BAB 12 : GELORA CINTA

Apa yang dirasakan Cindy seperti ingin bangun tapi tak bisa. Ingin bergerak akan tetapi otot pada jaringan tubuhnya tidak lagi memiliki kekuatan. Kelopak matanya terasa begitu berat sekali untuk membuka. Pada hal dia sudah mendengar isak tangis seorang wanita. Telinganya sudah dapat menangkap langkah sepatu suster-suster yang hilir mudik di luar kamar. Cindy mulai menggerakkan sekujur badannya dan rasa linu di bagian lengannya menyentakkan urat nadi di bagian mata, sehingga matanya dapat membuka perlahan-lahan tanpa disadari. Dia mulai melihat remang-remang bayangan orang-orang dan dia mendengar pula namanya dipanggil lirih. Lama kelamaan Cindy dapat melihat dengan jelas orang-orang yang ada di sekitarnya, juga dua orang polisi yang berpakaian dinas. Dia melihat Rangga duduk di kursi yang dekat sekali dengan kepalanya. Lantas ibunya menatap penuh kesedihan, dan menangis tersedu-sedu. Cindy ingin menggerakkan tangannya, tapi rasa linu dan sakit menyerangnya. Dia mencoba melihat letak rasa sakit dan linu di lengan, kenapa sakit sekali?

Cindy mencoba sekali lagi untuk mengingat apa yang telah terjadi. Ooooh, lenganku yang sakit dan di balut perban ini telah tertembak. Bajingan Romeo itu telah menembakkan peluruh pistolnya dan mengenai lengannya. Setelah Cindy mengetahui apa yang telah terjadi, barulah menatap wajah Rangga dalam-dalam, Bibir Rangga bergetar, sedangkan matanya merah.

"Syukur kalau kau telah siuman Cindy." Kata Rangga lirih.

"Rangga... kau tidak apa-apa bukan?" Tanya Cindy.

Rangga menggangguk sambil membelai rambut Cindy dengan penuh kasih sayang. Di kedua mata Rangga mengambang butiran air bening yang berkilau-kilauab. Begitu pun kedua mata Cindy yang mengalir air bening, pelan-pelan jatuh ke hidung. Cindy ingin mengucap sesuatu tapi hanya bibirnya saja yang bergerak namun tidak mengeluarkan sepatali kata pun. Rangga mengangguk-anggukkan kepala, walau pun dia sendiri tak tahu apa yang di maksud Cindy. Dia hanya ingin gadis itu terasa terhibur. Dia hanya mengharapkan gadis itu gembira dan bukan bersedih.

"Ibu..." Ibu panggilnya lirih. Wanita setengah baya itu mendekat dan memegangi tangan Cindy.

"Maafkanlah ibumu nak." Suara perempuan setengah baya itu bergetar. Tekanan nada suaranya demikian menyedihkan.

"Tidak ada yang perlu dimaafkan ibu. Semua sudah berlalu." Kata Cindy dengan nafas sesak.

Ucapannya yang terpotong-potong karena kondisi badannya yang lemah.

"Tapi ibu telah membuatmu menderita nak." Lanjut ibunya, Cindy menatap wajah ibunya yang berlinangan air mata. Wajah tua yang semakin keriput itu nampak demikian sedih dan menyesal.

"Ibu...!" Panggil Cindy kemudian.

Perempuan yang duduk di pinggiran tempat tidur, memeluk Cindy sambil menangis tersedu-sedu.

"Sungguh malang nasib mu nak," rintih perempuan itu.

"Tuhan akan segera mengakhiri siksaan diriku ibu." Sahut Cindy.

Suasana di dalam kamar itu penuh dengan isak tangis. Disamping perasaan bahagia terselip di setiap hati mereka atas terlepasnya belenggu siksaan Cindy, rasa syukur yang terucap sekalipun pelan kepada yang Maha Kuasa.

Setelah keadaan berubah tenang dan di wajah-wajah mereka telah tampak senyum cerah, Rangga mencium kening Cindy lembut sekali.

"Lekaslah sembuh Cindy. Supaya kita dapat saling memadu kasih yang tiada rintangan lagi." Tutur Rangga lunak.

Cindy tersenyum manis sekali. Meskipun wajahnya masih pucat tidak mengurangi kecantikannya. Justru lebih menarik. Rangga memegang tangan Cindy lantas diciumnya penuh kasih sayang.

"Tengoklah keluar melalui jendela Cindy. Di atas pohon flamboyan itu burung-burung bernyanyi gembira. Seakan-akan turut merasakan perasaan apa yang tengah kita alami sekarang. Lihatlah bunga-bunga yang tumbuh subur di ranting-rantingnya, alangkah indahnya Cindy. Apakah kau dapat merasakannya juga?" Ucap Rangga.

Cindy menoleh ke arah jendela dan melayangkan pandangan ke pohon flamboyan yang berbunga molek. Bibir Cindy tersenyum gembira, dan matanya berseri-seri ketika menatap bunga-bunga flamboyan itu.

Dua orang polisi dan ibu Cindy keluar meninggalkan kamar itu. Rupanya mereka merasa tahu diri. jika berada di situ akan dapat mengganggu keasyikan sepasang remaja itu. Maklum kedua remaja yang saling mencinta baru saja lepas dari maut. Jadi kebersamaannya lagi membangkitkan gelora cinta yang hampir-hampir lupa diri.

"Alangkah indahnya hari ini Rangga." Kata Cindy dengan wajah berseri-seri. Rangga mencium kening gadis itu dan Cindy memejamkan matanya meresapi kelembutan lelaki yang sedang menciumnya.

"Sejak dahulu hati ku bimbang dan ragu Cindy". Gumam Rangga.

"Apa yang kau ragukan Ngga?" Suara Cindy bermanja.

"Tentang hati dan perasaanmu." Ucap Rangga.

"Kenapa Ngga?" Tanya Cindy.

"Sejak aku merasakan bermesraan, sejak aku mengenal kebahagiaan, selama itu pula diriku dalam keresahan Cindy. Sebenarnya keresahanku berasal dari kata pasti yang tidak bisa teruraikan dalam bentuk apa pun Cindy.

"Aku tidak mengerti yang kau maksudkan Ngga." Balas Cindy bingung.

"Kata cintamu Cindy. Kalimat itulah yang senantiasa kutunggu. Sebab aku tahu bahwa gelora cinta begitu membara di pipimu. Aku melihat dengan jelas dikala kau tersipu. Aku merasakan diwaktu mencium pipimu, merah merona oleh gelora cintamu yang tak mampu kau sembunyikan. Katakanlah jika kau mencintai aku Cindy. Karena hati dan perasaanku tidak akan bimbang, ragu serta tidak lagi berhayal bahwa alangkah mudahnya meraih bintang." Jelas Rangga dengan penuh pengharapan.

Cindy tersipu, kedua pipi gadis itu merah merona. Bibirnya tersenyum tapi dikulum. Aaah! kenapa aku jadi malu untuk mengatakan keadaanku yang sebenarnya? Bukankah aku mencintai Rangga? Cintaku semurni air sorgawi. Tapi rasa malu itu bagi Cindy karena memang belum pernah menyatakan cintanya kepada lelaki manapun. Sebab memang baru untuk pertama kali ini Cindy jatuh Cinta. Dan untuk pertama kali ini pula Cindy merasakan kasih sayang dari seorang lelaki yang benar-benar mencintainya. Maka tak heran apabila kata cinta begitu sulit keluar dari mulutnya.

"Cindy, katakanlah sayang... katakanlah." Desak Rangga lunak.

Gadis itu masih tersipu malu namun memegang erat telapak tangan Rangga. Rasa hangat dari cinta menyusup melalui darah gadis itu saat menggenggam telapak tangan pemuda itu.

"Kalau masih jua kau tak mau mengatakan, aku akan pulang sekarang." Ancam Rangga berpura-pura.

"Jangan...!" Desah Cindy tertahan.

Matanya yang bening menatap wajah Rangga dalam-dalam.

"Habis kamu enggak membalas cintaku sih?," gerutu Rangga.

"Aku mencintaimu Rangga." Kata Cindy lirih.

"Benarkah itu Cindy?" Rangga mengulangi pertanyaannya.

"Ya Rangga. Aku mencintaimu." Jawab Cindy tegas.

"Oooooh begitu bahagia hatiku. Cintamu tidak lagi tergadai." kata Rangga dengan gembira.

Cindy jadi tersenyum geli. "Kamu kok seperti anak kecil sih?," cela Cindy lembut.

"Perasaan bahagia bisa membuat perobahan sikap seseorang begitu singkat. Kalau aku kau katakan seperti anak kecil, boleh dong cium bibirmu." Gurau Rangga sembrono.

"Hus jangan!, nanti dilihat orang." Sergah Cindy.

"Anak kecil kan tidak punya malu," sahut Rangga.

"Hih kamu ngaco ya?" Gerutu Cindy manja.

"Boleh cium kan?" Pinta Rangga.

"Enggak mau," sergah Cindy sambil tersipu.

"Sebentar saja mumpung tidak ada orang." Desak Rangga.

"Ah, aaah!" Elak Cindy ketika bibir Rangga sudah menempel di pipi Cindy. Anehnya elakan itu hanya berpura-pura. Terbukti bibir Cindy terkuak, menerima serangan bibir Rangga yang akan **********. Meskipun sekejap kecupan itu cukup memberi gairah kehangatan bagi sekujur tubuhnya yang semula lemah lunglai.

"Sudah ah, nanti dilihat orang." Ucap Cindy.

"Aku benar-benar mencintaimu Cindy." Ucap Rangga.

"Masih banyak rintangan buat kita Rangga dan mampukah kau menundukkannya? Jika kau berhasil menaklukkan, kenyataanku, barulah kau dapat memiliki diriku sepenuhnya." Tutur Cindy lembut dan penuh harap.

Mata mereka saling bertatapan lama sekali. Hati mereka telah terpaut menjadi satu. Namun tidaklah sampai di situ saja hambatan yang merintangi jalinan cinta mereka. Tangan Rangga meraih jari-jari Cindy dan menggenggamnya erat.

"Cintaku yang suci menuntut banyak pengorbanan Cindy. Sekalipun tegarnya batu cadas, aku akan tetap berusaha untuk meruntuhkannya. Meskipun harus kuarungi lautan demi cintaku kepadamu, aku tak akan gentar sedikit pun Cindy." Ucap Rangga tegas.

"Harapanku semoga kita dapat selamanya berdua Rangga." Balas Cindy penuh pengharapan.

"Yah. Milikilah keyakinan itu sayang. Setelah kita dapat lolos dari belenggu pria tua, kita pun harus dapat menaklukkan kenyataan." Ucap Rangga lembut.

Cindy tersenyum pasrah kepada Rangga. Sepasrah hatinya buat menerima cinta Rangga yang menggebu-gebu. Sebaliknya gelora cinta di dada Cindy mengharapkan semua rintangan itu segera sirna.

Episodes
1 BAB 1 : GADIS CANTIK JELITA
2 BAB 2 : TERLALU MAHAL
3 BAB 3 : NAMAKU CINDY
4 BAB 4 : SEBUAH KENYATAAN
5 BAB 5 : CETUSAN NALURI
6 BAB 6 : KETIDAKPASTIAN
7 BAB 7 : SANDIWARA TANPA CINTA
8 BAB 8 : MERASA PESIMIS
9 BAB 9 : PISTOL DI SAKU KIMONO
10 BAB 10 : CINTA DAN NAFSU
11 BAB 11 : PELURU NYASAR
12 BAB 12 : GELORA CINTA
13 BAB 13 : SIKSAAN BATIN
14 BAB 14 : PULANG KAMPUNG
15 BAB 15 : INGATAN HENDRY
16 BAB 16 : AYAH KUMAT LAGI
17 BAB 17 : PENGAKUAN RANGGA
18 BAB 18 : SEBUAH PENGORBANAN
19 BAB 19 : RASA TANGGUNGJAWAB
20 BAB 20 : RANGGA BEBAS
21 BAB 21 : NIAT HATI
22 BAB 22 : TANAH PEMAKAMAN
23 BAB 23 : PERJODOHAN ZAHRA
24 BAB 24 : JALAN PINTAS
25 BAB 25 : JALINAN MANIS
26 BAB 26 : KOMPROMI DULU
27 BAB 27 : SEBUAH PERKENALAN
28 BAB 28 : TIDAK SECEPAT ITU
29 BAB 29 : KEJUJURAN HATI
30 BAB 30 : BERTEMU FADLY
31 BAB 31 : SEMUANYA SUDAH BERLALU
32 BAB 32 : RASA SYUKUR
33 BAB 33 : MERANTAU
34 BAB 34 : SAYA TIDAK TAHU
35 BAB 35 : KESETIAAN CINTA
36 BAB 36 : ANTARA MISKIN DAN KAYA
37 BAB 37 : SAYA AKAN MENUNGGU
38 BAB 38 : KEBAHAGIAAN HIDUP
39 BAB 39 : TERLALU PAGI CINTAMU TUMBUH
40 BAB 40 : GADIS PERAWAN
41 BAB 41 : SEKUNTUM BUNGA
42 BAB 42 : VILLA DI PUNCAK
43 BAB 43 : PEMUDA IDAMAN AMANDA
44 BAB 44 : PEMUDA MISKIN
45 BAB 45 : BERPIKIRAN LUAS
46 BAB 46 : TERUSIR DARI RUMAH
47 BAB 47 : RUMAH KONTRAKAN
48 BAB 48 : MENDAPAT PEKERJAAN
49 BAB 49 : GAJIAN PERTAMA
50 BAB 50 : RATAPAN MEMILUKAN
51 BAB 51: ANAK YANG HILANG
52 BAB 52 : TANPA SYARAT
53 BAB 53 : SATU JAM LAGI
54 BAB 54 : PUTIH ABU-ABU
55 BAB 55 : OVERDOSIS
56 BAB 56 : GARA-GARA LONTONG
57 BAB 57 : TUKANG LONTONG
58 BAB 58 : TERNYATA ITU MASALAHNYA?
59 BAB 59 : AKHIR PENANTIAN
60 BAB 60 : MENGANGKAT BAHU
61 BAB 61 : PERSIAPAN YANG PANJANG
62 BAB 62 : SESUATU
63 BAB 63 : SATU TANYA TANPA JAWABAN
64 BAB 64 : PERTANYAAN YANG ANEH
65 BAB 65 : JADI RUWET
66 BAB 66 : PERTENGKARAN TERBUKA
67 BAB 67 : PERTENGKARAN MEMANAS
68 BAB 68 : POIN YANG LAIN
69 BAB 69 : PERASAAN ASING
70 BAB 70 : TITIK TERENDAH
71 BAB 71 : AMPUN DEH!
72 BAB 72 : KEISENGAN BALQIS
73 BAB 73 : SAAT PEMBALASAN
74 BAB 74 : LHO? KOK JADI BEGINI?
75 BAB 75 : TITIK!
76 BAB 76 : PASANG BADAN
77 BAB 77 : KENANGAN LAGI
78 BAB 78 : KETIADAAN ENDING
79 BAB 79 : HAI, DARLING HONEY
80 BAB 80 : JIWA ADALAH KEKAL
81 BAB 81 : ORANG GILA
82 BAB 82 : KUNCUP MAWAR ITU!
83 BAB 83 : PUTUS ASA
84 BAB 84 : PERISTIWA ULANG
85 BAB 85 : CEWEK GEBETAN GUE!
86 BAB 86 : SAYA HAMIL, DOKTER?
87 BAB 87 : MENUNGGU KEPASTIAN
88 BAB 88 : MEMINTA KEPASTIAN
89 BAB 89 : SEBUAH RENCANA
90 BAB 90 : STATUS HUBUNGAN
91 BAB 91 : TIDAK ADA KESEMPATAN
92 BAB 92 : AKU JIWA YANG LARA
93 BAB 93 : BERTEMU NABILA
94 BAB 94 : BERITA TAK TERDUGA
95 BAB 95 : PERTANGGUNGJAWABAN
96 BAB 96 : BIARLAH! BIARLAH!
97 BAB 97 : BERTEMU NABILA
98 BAB 98 : PERNIKAHAN SEMU
99 BAB 99 : MENCARI PEKERJAAN
100 BAB 100 : BANTUAN RANTI
101 Bab 101: KERAS HATI
102 BAB 102 : BERHENTI BEKERJA
103 BAB 103 : LELAKI PENGECUT
104 BAB 104 : TAMBAH BURUK
105 BAB 105 : JUJUR DAN TULUS
106 BAB 106 : SEBILAH SEMBILU
107 BAB 107 : APA LAGI?
108 BAB 108 : SEBUAH KESEPAKATAN
109 BAB 109 : TEROMBANG AMBING
110 BAB 110 : KUTUKAN TUHAN
111 BAB 111 : MIMPI YANG INDAH SEKALI
112 BAB 112 : BERTINDAK BIJAKSANA
113 BAB 113 : PERTEMUAN TERAKHIR
114 BAB 114 : KAMAR PERSALINAN
115 BAB 115 : KEPUTUSAN AKHIR
Episodes

Updated 115 Episodes

1
BAB 1 : GADIS CANTIK JELITA
2
BAB 2 : TERLALU MAHAL
3
BAB 3 : NAMAKU CINDY
4
BAB 4 : SEBUAH KENYATAAN
5
BAB 5 : CETUSAN NALURI
6
BAB 6 : KETIDAKPASTIAN
7
BAB 7 : SANDIWARA TANPA CINTA
8
BAB 8 : MERASA PESIMIS
9
BAB 9 : PISTOL DI SAKU KIMONO
10
BAB 10 : CINTA DAN NAFSU
11
BAB 11 : PELURU NYASAR
12
BAB 12 : GELORA CINTA
13
BAB 13 : SIKSAAN BATIN
14
BAB 14 : PULANG KAMPUNG
15
BAB 15 : INGATAN HENDRY
16
BAB 16 : AYAH KUMAT LAGI
17
BAB 17 : PENGAKUAN RANGGA
18
BAB 18 : SEBUAH PENGORBANAN
19
BAB 19 : RASA TANGGUNGJAWAB
20
BAB 20 : RANGGA BEBAS
21
BAB 21 : NIAT HATI
22
BAB 22 : TANAH PEMAKAMAN
23
BAB 23 : PERJODOHAN ZAHRA
24
BAB 24 : JALAN PINTAS
25
BAB 25 : JALINAN MANIS
26
BAB 26 : KOMPROMI DULU
27
BAB 27 : SEBUAH PERKENALAN
28
BAB 28 : TIDAK SECEPAT ITU
29
BAB 29 : KEJUJURAN HATI
30
BAB 30 : BERTEMU FADLY
31
BAB 31 : SEMUANYA SUDAH BERLALU
32
BAB 32 : RASA SYUKUR
33
BAB 33 : MERANTAU
34
BAB 34 : SAYA TIDAK TAHU
35
BAB 35 : KESETIAAN CINTA
36
BAB 36 : ANTARA MISKIN DAN KAYA
37
BAB 37 : SAYA AKAN MENUNGGU
38
BAB 38 : KEBAHAGIAAN HIDUP
39
BAB 39 : TERLALU PAGI CINTAMU TUMBUH
40
BAB 40 : GADIS PERAWAN
41
BAB 41 : SEKUNTUM BUNGA
42
BAB 42 : VILLA DI PUNCAK
43
BAB 43 : PEMUDA IDAMAN AMANDA
44
BAB 44 : PEMUDA MISKIN
45
BAB 45 : BERPIKIRAN LUAS
46
BAB 46 : TERUSIR DARI RUMAH
47
BAB 47 : RUMAH KONTRAKAN
48
BAB 48 : MENDAPAT PEKERJAAN
49
BAB 49 : GAJIAN PERTAMA
50
BAB 50 : RATAPAN MEMILUKAN
51
BAB 51: ANAK YANG HILANG
52
BAB 52 : TANPA SYARAT
53
BAB 53 : SATU JAM LAGI
54
BAB 54 : PUTIH ABU-ABU
55
BAB 55 : OVERDOSIS
56
BAB 56 : GARA-GARA LONTONG
57
BAB 57 : TUKANG LONTONG
58
BAB 58 : TERNYATA ITU MASALAHNYA?
59
BAB 59 : AKHIR PENANTIAN
60
BAB 60 : MENGANGKAT BAHU
61
BAB 61 : PERSIAPAN YANG PANJANG
62
BAB 62 : SESUATU
63
BAB 63 : SATU TANYA TANPA JAWABAN
64
BAB 64 : PERTANYAAN YANG ANEH
65
BAB 65 : JADI RUWET
66
BAB 66 : PERTENGKARAN TERBUKA
67
BAB 67 : PERTENGKARAN MEMANAS
68
BAB 68 : POIN YANG LAIN
69
BAB 69 : PERASAAN ASING
70
BAB 70 : TITIK TERENDAH
71
BAB 71 : AMPUN DEH!
72
BAB 72 : KEISENGAN BALQIS
73
BAB 73 : SAAT PEMBALASAN
74
BAB 74 : LHO? KOK JADI BEGINI?
75
BAB 75 : TITIK!
76
BAB 76 : PASANG BADAN
77
BAB 77 : KENANGAN LAGI
78
BAB 78 : KETIADAAN ENDING
79
BAB 79 : HAI, DARLING HONEY
80
BAB 80 : JIWA ADALAH KEKAL
81
BAB 81 : ORANG GILA
82
BAB 82 : KUNCUP MAWAR ITU!
83
BAB 83 : PUTUS ASA
84
BAB 84 : PERISTIWA ULANG
85
BAB 85 : CEWEK GEBETAN GUE!
86
BAB 86 : SAYA HAMIL, DOKTER?
87
BAB 87 : MENUNGGU KEPASTIAN
88
BAB 88 : MEMINTA KEPASTIAN
89
BAB 89 : SEBUAH RENCANA
90
BAB 90 : STATUS HUBUNGAN
91
BAB 91 : TIDAK ADA KESEMPATAN
92
BAB 92 : AKU JIWA YANG LARA
93
BAB 93 : BERTEMU NABILA
94
BAB 94 : BERITA TAK TERDUGA
95
BAB 95 : PERTANGGUNGJAWABAN
96
BAB 96 : BIARLAH! BIARLAH!
97
BAB 97 : BERTEMU NABILA
98
BAB 98 : PERNIKAHAN SEMU
99
BAB 99 : MENCARI PEKERJAAN
100
BAB 100 : BANTUAN RANTI
101
Bab 101: KERAS HATI
102
BAB 102 : BERHENTI BEKERJA
103
BAB 103 : LELAKI PENGECUT
104
BAB 104 : TAMBAH BURUK
105
BAB 105 : JUJUR DAN TULUS
106
BAB 106 : SEBILAH SEMBILU
107
BAB 107 : APA LAGI?
108
BAB 108 : SEBUAH KESEPAKATAN
109
BAB 109 : TEROMBANG AMBING
110
BAB 110 : KUTUKAN TUHAN
111
BAB 111 : MIMPI YANG INDAH SEKALI
112
BAB 112 : BERTINDAK BIJAKSANA
113
BAB 113 : PERTEMUAN TERAKHIR
114
BAB 114 : KAMAR PERSALINAN
115
BAB 115 : KEPUTUSAN AKHIR

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!