuh dengan subur dan rapi. Kebanyakan rumput-rumput itu basah oleh kabut yang membeku dan berubah menjadi cairan. Sinar matahari tidak mampu menerobos kabut yang berarak di angkasa. Kedua remaja itu menelusuri bukit-bukit yang jauh dari keramaian orang.

Langkah Cindy berayun-ayun di dalam pelukan Rangga. Sementara kepala gadis itu menyandar di dada Rangga, tangannya yang kanan membelit pinggang lelaki itu. Meski kedua remaja itu sudah jauh dari tempat keramaian, masih juga menjumpai sepasang remaja yang tengah bercumbu dan saling berciuman di bawah pohon cemara. Tak jarang hati Cindy tergetar disaat melihat kedua tubuh manusia yang berlainan jenis saling menindih berdekap erat dan bercumbu.

Sedang bagi Cindy semakin pasrah dalam pelukan Rangga. Sehingga dia berjalan hanya dengan merasakan bahwa gelora cinta membara di dadanya. ******* nafasnya sama dengan ******* nafas Rangga, bahkan degupan jantungnya sama dengan degup jantung Rangga.

Keresahan menerjang-nerjang perasaan Cindy. Selama Ini dia sangat mendambakan

kehangatan itu hanya dengan berpura-pura. Tapi sekarang perasaan itu telah menuntutnya, namun dia tak tahu bagaimana melampiaskannya. Maka Cindy hanya dapat menghela nafas panjang.

"Kau capai Cindy?" Tanya Rangga lembut.

Gadis itu menggelengkan kepala dengan nafas yang tersendat-sendat. Di bawah rerimbunan pohon mereka menghentikan langkah. Kedua remaja itu duduk dan melepaskan lelah. Udara sejuk cukup membantu rasa capai yang dialami, kedua remaja itu. Keringat yang keluar dari pori-pori tidak sebanyak kala berjalan di sengat matahari.

Telapak tangan Rangga mengalirkan bara cinta yang tidak lagi tulis seperti sediakala. Melainkan sudah berbaur dengan gairah nafsu yang membakar darahnya kala meremas jemari Cindy. Apalagi saat lengan Rangga melingkar ke leher gadis itu, segalanya menimbulkan pijar-pijar yang memanaskan darahnya. Cindy memejamkan mata dengan bibir yang terkuak siap menerima kecupan lelaki itu. Hidung Rangga mulai menyentuh pipi Cindy dan bibir mereka lantas saling ******* mesra. Sulit untuk dihitung sudah berapa kali bibir Rangga menerjang-nerjang bibir Cindy yang kenyal bagai kelopak bunga mawar itu. Dekapan Rangga semakin erat, hingga nafas Cindy dirasakan sesak. Tangan Rangga menjalar-jalar keseluruh tubuh gadis itu. Ketika hinggap pada benda lunak yang membusung di bagian dada. Cindy tergial dan merintih manja. Pelan tapi mantap telapak tangan Rangga meremasnya dan tubuh gadis itu melilit-lilit sambil menpeluh. Keringat yang keluar dari pori-pori mereka tidak lagi keringat biasa, melainkan keringat birahi yang mengejangkan seluruh otot tubuhnya.

Sementara mereka telah lupa dengan alam sekitarnya yang indah. Kedua tubuh itu bergulingan di atas rumput hijau penuh gairah nafsu yang tak bisa dikendalikan lagi, belaian, gigitan, isapan berlangsung terus tanpa mau perduli. Suara rintihan panjang yang dibarengi isak tangis memecah keheningan tempat itu. Bukit-bukit yang menjulang tinggi sempat menjadi saksi kedua anak manusia melakukan perbuatan dosa.

Daun-daun yang telah kering saling berjatuhan ke bumi. Bunga pun yang telah lama layu gugur dari tangkainya.

Sementara kuncup bunga yang baru mengembang telah dihisap madunya oleh si kumbang.

Terpopuler

Comments

YUSIKO

YUSIKO

keren!

2023-04-16

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 : GADIS CANTIK JELITA
2 BAB 2 : TERLALU MAHAL
3 BAB 3 : NAMAKU CINDY
4 BAB 4 : SEBUAH KENYATAAN
5 BAB 5 : CETUSAN NALURI
6 BAB 6 : KETIDAKPASTIAN
7 BAB 7 : SANDIWARA TANPA CINTA
8 BAB 8 : MERASA PESIMIS
9 BAB 9 : PISTOL DI SAKU KIMONO
10 BAB 10 : CINTA DAN NAFSU
11 BAB 11 : PELURU NYASAR
12 BAB 12 : GELORA CINTA
13 BAB 13 : SIKSAAN BATIN
14 BAB 14 : PULANG KAMPUNG
15 BAB 15 : INGATAN HENDRY
16 BAB 16 : AYAH KUMAT LAGI
17 BAB 17 : PENGAKUAN RANGGA
18 BAB 18 : SEBUAH PENGORBANAN
19 BAB 19 : RASA TANGGUNGJAWAB
20 BAB 20 : RANGGA BEBAS
21 BAB 21 : NIAT HATI
22 BAB 22 : TANAH PEMAKAMAN
23 BAB 23 : PERJODOHAN ZAHRA
24 BAB 24 : JALAN PINTAS
25 BAB 25 : JALINAN MANIS
26 BAB 26 : KOMPROMI DULU
27 BAB 27 : SEBUAH PERKENALAN
28 BAB 28 : TIDAK SECEPAT ITU
29 BAB 29 : KEJUJURAN HATI
30 BAB 30 : BERTEMU FADLY
31 BAB 31 : SEMUANYA SUDAH BERLALU
32 BAB 32 : RASA SYUKUR
33 BAB 33 : MERANTAU
34 BAB 34 : SAYA TIDAK TAHU
35 BAB 35 : KESETIAAN CINTA
36 BAB 36 : ANTARA MISKIN DAN KAYA
37 BAB 37 : SAYA AKAN MENUNGGU
38 BAB 38 : KEBAHAGIAAN HIDUP
39 BAB 39 : TERLALU PAGI CINTAMU TUMBUH
40 BAB 40 : GADIS PERAWAN
41 BAB 41 : SEKUNTUM BUNGA
42 BAB 42 : VILLA DI PUNCAK
43 BAB 43 : PEMUDA IDAMAN AMANDA
44 BAB 44 : PEMUDA MISKIN
45 BAB 45 : BERPIKIRAN LUAS
46 BAB 46 : TERUSIR DARI RUMAH
47 BAB 47 : RUMAH KONTRAKAN
48 BAB 48 : MENDAPAT PEKERJAAN
49 BAB 49 : GAJIAN PERTAMA
50 BAB 50 : RATAPAN MEMILUKAN
51 BAB 51: ANAK YANG HILANG
52 BAB 52 : TANPA SYARAT
53 BAB 53 : SATU JAM LAGI
54 BAB 54 : PUTIH ABU-ABU
55 BAB 55 : OVERDOSIS
56 BAB 56 : GARA-GARA LONTONG
57 BAB 57 : TUKANG LONTONG
58 BAB 58 : TERNYATA ITU MASALAHNYA?
59 BAB 59 : AKHIR PENANTIAN
60 BAB 60 : MENGANGKAT BAHU
61 BAB 61 : PERSIAPAN YANG PANJANG
62 BAB 62 : SESUATU
63 BAB 63 : SATU TANYA TANPA JAWABAN
64 BAB 64 : PERTANYAAN YANG ANEH
65 BAB 65 : JADI RUWET
66 BAB 66 : PERTENGKARAN TERBUKA
67 BAB 67 : PERTENGKARAN MEMANAS
68 BAB 68 : POIN YANG LAIN
69 BAB 69 : PERASAAN ASING
70 BAB 70 : TITIK TERENDAH
71 BAB 71 : AMPUN DEH!
72 BAB 72 : KEISENGAN BALQIS
73 BAB 73 : SAAT PEMBALASAN
74 BAB 74 : LHO? KOK JADI BEGINI?
75 BAB 75 : TITIK!
76 BAB 76 : PASANG BADAN
77 BAB 77 : KENANGAN LAGI
78 BAB 78 : KETIADAAN ENDING
79 BAB 79 : HAI, DARLING HONEY
80 BAB 80 : JIWA ADALAH KEKAL
81 BAB 81 : ORANG GILA
82 BAB 82 : KUNCUP MAWAR ITU!
83 BAB 83 : PUTUS ASA
84 BAB 84 : PERISTIWA ULANG
85 BAB 85 : CEWEK GEBETAN GUE!
86 BAB 86 : SAYA HAMIL, DOKTER?
87 BAB 87 : MENUNGGU KEPASTIAN
88 BAB 88 : MEMINTA KEPASTIAN
89 BAB 89 : SEBUAH RENCANA
90 BAB 90 : STATUS HUBUNGAN
91 BAB 91 : TIDAK ADA KESEMPATAN
92 BAB 92 : AKU JIWA YANG LARA
93 BAB 93 : BERTEMU NABILA
94 BAB 94 : BERITA TAK TERDUGA
95 BAB 95 : PERTANGGUNGJAWABAN
96 BAB 96 : BIARLAH! BIARLAH!
97 BAB 97 : BERTEMU NABILA
98 BAB 98 : PERNIKAHAN SEMU
99 BAB 99 : MENCARI PEKERJAAN
100 BAB 100 : BANTUAN RANTI
101 Bab 101: KERAS HATI
102 BAB 102 : BERHENTI BEKERJA
103 BAB 103 : LELAKI PENGECUT
104 BAB 104 : TAMBAH BURUK
105 BAB 105 : JUJUR DAN TULUS
106 BAB 106 : SEBILAH SEMBILU
107 BAB 107 : APA LAGI?
108 BAB 108 : SEBUAH KESEPAKATAN
109 BAB 109 : TEROMBANG AMBING
110 BAB 110 : KUTUKAN TUHAN
111 BAB 111 : MIMPI YANG INDAH SEKALI
112 BAB 112 : BERTINDAK BIJAKSANA
113 BAB 113 : PERTEMUAN TERAKHIR
114 BAB 114 : KAMAR PERSALINAN
115 BAB 115 : KEPUTUSAN AKHIR
Episodes

Updated 115 Episodes

1
BAB 1 : GADIS CANTIK JELITA
2
BAB 2 : TERLALU MAHAL
3
BAB 3 : NAMAKU CINDY
4
BAB 4 : SEBUAH KENYATAAN
5
BAB 5 : CETUSAN NALURI
6
BAB 6 : KETIDAKPASTIAN
7
BAB 7 : SANDIWARA TANPA CINTA
8
BAB 8 : MERASA PESIMIS
9
BAB 9 : PISTOL DI SAKU KIMONO
10
BAB 10 : CINTA DAN NAFSU
11
BAB 11 : PELURU NYASAR
12
BAB 12 : GELORA CINTA
13
BAB 13 : SIKSAAN BATIN
14
BAB 14 : PULANG KAMPUNG
15
BAB 15 : INGATAN HENDRY
16
BAB 16 : AYAH KUMAT LAGI
17
BAB 17 : PENGAKUAN RANGGA
18
BAB 18 : SEBUAH PENGORBANAN
19
BAB 19 : RASA TANGGUNGJAWAB
20
BAB 20 : RANGGA BEBAS
21
BAB 21 : NIAT HATI
22
BAB 22 : TANAH PEMAKAMAN
23
BAB 23 : PERJODOHAN ZAHRA
24
BAB 24 : JALAN PINTAS
25
BAB 25 : JALINAN MANIS
26
BAB 26 : KOMPROMI DULU
27
BAB 27 : SEBUAH PERKENALAN
28
BAB 28 : TIDAK SECEPAT ITU
29
BAB 29 : KEJUJURAN HATI
30
BAB 30 : BERTEMU FADLY
31
BAB 31 : SEMUANYA SUDAH BERLALU
32
BAB 32 : RASA SYUKUR
33
BAB 33 : MERANTAU
34
BAB 34 : SAYA TIDAK TAHU
35
BAB 35 : KESETIAAN CINTA
36
BAB 36 : ANTARA MISKIN DAN KAYA
37
BAB 37 : SAYA AKAN MENUNGGU
38
BAB 38 : KEBAHAGIAAN HIDUP
39
BAB 39 : TERLALU PAGI CINTAMU TUMBUH
40
BAB 40 : GADIS PERAWAN
41
BAB 41 : SEKUNTUM BUNGA
42
BAB 42 : VILLA DI PUNCAK
43
BAB 43 : PEMUDA IDAMAN AMANDA
44
BAB 44 : PEMUDA MISKIN
45
BAB 45 : BERPIKIRAN LUAS
46
BAB 46 : TERUSIR DARI RUMAH
47
BAB 47 : RUMAH KONTRAKAN
48
BAB 48 : MENDAPAT PEKERJAAN
49
BAB 49 : GAJIAN PERTAMA
50
BAB 50 : RATAPAN MEMILUKAN
51
BAB 51: ANAK YANG HILANG
52
BAB 52 : TANPA SYARAT
53
BAB 53 : SATU JAM LAGI
54
BAB 54 : PUTIH ABU-ABU
55
BAB 55 : OVERDOSIS
56
BAB 56 : GARA-GARA LONTONG
57
BAB 57 : TUKANG LONTONG
58
BAB 58 : TERNYATA ITU MASALAHNYA?
59
BAB 59 : AKHIR PENANTIAN
60
BAB 60 : MENGANGKAT BAHU
61
BAB 61 : PERSIAPAN YANG PANJANG
62
BAB 62 : SESUATU
63
BAB 63 : SATU TANYA TANPA JAWABAN
64
BAB 64 : PERTANYAAN YANG ANEH
65
BAB 65 : JADI RUWET
66
BAB 66 : PERTENGKARAN TERBUKA
67
BAB 67 : PERTENGKARAN MEMANAS
68
BAB 68 : POIN YANG LAIN
69
BAB 69 : PERASAAN ASING
70
BAB 70 : TITIK TERENDAH
71
BAB 71 : AMPUN DEH!
72
BAB 72 : KEISENGAN BALQIS
73
BAB 73 : SAAT PEMBALASAN
74
BAB 74 : LHO? KOK JADI BEGINI?
75
BAB 75 : TITIK!
76
BAB 76 : PASANG BADAN
77
BAB 77 : KENANGAN LAGI
78
BAB 78 : KETIADAAN ENDING
79
BAB 79 : HAI, DARLING HONEY
80
BAB 80 : JIWA ADALAH KEKAL
81
BAB 81 : ORANG GILA
82
BAB 82 : KUNCUP MAWAR ITU!
83
BAB 83 : PUTUS ASA
84
BAB 84 : PERISTIWA ULANG
85
BAB 85 : CEWEK GEBETAN GUE!
86
BAB 86 : SAYA HAMIL, DOKTER?
87
BAB 87 : MENUNGGU KEPASTIAN
88
BAB 88 : MEMINTA KEPASTIAN
89
BAB 89 : SEBUAH RENCANA
90
BAB 90 : STATUS HUBUNGAN
91
BAB 91 : TIDAK ADA KESEMPATAN
92
BAB 92 : AKU JIWA YANG LARA
93
BAB 93 : BERTEMU NABILA
94
BAB 94 : BERITA TAK TERDUGA
95
BAB 95 : PERTANGGUNGJAWABAN
96
BAB 96 : BIARLAH! BIARLAH!
97
BAB 97 : BERTEMU NABILA
98
BAB 98 : PERNIKAHAN SEMU
99
BAB 99 : MENCARI PEKERJAAN
100
BAB 100 : BANTUAN RANTI
101
Bab 101: KERAS HATI
102
BAB 102 : BERHENTI BEKERJA
103
BAB 103 : LELAKI PENGECUT
104
BAB 104 : TAMBAH BURUK
105
BAB 105 : JUJUR DAN TULUS
106
BAB 106 : SEBILAH SEMBILU
107
BAB 107 : APA LAGI?
108
BAB 108 : SEBUAH KESEPAKATAN
109
BAB 109 : TEROMBANG AMBING
110
BAB 110 : KUTUKAN TUHAN
111
BAB 111 : MIMPI YANG INDAH SEKALI
112
BAB 112 : BERTINDAK BIJAKSANA
113
BAB 113 : PERTEMUAN TERAKHIR
114
BAB 114 : KAMAR PERSALINAN
115
BAB 115 : KEPUTUSAN AKHIR

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!