BAB 17 : PENGAKUAN RANGGA

Cindy kembali ke Jakarta dengan di temani oleh Zahra. Kedua remaja itu seperti telah kehilangan harapan buat menempuh hari-hari mendatang. Setibanya di Jakarta Nelly menyambut kedatangan kedua anaknya ini dengan perasaan bahagia. Lebih-lebih karena rasa rindunya kepada Zahra, perempuan setengah tua itu memeluknya dengan erat sekali. Hampir kurang lebih enam tahun ibu dan anak ini tidak berjumpa. Maka sekali berjumpa perasaan mereka benar-benar bahagia. Di kelopak mata mereka masing-masing bercucuran air bening yang berkilau-kilauan.

"Zahra anakku." Gumam lirih Nelly dengan sendu.

"Ibu... Zahra rindu sekali kepadamu." Sahut Zahra terasa sesak.

"Ibu pun demikian nak. Betapa bahagi hati ibu bila kalian bisa berkumpul lagi." Ucap Nelly lalu Nelly membimbing masuk kedua anak gadisnya ke dalam rumah. Koper pakaian Zahra dibawa masuk Kedalam kamar oleh ibunya.

"Rumahmu bagus sekali kak Cindy." Kata Zahra polos.

"Kemungkinan kita tak akan lama tinggal di sini Zahra Sebab rumah ini adalah peninggalan Romeo. Semoga saja dalam sidang nanti rumah ini tidak disita oleh yang berwajib. Romeo membangun rumah ini dengan uang tak halal Zahra." Jelas Cindy pada Zahra.

"Aduh amat disayangkan bila rumah ini di sita kak." Jawab Zahra.

"Yah apa boleh buat kalau musti demikian. Kalau sampai rumah ini tidak disita akan ku jual dan kita pindah dari sini. Perasaanku tak tenang tinggal di rumah ini Zahra." Lanjut penjelasan Cindy.

"Itu memang rencana yang baik kak. Zahra akan turut berdoa semoga rumah ini tidak akan di sita." Balas Zahra.

"Seandainya hal itu musti terjadi, hidup kita akan menderita Zahra, dimana kita akan tinggal?" Ucap Cindy.

Zahra tertunduk sedih. Demikian juga Cindy. Tak lama kemudian Nelly keluar dari kamar dan menghampiri kedua anaknya yang sedang duduk termenung.

"Apa yang sedang kau pikirkan anakku?" Tanya perempuan setengah tua itu.

"Kak Cindy sedang bingung memikirkan bila saja rumah ini akan di sita. Lalu kita akan tinggal di mana ibu?." Terang Zahra.

"Tuhan maha pengasih dan pemurah anakku. Bagi hambanya yang berniat tulus dan suci selalu akan mendapat karunianya. Percayalah. Yang penting bagi kita sekarang bisa terhindar dari perkara yang menyangkut semua perbuatan Romeo. Soal tempat tinggal bisa di manapun kita inginkan." Nelly menjelaskan pada kedua anaknya itu.

"Itulah harapanku itu. Dalam hal ini Rangga pasti akan turut membantu Cindy." Cindy menimpali kata-kata ibunya.

"Nah sekarang kita pasrah saja Kepada Tuhan. Dia Lebih Kuasa menentukan segalanya. Ayo sebaiknya kalian bertirahat di kamar. Kalian tentu sangat lelah menempuh perjalanan tadi." Balas ibu mereka kembali.

Cindy bangkit dari tempat duduk yang disusul oleh Zahra. Kedua kakak beradik itu berjalan bersisian menuju ke kamar. Lalu di pembaringan mereka berdua merebahkan diri. Perjalanan yang baru saja mereka tempuh cukup melelahkan.

Padahal mereka berangkat dari kampung pagi hari dan sampai di rumah menjelang tengah malam. Tanpa pergi mandi mereka langsung beranjak tidur. Agaknya kelelahan yang mereka rasakan menyebabkan mudah sekali tertidur dengan pulas.

***

Angin senja membelai rambut Cindy. Sementara matahari yang bersembunyi separuh di balik cakrawala Onarnya merah keamanan. Rambut Cindy menjadi merah tembaga dijilati sinar matahari senja. Gadis itu melirik pemuda yang duduk di sebelahnya. Dan pemuda bernama Rangga, hanya membalas, dengan senyuman mesra.

"Kau kelihatan murung sekali Cindy?" Cindy tertunduk seraya mempermainkan kancing-kancing kemejanya. Rangga memandang Cindy dengan penuh perhatian. Perasaan iba terselip di rongga dadanya.

"Apakah usahamu berhasil Cindy ?" Lanjut Rangga. Cindy menggelengkan kepala berat.

"Ayahmu tidak bersedia memberikan keterangan?" Ucap Rangga.

"Yah." Jawab Cindy sembari menghela nafas panjang.

"Lantas apa yang akan kau lakukan?" Tanya Rangga.

"Terpaksa semua perkara kutanggung sendiri." Jawab Cindy.

Rangga menatap wajah Cindy yang sedih. Sepasang mata yang dimiliki Cindy berkaca-kaca. Rangga tahu benar jika Cindy menanggung beban perasaan yang demikian berat. Bagi Rangga apa yang harus dilakukan? Dirinya tak bisa berbuat apa-apa. "Aku kasihan melihatmu Cindy." Cindy menatap Rangga dengan linangan air mata. Lantas merebahkan kepalanya di dada bidang Rangga. Telapak tangan Rangga membelai rambut Cindy penuh kasih sayang.

"Kenyataan pahit ini harus ku teguk dengan hati tabah. Demikian juga sebagai anak harus rela berkorban demi orang tua, apa lagi ayahku tidak normal lagi." Cindy berkata dengan nada suara tercekam.

"Sebaiknya biarlah aku turut menanggung perkara ini. Bukankah aku terlibat pula? Kuharap kau mau mengerti. Demi cintaku yang suci kepadamu, akan kupertahankan jiwa dan raga untuk membelamu." Ucap Rangga lirih.

"Jangan, sebaiknya jangan Rangga. Biarkan saja semua persoalan kuseiesaikan seorang diri." Sergah Cindy.

"Itu tak mungkin Cindy. Kau akan celaka." Balas Rangga.

"Apa boleh buat Rangga. Aku tak ingin kau turut menderita." Jawab Cindy kembali.

"Tapi aku telah mengecap kebahagiaan di sela-sela yang bakal tumbuh penderitaan dan persoalan ini. Sudah selayaknya bila aku turut menanggung beban." Lanjut Rangga.

Cindy menatap dalam-dalam wajah Rangga yang pasrah. "Alangkah mulianya hatimu Rangga." Bisik dalam hati Cindy Maka sepasang mata Cindy sinar-sinar. Telapak tangannya yang halus belai rambut Rangga.

"Rangga. aku mengerti perabaanmu. Tapi saat ini jangan libatkan dirimu. Aku takut kau turut masuk penjara." Ucap Cindy.

"Itu resiko kita Cindy." Sergah Rangga mantap.

"Sudahlah Rangga." Balas Cindy.

"Aku cinta padamu Cindy " ucap Rangga tulus.

"Aku tahu." Kata Cindy sambil menghusup pipi Rangga lembut.

Wajah mereka saling mendekat dan akhirnya bibir mereka saling mengulum mesra. Kedua mata Cindy terpejam meresapi kenikmatan dicumbu sang kekasih. Sementara matahari yang semakin

tenggelam diufuk barat sinarnya tinggal meremang. Pohon kelapa yang tumbuh di pesisir pantai sedikit bergoyang ditiup angin kelam. Sepasang remaja itu bangkit dari tempat duduk dan berjalan meninggalkan pantai di kala senja terbenam meremang. Dibelahan perasaan masing-masing terlilit beban berat.

***

Proses perbal mengenai perkara Romeo telah menghadap meja sidang. Seluruh keluarga Cindy hadir dibelai sidang. Ibu Cindy selalu menangis di

sebelah Zahra. Sedangkan Rangga duduk di samping perempuan itu. Suasana di dalam ruang sidang cukup ramai. Banyak yang simpatisan dari kasus Romeo ini.

Hakim memukulkan palu di meja sidang. Berarti secara resmi sidang dibuka. Hakim membacakan tuduhan kepada almarhum Romeo yang disampaikan di depan Cindy. Di dalam tuduhan itu menyangkut ayah Cindy dan diri Cindy sendiri. Herannya Cindy tidak menyangkal semua tuduhan yang dibaca Hakim pada dirinya. Membuat Rangga jadi tersentak dan bangkit dari tempat duduk.

"Tuduhan itu tidak benar!" Teriak Rangga.

Hakim dan semua hadirin di dalam ruang sidang mengalihkan perhatiannya kepada Rangga. Suasana hening namun tegang.

"Siapa kau? dan apa hubungannya dengan kasus ini." Tanya hakim sambil melototkan mata.

Rangga berjalan mendekati hakim. Jarak antara hakim dan Rangga hanya tiga meter. Pemuda itu berdiri dengan gagah dan penuh wibawa. Cindy yang duduk di bangku seorang diri, mendadak kedua kakinya gemetaran. Jantungnya berdetak keras, tatkala melihat Rangga berdiri di depan hakim.

"Namaku Rangga. Perlu hakim ketahui jika semua kasus ini bukanlah Cindy yang bersalah. Melainkan aku." kata Rangga mantap.

Hakim tersentak. Matanya yang terlindung oleh kaca mata putih memperhatikan dalam-dalam wajah Rangga.

"Kau termasuk kaki tangan Romeo ?" Tanya hakim menghardik.

"Ya, Bahkan aku otak dari semua kejahatan yang dilakukan Romeo !" jawab Rangga tegas.

"Tidak!... itu tidak benar !" Teriak Cindy.

"Diam!." Bentak yang mulai menangis. Sekalipun dia hangat menguatkan hati dan perasaannya. Rangga bagaikan batu cadas yang kukuh menghadapi kemelut ini karena telah pasrah dengan apapun yang bakal terjadi, asalkan Cindy

terlepas d ari hukuman.

"Saya harap tuduhan yahg dilimpahkan kepada Cindy dihapus. Sebenarnya dia tidak bersalah di dalam kasus ini." Kata Rangga memecah keheningan beberapa saat.

"Kau harus bisa membuktikan bahwa dia tidak bersalah. Demikian juga ayahnya." Sahut hakim tegas.

"Baik pak hakim, akan saya jelaskan duduk persoalan yang sebenarnya. Tujuan pokok perdagangan harus bisa melemahkan musuh

persaingan dagang, sengaja aku berniat menghancurkan usaha Ayah Cindy dengan jalan mengajak bermain judi. Bila dia menolak ajakan kami, ancaman selalu terlontar dari mulut kami.

Dan segera secara perlahan-lahan telah ku sabot

relasinya. Praktis usaha ayah Cindy semakin

bangkrut hingga akhirnya menanggung hutang

Romeo telah kutekankan supaya menggaet Cindy

sebagai isterinya, supaya kasus kami tidak

terbongkar. Namun kumohon kepada pak hakim

agar membebaskan perkara ini terhadap Cindy."

Hakim hanya tersenyum mendengar penjelasan Rangga.

"Tidak semudah itu membebaskan seseorang tanpa bukti." Sahut hakim.

"Masih belum cukupkah keteranganku pak hakim?" Ucap Rangga tegas.

"Kenapa di dalam kasus ini namamu tidak

tercantum?" Tanya Hakim.

"Karena aku berada di balik layar. Tetapi mengingat Cindy tidak bersalah, barulah aku membuka kedokku sendiri. Aku kasihan kepadanya." Jawab Rangga.

"Tetapi bukankah Cindy sudah mengakui semua perbuatannya?" tanya hakim itu mendesak Rangga.

"Karena dia hanya ingin menolong ayahnya. Disinilah aku terharu menyaksikannya. Bebankanlah semua perkara itu kepadaku dan jangan bawa-bawa Cindy." Jelas Rangga.

"Ternyata kau seorang bajingan yang berhati budiman." Ucap sang Hakim. Hakim memandang Cindy yang terisak-isak sambil menutup mukanya dengan telapak tangan.

Dia sangat terharu melihat pengakuan Rangga. Meskipun sebenarnya hal itu tidak dilakukan olehnya. Dia rela berkorban demi cinta. Alangkah mulianya hatimu Rangga, kata hati Cindy pilu.

"Bagaimana dengan keterangan saudara Rangga, Cindy?" Tanya hakim.

Cindy mengangkat kepalanya dan memandang Rangga dengan linangan air mata. Bibirnya bergetar ingin mengucapkan sesuatu namun tak terucapkan.

"Jawab dengan jujur!." Desak hakim itu.

Cindy menggelengkan kepala berat. Wajahnya sedih dan tercekam.

"Aku tidak akan membalas dendam." Kata Rangga menghardik Cindy. Walau sebetulnya perlakuannya bersandiwara cukup meyakinkan. Sehingga membuat hakim ketua menilai semua

ucapan Rangga bisa dipercaya.

"Kalau begitu saudara harus kami tahan." Kata hakim tegas.

"Itu baru adil." Sahut Rangga.

Sementara Cindy hanya dapat memekik sambil termangu di tempat duduknya.

"Ranggaaaaa!."

Pemuda yang dipanggil oleh Rangga tak menoleh sedikitpun. Semakin dililit kepiluan hati Cindy melihat keteguhan hati Rangga menghadapi semua perkara ini. Walau sebetulnya Rangga tidak melakukan apa yang diucapkan didepan hakim ketua.

"Baik, sidang kami tunda sampai besok. Saudara Rangga sejak detik ini menjadi tahanan pihak kepolisian guna diusut perkara yang sebenarnya.

Tangkap Rangga!." Kata hakim sambil memukulkan palunya di atas meja.

Dua orang polisi menghampiri Rangga dan memborgol kedua tangannya. Cindy yang menyaksikan kejadian itu tak kuasa menahan tangisnya. Begitupun ibu Cindy, perempuan itu

demikian terharu melihat pengorbanan Rangga demi kebebasan Cindy.

Rangga segera dibawa ke kantor polisi. Wajah pemuda itu tetap cerah dan tegar, seolah-olah menerima kenyataan itu dengan pasrah. Langkah kakinya yang mantap menuju ke mobil polisi.

Sementara itu Cindy memeluk ibunya sambil menangis pilu. Dia menangisi pengorbanan Rangga.

"Ibuuuuuu... tak kusangka bila Rangga mengorbankan dirinya demi kebebasanku. Aku tak sampai hati menyaksikannya." Ucap Cindy dengan air mata yang berlinang membasahi pipinya.

"Dia seorang pemuda yang berhati mulia anakku. Ibu percaya jika cintanya kepadamu tulus dan suci." Sahut ibu Cindy dengan nada suara sedih.

Zahra yang turut menyaksikan kejadian itu hanya dengan nada suara sedih. Zahra yang turut menyaksikan kejadian itu hanya bisa menangis. Cindy dibimbing oleh ibunya keluar dari ruang

sidang. Langkah kakinya demikian lesu dan lemas ketika meninggalkan tempat itu.

Episodes
1 BAB 1 : GADIS CANTIK JELITA
2 BAB 2 : TERLALU MAHAL
3 BAB 3 : NAMAKU CINDY
4 BAB 4 : SEBUAH KENYATAAN
5 BAB 5 : CETUSAN NALURI
6 BAB 6 : KETIDAKPASTIAN
7 BAB 7 : SANDIWARA TANPA CINTA
8 BAB 8 : MERASA PESIMIS
9 BAB 9 : PISTOL DI SAKU KIMONO
10 BAB 10 : CINTA DAN NAFSU
11 BAB 11 : PELURU NYASAR
12 BAB 12 : GELORA CINTA
13 BAB 13 : SIKSAAN BATIN
14 BAB 14 : PULANG KAMPUNG
15 BAB 15 : INGATAN HENDRY
16 BAB 16 : AYAH KUMAT LAGI
17 BAB 17 : PENGAKUAN RANGGA
18 BAB 18 : SEBUAH PENGORBANAN
19 BAB 19 : RASA TANGGUNGJAWAB
20 BAB 20 : RANGGA BEBAS
21 BAB 21 : NIAT HATI
22 BAB 22 : TANAH PEMAKAMAN
23 BAB 23 : PERJODOHAN ZAHRA
24 BAB 24 : JALAN PINTAS
25 BAB 25 : JALINAN MANIS
26 BAB 26 : KOMPROMI DULU
27 BAB 27 : SEBUAH PERKENALAN
28 BAB 28 : TIDAK SECEPAT ITU
29 BAB 29 : KEJUJURAN HATI
30 BAB 30 : BERTEMU FADLY
31 BAB 31 : SEMUANYA SUDAH BERLALU
32 BAB 32 : RASA SYUKUR
33 BAB 33 : MERANTAU
34 BAB 34 : SAYA TIDAK TAHU
35 BAB 35 : KESETIAAN CINTA
36 BAB 36 : ANTARA MISKIN DAN KAYA
37 BAB 37 : SAYA AKAN MENUNGGU
38 BAB 38 : KEBAHAGIAAN HIDUP
39 BAB 39 : TERLALU PAGI CINTAMU TUMBUH
40 BAB 40 : GADIS PERAWAN
41 BAB 41 : SEKUNTUM BUNGA
42 BAB 42 : VILLA DI PUNCAK
43 BAB 43 : PEMUDA IDAMAN AMANDA
44 BAB 44 : PEMUDA MISKIN
45 BAB 45 : BERPIKIRAN LUAS
46 BAB 46 : TERUSIR DARI RUMAH
47 BAB 47 : RUMAH KONTRAKAN
48 BAB 48 : MENDAPAT PEKERJAAN
49 BAB 49 : GAJIAN PERTAMA
50 BAB 50 : RATAPAN MEMILUKAN
51 BAB 51: ANAK YANG HILANG
52 BAB 52 : TANPA SYARAT
53 BAB 53 : SATU JAM LAGI
54 BAB 54 : PUTIH ABU-ABU
55 BAB 55 : OVERDOSIS
56 BAB 56 : GARA-GARA LONTONG
57 BAB 57 : TUKANG LONTONG
58 BAB 58 : TERNYATA ITU MASALAHNYA?
59 BAB 59 : AKHIR PENANTIAN
60 BAB 60 : MENGANGKAT BAHU
61 BAB 61 : PERSIAPAN YANG PANJANG
62 BAB 62 : SESUATU
63 BAB 63 : SATU TANYA TANPA JAWABAN
64 BAB 64 : PERTANYAAN YANG ANEH
65 BAB 65 : JADI RUWET
66 BAB 66 : PERTENGKARAN TERBUKA
67 BAB 67 : PERTENGKARAN MEMANAS
68 BAB 68 : POIN YANG LAIN
69 BAB 69 : PERASAAN ASING
70 BAB 70 : TITIK TERENDAH
71 BAB 71 : AMPUN DEH!
72 BAB 72 : KEISENGAN BALQIS
73 BAB 73 : SAAT PEMBALASAN
74 BAB 74 : LHO? KOK JADI BEGINI?
75 BAB 75 : TITIK!
76 BAB 76 : PASANG BADAN
77 BAB 77 : KENANGAN LAGI
78 BAB 78 : KETIADAAN ENDING
79 BAB 79 : HAI, DARLING HONEY
80 BAB 80 : JIWA ADALAH KEKAL
81 BAB 81 : ORANG GILA
82 BAB 82 : KUNCUP MAWAR ITU!
83 BAB 83 : PUTUS ASA
84 BAB 84 : PERISTIWA ULANG
85 BAB 85 : CEWEK GEBETAN GUE!
86 BAB 86 : SAYA HAMIL, DOKTER?
87 BAB 87 : MENUNGGU KEPASTIAN
88 BAB 88 : MEMINTA KEPASTIAN
89 BAB 89 : SEBUAH RENCANA
90 BAB 90 : STATUS HUBUNGAN
91 BAB 91 : TIDAK ADA KESEMPATAN
92 BAB 92 : AKU JIWA YANG LARA
93 BAB 93 : BERTEMU NABILA
94 BAB 94 : BERITA TAK TERDUGA
95 BAB 95 : PERTANGGUNGJAWABAN
96 BAB 96 : BIARLAH! BIARLAH!
97 BAB 97 : BERTEMU NABILA
98 BAB 98 : PERNIKAHAN SEMU
99 BAB 99 : MENCARI PEKERJAAN
100 BAB 100 : BANTUAN RANTI
101 Bab 101: KERAS HATI
102 BAB 102 : BERHENTI BEKERJA
103 BAB 103 : LELAKI PENGECUT
104 BAB 104 : TAMBAH BURUK
105 BAB 105 : JUJUR DAN TULUS
106 BAB 106 : SEBILAH SEMBILU
107 BAB 107 : APA LAGI?
108 BAB 108 : SEBUAH KESEPAKATAN
109 BAB 109 : TEROMBANG AMBING
110 BAB 110 : KUTUKAN TUHAN
111 BAB 111 : MIMPI YANG INDAH SEKALI
112 BAB 112 : BERTINDAK BIJAKSANA
113 BAB 113 : PERTEMUAN TERAKHIR
114 BAB 114 : KAMAR PERSALINAN
115 BAB 115 : KEPUTUSAN AKHIR
Episodes

Updated 115 Episodes

1
BAB 1 : GADIS CANTIK JELITA
2
BAB 2 : TERLALU MAHAL
3
BAB 3 : NAMAKU CINDY
4
BAB 4 : SEBUAH KENYATAAN
5
BAB 5 : CETUSAN NALURI
6
BAB 6 : KETIDAKPASTIAN
7
BAB 7 : SANDIWARA TANPA CINTA
8
BAB 8 : MERASA PESIMIS
9
BAB 9 : PISTOL DI SAKU KIMONO
10
BAB 10 : CINTA DAN NAFSU
11
BAB 11 : PELURU NYASAR
12
BAB 12 : GELORA CINTA
13
BAB 13 : SIKSAAN BATIN
14
BAB 14 : PULANG KAMPUNG
15
BAB 15 : INGATAN HENDRY
16
BAB 16 : AYAH KUMAT LAGI
17
BAB 17 : PENGAKUAN RANGGA
18
BAB 18 : SEBUAH PENGORBANAN
19
BAB 19 : RASA TANGGUNGJAWAB
20
BAB 20 : RANGGA BEBAS
21
BAB 21 : NIAT HATI
22
BAB 22 : TANAH PEMAKAMAN
23
BAB 23 : PERJODOHAN ZAHRA
24
BAB 24 : JALAN PINTAS
25
BAB 25 : JALINAN MANIS
26
BAB 26 : KOMPROMI DULU
27
BAB 27 : SEBUAH PERKENALAN
28
BAB 28 : TIDAK SECEPAT ITU
29
BAB 29 : KEJUJURAN HATI
30
BAB 30 : BERTEMU FADLY
31
BAB 31 : SEMUANYA SUDAH BERLALU
32
BAB 32 : RASA SYUKUR
33
BAB 33 : MERANTAU
34
BAB 34 : SAYA TIDAK TAHU
35
BAB 35 : KESETIAAN CINTA
36
BAB 36 : ANTARA MISKIN DAN KAYA
37
BAB 37 : SAYA AKAN MENUNGGU
38
BAB 38 : KEBAHAGIAAN HIDUP
39
BAB 39 : TERLALU PAGI CINTAMU TUMBUH
40
BAB 40 : GADIS PERAWAN
41
BAB 41 : SEKUNTUM BUNGA
42
BAB 42 : VILLA DI PUNCAK
43
BAB 43 : PEMUDA IDAMAN AMANDA
44
BAB 44 : PEMUDA MISKIN
45
BAB 45 : BERPIKIRAN LUAS
46
BAB 46 : TERUSIR DARI RUMAH
47
BAB 47 : RUMAH KONTRAKAN
48
BAB 48 : MENDAPAT PEKERJAAN
49
BAB 49 : GAJIAN PERTAMA
50
BAB 50 : RATAPAN MEMILUKAN
51
BAB 51: ANAK YANG HILANG
52
BAB 52 : TANPA SYARAT
53
BAB 53 : SATU JAM LAGI
54
BAB 54 : PUTIH ABU-ABU
55
BAB 55 : OVERDOSIS
56
BAB 56 : GARA-GARA LONTONG
57
BAB 57 : TUKANG LONTONG
58
BAB 58 : TERNYATA ITU MASALAHNYA?
59
BAB 59 : AKHIR PENANTIAN
60
BAB 60 : MENGANGKAT BAHU
61
BAB 61 : PERSIAPAN YANG PANJANG
62
BAB 62 : SESUATU
63
BAB 63 : SATU TANYA TANPA JAWABAN
64
BAB 64 : PERTANYAAN YANG ANEH
65
BAB 65 : JADI RUWET
66
BAB 66 : PERTENGKARAN TERBUKA
67
BAB 67 : PERTENGKARAN MEMANAS
68
BAB 68 : POIN YANG LAIN
69
BAB 69 : PERASAAN ASING
70
BAB 70 : TITIK TERENDAH
71
BAB 71 : AMPUN DEH!
72
BAB 72 : KEISENGAN BALQIS
73
BAB 73 : SAAT PEMBALASAN
74
BAB 74 : LHO? KOK JADI BEGINI?
75
BAB 75 : TITIK!
76
BAB 76 : PASANG BADAN
77
BAB 77 : KENANGAN LAGI
78
BAB 78 : KETIADAAN ENDING
79
BAB 79 : HAI, DARLING HONEY
80
BAB 80 : JIWA ADALAH KEKAL
81
BAB 81 : ORANG GILA
82
BAB 82 : KUNCUP MAWAR ITU!
83
BAB 83 : PUTUS ASA
84
BAB 84 : PERISTIWA ULANG
85
BAB 85 : CEWEK GEBETAN GUE!
86
BAB 86 : SAYA HAMIL, DOKTER?
87
BAB 87 : MENUNGGU KEPASTIAN
88
BAB 88 : MEMINTA KEPASTIAN
89
BAB 89 : SEBUAH RENCANA
90
BAB 90 : STATUS HUBUNGAN
91
BAB 91 : TIDAK ADA KESEMPATAN
92
BAB 92 : AKU JIWA YANG LARA
93
BAB 93 : BERTEMU NABILA
94
BAB 94 : BERITA TAK TERDUGA
95
BAB 95 : PERTANGGUNGJAWABAN
96
BAB 96 : BIARLAH! BIARLAH!
97
BAB 97 : BERTEMU NABILA
98
BAB 98 : PERNIKAHAN SEMU
99
BAB 99 : MENCARI PEKERJAAN
100
BAB 100 : BANTUAN RANTI
101
Bab 101: KERAS HATI
102
BAB 102 : BERHENTI BEKERJA
103
BAB 103 : LELAKI PENGECUT
104
BAB 104 : TAMBAH BURUK
105
BAB 105 : JUJUR DAN TULUS
106
BAB 106 : SEBILAH SEMBILU
107
BAB 107 : APA LAGI?
108
BAB 108 : SEBUAH KESEPAKATAN
109
BAB 109 : TEROMBANG AMBING
110
BAB 110 : KUTUKAN TUHAN
111
BAB 111 : MIMPI YANG INDAH SEKALI
112
BAB 112 : BERTINDAK BIJAKSANA
113
BAB 113 : PERTEMUAN TERAKHIR
114
BAB 114 : KAMAR PERSALINAN
115
BAB 115 : KEPUTUSAN AKHIR

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!