BAB 10 : CINTA DAN NAFSU

Keesokan harinya Rangga duduk seorang diri di ruang paviliun. Bunga-bunga yang tumbuh di taman kelihatan segar dan indah-indah warnanya. Tapi keindahan wama bunga yang sejuk di pandang mata bukan lagi dirasakan oleh Rangga. Kalau sebelumnya dia sangat senang kepada bunga-bunga itu, tapi sementara ini pikirannya sedang di balut keresahan yang belum menemukan duduk persoalan yang sebenarnya. Dia masih diliputi tanda tanya besar, siapakah sebenarnya lelaki itu.

Belum lama Rangga bertanya-tanya dalam hati, tiba-tiba terdengar klakson mobil. Dan sebuah mobil Honda civic berwarna biru muda berhenti di depan pintu halaman. Rangga bergegas bangkit karena dia tahu yang ada di dalam mobil itu adalah Cindy.

Gadis yang mengenakan gaun violet muda dengan hiasan bunga putih dan merah nampak segera turun dari mobil. Rambutnya yang hitam legam sebatas bahu kali ini tidak terurai, melainkan di kuncir dengan pita merah. Di mata Rangga Gadis itu nampak lebih keibuan, Rangga tersenyum kepada gadis itu, tapi balasan Cindy cuma tatapan mata yang sendu. Ah, matanya itu alangkah murungnya. Apa sebenarnya yang tersimpan di dalam perasaannya, hingga kecerahan pada pantulan wajahnya yang anggun dan cantik begitu suram. Rangga menghembuskan nafas berat sampai Cindy dekat dengannya.

"Aku ingin berbicara kepadamu, Rangga," kata Cindy lirih.

"Ayo masuk dulu." Ajak Rangga. Tetapi gadis itu menolak.

"Kita berbicara jangan di sini Ngga, kita cari tempat yang tenang dan cocok." Ucap Cindy kemudian.

"Baik" Sahut Rangga.

Lantas mereka berdua berjalan ke mobil. Cindy membawa Rangga ke tempat biasa mereka memadu kasih. Selama dalam perjalanan menuju ke pantai gadis itu lebih banyak diam. Namun di hati mereka berbicara masing-masing.

Sampai mobil berhenti di tempat parik dan mereka berdua jalan berdampingan di pesisir pantai, masih juga saling membisu. Seperti angin yang bertiup membisu. Seperti batu-batu di pinggir pantai yang di jilat air laut tetap diam saja.

Setelah mereka duduk di bawah pohon mangga yang berdaun rindang, Cindy menegur Rangga lunak. "Kau tak apa-apa bukan Rangga?"

"Seperti apa yang kau lihat, aku sehat-sehat saja." Gumam Rangga.

"Kau tahu apa sebabnya aku melarangmu untuk datang ke rumah. Hanya demi menjaga hubungan kita dan keselamatan atas dirimu, Rangga." Kata Cindy datar.

"Siapakah sebenarnya lelaki itu Cindy?" Tanya Rangga.

"Dialah calon suamiku." Jawab Cindy.

"Hah?" Rangga termangu.

Cindy tersenyum hambar memandang Rangga. Sedangkan lelaki yang dipandang Cindy membuang muka dan memandang jauh ke laut yang biru.

"Kenapa sejak dulu kau tak mau berterus terang kepadaku, Cindy " Gumam Rangga terlalu kecewa.

"Karena banyak hal yang tak kuinginkan di dalamnya Rangga." Balas Cindy.

"Maksudmu?" Tanya Rangga.

"Aku tidak mencintai lelaki itu." Balas Cindy.

"Kenapa masih juga kau jalani, jika kau tak mencintai? Berarti kau menyiksa, dirimu sendiri. Kau masih mempunyai harapan buat memperoleh kebahagiaan dengan orang lain." Tandas Rangga setengah mencibir melihat kelemahan Cindy. Sebab dia tahu Cindy memiliki kelebihan banyak dari pada dirinya. Kenapa mesti harus menikah dengan pria tua. Banyak pemuda kaya yang akan jatuh cinta kepadanya.

"Orang tuaku terlalu silau dengan harta yang akhirnya menjadi gila. Akulah yang menjadi korban atas permainan nasib." Kata Cindy dalam keluh.

"Kau masih bisa menolak. Kau masih bisa menentang kehendak orang tuamu jika kau tahu bakal membuat dirimu menderita. Alasan masih belum dapat kuterima dengan kenyataan Cindy." Gadis itu tertunduk dan matanya di rasa hangat, Debur ombak di pantai mengusik ketenangan alam sekeliling pesisir pantai yang begitu indah membuat hati Cindy bertambah sedih, kenapa keindahan dimasa remaja harus berakhir dengan penyesalan? Kenapa pula takdir telah menentukan harus hidup di sisi seorang lelaki yang tak dicintai?

Ooooh, alangkah kejam kehidupan ini.

Alangkah pahit yang disuguhkan realita dari orang tuanya dimana harus menikah dengan pria tua yang tidak mempunyai perasaan. Tidak mengenal sama sekali halusnya perasaan seorang wanita. Begitulah penyesalan yang bertumpuk di dada Cindy. Gadis itu sejak tadi masih membisu, cuma kedua matanya berkaca-kaca menahan tangis.

"Itu terserah pendapatmu Rangga. Kalau kau tetap beranggapan bahwa aku terlalu menyerah kepada nasib." Ucap Cindy lirih.

"Jadi selama ini kau menganggap diriku hanya teman pemuas kesepianmu, begitu ya?" Rutuk Rangga.

Gadis itu tidak dapat memberikan jawaban, diam tertunduk. Rangga semakin ditekan perasaan kecewa.

"Alangkah kejamnya kau... terkutuklah kau Cindy," desah Rangga setengah memaki.

"Ucapanmu menyakiti hatiku Rangga. Pada hal kau belum tahu kejadian yang sebenarnya. Aku telah menjadi korban hutang ayahku di meja judi. Berapa kau tahu hutang ayahku di meja judi?, tidak sedikit Rangga. Hampir lima puluh juta rupiah. Semua kekalahan yang diderita ayahku karena permainan curang dari teman-temannya Romeo, yang sekarang menjadi calon suamiku. Romeo adalah kepala orang perkapalan yang sering berlayar ke luar negeri. Perkenalan dengan ayahku belum lama, tapi sempat menaruh minat untuk menghancurkan usaha ayahku di bidang perkapalan. Tak tahunya Romeo hanya disewa oleh seorang pengusaha lainnya yang ingin menjatuhkan ayahku. Setiap hari memaksa ayahku untuk berjudi di tempat khusus, anehnya ayahku tak lagi bisa menolak. Romeo pengaruhnya dikalangan penjahat-penjahat perkapalan sangat besar. Karena itulah ayahku menjadi korban permainan licik. Semua yang menjadi milik kami telah habis. Usaha ayahku jatuh sampai akhirnya dia menjadi gila dan aku menjadi korban melunasi hutang ayah ku. Kau mau mengerti sebab dari diriku yang terbelenggu ini bukan Rangga?" Kata-kata Cindy yang panjang itu cukup membuat Rangga mengetahui duduk persoalan yang jelas. Sekarang dia tidak lagi menyalahkan gadis itu. Justru sebaliknya dia merasa amat kasihan.

"Aku ingin melepaskan belenggu penderitaanmu Cindy." Gumam Rangga mantap.

Matanya menatap Cindy dengan penuh semangat yang menyala-nyala. Disamping bara cinta yang menggelora di dadanya.

"Kau tak akan mampu berbuat itu Rangga." Potong Cindy.

"Katakanlah kalau aku seorang yang kaya raya dan bisa membayar hutang ayahmu, baru aku dapat menang? begitu? Lantas hidupku sebagai pengarang tak mampu memberi makan kepadamu, begitu? Kau sendiri hampir lupa dengan apa yang pernah kau ucapkan tentang nasib. Dan kau merasa senang jika membicarakan nasib. Tapi kenapa kau jadi mengelak pernyataanmu sendiri? Betapa munafiknya kau Cindy. Sekali pun setiap detik pikiran manusia dapat berubah. Tapi yang penting faktor kepercayaan diri menunjang segala bentuk ketidak pastian. Bukankah di atas dunia ini segala sesuatunya bisa terjadi kalau Tuhan menghendakinya?" Kata Rangga hampir menghentikan denyut jantung Cindy. Dia seperti di hadapkan pada sesuatu tantangan yang sangat membutuhkan kepercayaan untuk bisa menang. Dan sebetulnya kemenangan itu sangat mudah untuk didapat, karena dia tahu siapa sebenarnya Romeo itu. Tapi dia takut untuk di dapat, karena dia tahu siapa sebenarnya Romeo itu. Tapi dia takut untuk membuka kedok lelaki itu dengan siapa pun termasuk ayahnya sendiri. Kekayaan yang di dapat Romeo sekarang tidak lain dari hasil perampokan yang dilakukan terhadap seorang cukong pedagang mobil di Batam. Dia tahu bahwa Romeo masih dalam pelacakan pihak yang berwajib. Maka lekaki itu jarang sekali tinggal di rumah, untuk menghindarkan diri dari ancaman hukum yang akan mengurungnya di dalam sel. Tapi kenapa Cindy takut untuk membuka kedok lelaki itu? Dia hanya memikirkan tentang keselamatan orang tuanya. Maka biarlah dirinya menjadi sandera kenyataan yang tak dikehendaki. Tapi untuk di jamah tubuhnya oleh lelaki itu, dia lebih baik mati.

Karena itulah Romeo seringkah menamparnya. Seringkah menyiksanya, seperti waktu Rangga melihatnya di kamar tempo hari. Cindy berkeras menolak untuk melayani Romeo di atas ranjang. Dan setiap hal itu akan dilakukan Romeo, Cindy menolak sehingga terjadilah pertengkaran seru.

Sampai-sampai mbok Minah merasa kasihan melihat nasib Cindy.

Tanpa terasa air mata Cindy menetes membasahi pipinya. Betapa pahit dan menderitanya kenyataan itu. Haruskah masa remajanya yang indah itu diliputi siksaan hati dan perasaan seperti ini terus menerus?. Keluh Cindy dalam hati.

"Kau selalu menggunakan senjata air matamu untuk meluluhkan hati dan semangatku Cindy. Katakanlah jika aku lelaki yang tak mampu membahagiakan hidupmu. Aku akan segera berlalu. Biarlah semua kenangan yang kau berikan ke dalam hati ku abadi selamanya.

Biarlah aku berlalu dengan membawa duka hati karena cinta yang tak kesampaian. Tapi aku telah manunjukkan. bahwa cintaku semurni air sorgawi. Bahwa cintaku ingin membahagiakan dirimu." Tandas Rangga emosi.

"Kalau kau hanya menganggap semua yang terjadi sekedar iseng, baiklah akan kuterima dengan hati gembira. Dan aku akan mundur dengan baik-baik" Lanjut Rangga kesal.

"Aku tidak pernah bilang begitu. Aku tidak aku berkata begitu. Kuharap kau mau bersabar merunggu saat yang baik Ngga. Aku percaya kita bakal menang, kita bakal bisa mewujudkan mahligai cinta." Suara Cindy di selasela isak tangisnya yang pilu.

"Lalu sampai kapan aku harus bersabar Cindy? Sampai tanggal hari perkawinanmu dengan

Romeo? begitu?. Alangkah kejamnya kau!" Desah Rangga berat.

Kesedihan yang bercampur kemurungan dengan himpitan perasaan bingung itulah Cindy. Yang dulu di jumpai Rangga ketika pertamakah amat mempesona dan anggun. Sederhana dan bersahaja, ternyata mempunyai keterikatan yang membelenggu dirinya. Rangga seperti sadar, bahwa dia tidak seharusnya lebih menyiksa perasaan gadis itu.

Maka dia lantas memeluk gadis itu penuh kasih sayang. Meneliti wajah Cindy yang cantik dalam kesedihan. Tangan Rangga membelai rambut Cindy yang mulai kusut.

"Biarlah aku tetap Rangga, seorang pengarang yang tak kesampaian cintanya. Seorang pengarang yang tak berdaya untuk mendapatkan seorang gadis cantik yang gampang sekali menangis. Yang pernah hadir di alam sorga dunia untuk menikmati manisnya madu seorang perawan. Sungguh mati aku tak dapat melupakan semua kenangan yang pemah kau berikan." Tutur Rangga.

"Rangga, bagiku kau adalah segala-galanya. Jangan kau tinggalkan aku Ngga, aku sangat membutuhkan dirimu. Bersabarlah untuk mencari kemenangan percayalah Ngga, kita pasti berhasil mendobrak kemelut ini." Jelas Cindy.

"Apa yang bisa kau harapkan atas diriku yang tak mampu berbuat sesuatu untukmu Cindy?" Tanya Rangga lunak.

"Kau mencintai aku bukan Ngga?" Balas Cindy.

"Kau masih ragu padaku Cindy?" Gadis itu menatap dalam-dalam mata Rangga. Kemudian wajahnya semakin mendekat ke wajah Rangga. Bibir Cindy yang mengulum lembut sekali.

Mereka tidak lagi saling berbincang, melainkan terbenam dalan hangatnya cinta dan nafsu.

Episodes
1 BAB 1 : GADIS CANTIK JELITA
2 BAB 2 : TERLALU MAHAL
3 BAB 3 : NAMAKU CINDY
4 BAB 4 : SEBUAH KENYATAAN
5 BAB 5 : CETUSAN NALURI
6 BAB 6 : KETIDAKPASTIAN
7 BAB 7 : SANDIWARA TANPA CINTA
8 BAB 8 : MERASA PESIMIS
9 BAB 9 : PISTOL DI SAKU KIMONO
10 BAB 10 : CINTA DAN NAFSU
11 BAB 11 : PELURU NYASAR
12 BAB 12 : GELORA CINTA
13 BAB 13 : SIKSAAN BATIN
14 BAB 14 : PULANG KAMPUNG
15 BAB 15 : INGATAN HENDRY
16 BAB 16 : AYAH KUMAT LAGI
17 BAB 17 : PENGAKUAN RANGGA
18 BAB 18 : SEBUAH PENGORBANAN
19 BAB 19 : RASA TANGGUNGJAWAB
20 BAB 20 : RANGGA BEBAS
21 BAB 21 : NIAT HATI
22 BAB 22 : TANAH PEMAKAMAN
23 BAB 23 : PERJODOHAN ZAHRA
24 BAB 24 : JALAN PINTAS
25 BAB 25 : JALINAN MANIS
26 BAB 26 : KOMPROMI DULU
27 BAB 27 : SEBUAH PERKENALAN
28 BAB 28 : TIDAK SECEPAT ITU
29 BAB 29 : KEJUJURAN HATI
30 BAB 30 : BERTEMU FADLY
31 BAB 31 : SEMUANYA SUDAH BERLALU
32 BAB 32 : RASA SYUKUR
33 BAB 33 : MERANTAU
34 BAB 34 : SAYA TIDAK TAHU
35 BAB 35 : KESETIAAN CINTA
36 BAB 36 : ANTARA MISKIN DAN KAYA
37 BAB 37 : SAYA AKAN MENUNGGU
38 BAB 38 : KEBAHAGIAAN HIDUP
39 BAB 39 : TERLALU PAGI CINTAMU TUMBUH
40 BAB 40 : GADIS PERAWAN
41 BAB 41 : SEKUNTUM BUNGA
42 BAB 42 : VILLA DI PUNCAK
43 BAB 43 : PEMUDA IDAMAN AMANDA
44 BAB 44 : PEMUDA MISKIN
45 BAB 45 : BERPIKIRAN LUAS
46 BAB 46 : TERUSIR DARI RUMAH
47 BAB 47 : RUMAH KONTRAKAN
48 BAB 48 : MENDAPAT PEKERJAAN
49 BAB 49 : GAJIAN PERTAMA
50 BAB 50 : RATAPAN MEMILUKAN
51 BAB 51: ANAK YANG HILANG
52 BAB 52 : TANPA SYARAT
53 BAB 53 : SATU JAM LAGI
54 BAB 54 : PUTIH ABU-ABU
55 BAB 55 : OVERDOSIS
56 BAB 56 : GARA-GARA LONTONG
57 BAB 57 : TUKANG LONTONG
58 BAB 58 : TERNYATA ITU MASALAHNYA?
59 BAB 59 : AKHIR PENANTIAN
60 BAB 60 : MENGANGKAT BAHU
61 BAB 61 : PERSIAPAN YANG PANJANG
62 BAB 62 : SESUATU
63 BAB 63 : SATU TANYA TANPA JAWABAN
64 BAB 64 : PERTANYAAN YANG ANEH
65 BAB 65 : JADI RUWET
66 BAB 66 : PERTENGKARAN TERBUKA
67 BAB 67 : PERTENGKARAN MEMANAS
68 BAB 68 : POIN YANG LAIN
69 BAB 69 : PERASAAN ASING
70 BAB 70 : TITIK TERENDAH
71 BAB 71 : AMPUN DEH!
72 BAB 72 : KEISENGAN BALQIS
73 BAB 73 : SAAT PEMBALASAN
74 BAB 74 : LHO? KOK JADI BEGINI?
75 BAB 75 : TITIK!
76 BAB 76 : PASANG BADAN
77 BAB 77 : KENANGAN LAGI
78 BAB 78 : KETIADAAN ENDING
79 BAB 79 : HAI, DARLING HONEY
80 BAB 80 : JIWA ADALAH KEKAL
81 BAB 81 : ORANG GILA
82 BAB 82 : KUNCUP MAWAR ITU!
83 BAB 83 : PUTUS ASA
84 BAB 84 : PERISTIWA ULANG
85 BAB 85 : CEWEK GEBETAN GUE!
86 BAB 86 : SAYA HAMIL, DOKTER?
87 BAB 87 : MENUNGGU KEPASTIAN
88 BAB 88 : MEMINTA KEPASTIAN
89 BAB 89 : SEBUAH RENCANA
90 BAB 90 : STATUS HUBUNGAN
91 BAB 91 : TIDAK ADA KESEMPATAN
92 BAB 92 : AKU JIWA YANG LARA
93 BAB 93 : BERTEMU NABILA
94 BAB 94 : BERITA TAK TERDUGA
95 BAB 95 : PERTANGGUNGJAWABAN
96 BAB 96 : BIARLAH! BIARLAH!
97 BAB 97 : BERTEMU NABILA
98 BAB 98 : PERNIKAHAN SEMU
99 BAB 99 : MENCARI PEKERJAAN
100 BAB 100 : BANTUAN RANTI
101 Bab 101: KERAS HATI
102 BAB 102 : BERHENTI BEKERJA
103 BAB 103 : LELAKI PENGECUT
104 BAB 104 : TAMBAH BURUK
105 BAB 105 : JUJUR DAN TULUS
106 BAB 106 : SEBILAH SEMBILU
107 BAB 107 : APA LAGI?
108 BAB 108 : SEBUAH KESEPAKATAN
109 BAB 109 : TEROMBANG AMBING
110 BAB 110 : KUTUKAN TUHAN
111 BAB 111 : MIMPI YANG INDAH SEKALI
112 BAB 112 : BERTINDAK BIJAKSANA
113 BAB 113 : PERTEMUAN TERAKHIR
114 BAB 114 : KAMAR PERSALINAN
115 BAB 115 : KEPUTUSAN AKHIR
Episodes

Updated 115 Episodes

1
BAB 1 : GADIS CANTIK JELITA
2
BAB 2 : TERLALU MAHAL
3
BAB 3 : NAMAKU CINDY
4
BAB 4 : SEBUAH KENYATAAN
5
BAB 5 : CETUSAN NALURI
6
BAB 6 : KETIDAKPASTIAN
7
BAB 7 : SANDIWARA TANPA CINTA
8
BAB 8 : MERASA PESIMIS
9
BAB 9 : PISTOL DI SAKU KIMONO
10
BAB 10 : CINTA DAN NAFSU
11
BAB 11 : PELURU NYASAR
12
BAB 12 : GELORA CINTA
13
BAB 13 : SIKSAAN BATIN
14
BAB 14 : PULANG KAMPUNG
15
BAB 15 : INGATAN HENDRY
16
BAB 16 : AYAH KUMAT LAGI
17
BAB 17 : PENGAKUAN RANGGA
18
BAB 18 : SEBUAH PENGORBANAN
19
BAB 19 : RASA TANGGUNGJAWAB
20
BAB 20 : RANGGA BEBAS
21
BAB 21 : NIAT HATI
22
BAB 22 : TANAH PEMAKAMAN
23
BAB 23 : PERJODOHAN ZAHRA
24
BAB 24 : JALAN PINTAS
25
BAB 25 : JALINAN MANIS
26
BAB 26 : KOMPROMI DULU
27
BAB 27 : SEBUAH PERKENALAN
28
BAB 28 : TIDAK SECEPAT ITU
29
BAB 29 : KEJUJURAN HATI
30
BAB 30 : BERTEMU FADLY
31
BAB 31 : SEMUANYA SUDAH BERLALU
32
BAB 32 : RASA SYUKUR
33
BAB 33 : MERANTAU
34
BAB 34 : SAYA TIDAK TAHU
35
BAB 35 : KESETIAAN CINTA
36
BAB 36 : ANTARA MISKIN DAN KAYA
37
BAB 37 : SAYA AKAN MENUNGGU
38
BAB 38 : KEBAHAGIAAN HIDUP
39
BAB 39 : TERLALU PAGI CINTAMU TUMBUH
40
BAB 40 : GADIS PERAWAN
41
BAB 41 : SEKUNTUM BUNGA
42
BAB 42 : VILLA DI PUNCAK
43
BAB 43 : PEMUDA IDAMAN AMANDA
44
BAB 44 : PEMUDA MISKIN
45
BAB 45 : BERPIKIRAN LUAS
46
BAB 46 : TERUSIR DARI RUMAH
47
BAB 47 : RUMAH KONTRAKAN
48
BAB 48 : MENDAPAT PEKERJAAN
49
BAB 49 : GAJIAN PERTAMA
50
BAB 50 : RATAPAN MEMILUKAN
51
BAB 51: ANAK YANG HILANG
52
BAB 52 : TANPA SYARAT
53
BAB 53 : SATU JAM LAGI
54
BAB 54 : PUTIH ABU-ABU
55
BAB 55 : OVERDOSIS
56
BAB 56 : GARA-GARA LONTONG
57
BAB 57 : TUKANG LONTONG
58
BAB 58 : TERNYATA ITU MASALAHNYA?
59
BAB 59 : AKHIR PENANTIAN
60
BAB 60 : MENGANGKAT BAHU
61
BAB 61 : PERSIAPAN YANG PANJANG
62
BAB 62 : SESUATU
63
BAB 63 : SATU TANYA TANPA JAWABAN
64
BAB 64 : PERTANYAAN YANG ANEH
65
BAB 65 : JADI RUWET
66
BAB 66 : PERTENGKARAN TERBUKA
67
BAB 67 : PERTENGKARAN MEMANAS
68
BAB 68 : POIN YANG LAIN
69
BAB 69 : PERASAAN ASING
70
BAB 70 : TITIK TERENDAH
71
BAB 71 : AMPUN DEH!
72
BAB 72 : KEISENGAN BALQIS
73
BAB 73 : SAAT PEMBALASAN
74
BAB 74 : LHO? KOK JADI BEGINI?
75
BAB 75 : TITIK!
76
BAB 76 : PASANG BADAN
77
BAB 77 : KENANGAN LAGI
78
BAB 78 : KETIADAAN ENDING
79
BAB 79 : HAI, DARLING HONEY
80
BAB 80 : JIWA ADALAH KEKAL
81
BAB 81 : ORANG GILA
82
BAB 82 : KUNCUP MAWAR ITU!
83
BAB 83 : PUTUS ASA
84
BAB 84 : PERISTIWA ULANG
85
BAB 85 : CEWEK GEBETAN GUE!
86
BAB 86 : SAYA HAMIL, DOKTER?
87
BAB 87 : MENUNGGU KEPASTIAN
88
BAB 88 : MEMINTA KEPASTIAN
89
BAB 89 : SEBUAH RENCANA
90
BAB 90 : STATUS HUBUNGAN
91
BAB 91 : TIDAK ADA KESEMPATAN
92
BAB 92 : AKU JIWA YANG LARA
93
BAB 93 : BERTEMU NABILA
94
BAB 94 : BERITA TAK TERDUGA
95
BAB 95 : PERTANGGUNGJAWABAN
96
BAB 96 : BIARLAH! BIARLAH!
97
BAB 97 : BERTEMU NABILA
98
BAB 98 : PERNIKAHAN SEMU
99
BAB 99 : MENCARI PEKERJAAN
100
BAB 100 : BANTUAN RANTI
101
Bab 101: KERAS HATI
102
BAB 102 : BERHENTI BEKERJA
103
BAB 103 : LELAKI PENGECUT
104
BAB 104 : TAMBAH BURUK
105
BAB 105 : JUJUR DAN TULUS
106
BAB 106 : SEBILAH SEMBILU
107
BAB 107 : APA LAGI?
108
BAB 108 : SEBUAH KESEPAKATAN
109
BAB 109 : TEROMBANG AMBING
110
BAB 110 : KUTUKAN TUHAN
111
BAB 111 : MIMPI YANG INDAH SEKALI
112
BAB 112 : BERTINDAK BIJAKSANA
113
BAB 113 : PERTEMUAN TERAKHIR
114
BAB 114 : KAMAR PERSALINAN
115
BAB 115 : KEPUTUSAN AKHIR

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!