BAB 19 : RASA TANGGUNGJAWAB

Cindy berusaha sekuat tenaga menahan air matanya setiap kali menjenguk Rangga di penjara. Dan begitu pun setiap kali dia sembahyang selalu berdoa agar semua kemelut ini segera sirna. Tak ketinggalan butiran air matanya membanjiri sejadah. Malam-malam yang dilampauinya bagaikan mencekam segenap perasaannya, bila memikirkan beban penderitaan kekasihnya. Hanya itu yang bisa dilakukan oleh Cindy setiap saat.

Rupanya Doa Ikhlas Cindy di beri Rahmat dan Karunia oleh yang Maha Kuasa. Hingga datanglah ayahnya ke rumah yang disertai nenek Minah. Semula Cindy merasa was-was ketika pertama kali melihat kedatangan ayahnya. Muka Cindy mendadak berubah pucat dan mundur berapa langkah. Namun nenek Minah mengembang seulas senyum pertanda tidak akan terjadi sesuatu hal apa pun. Dan mendadak ayahnya memeluk Cindy erat-erat. Setitik air mata jatuh di pipi lelaki setengah baya itu.

"Cindy anakku... maafkanlah ayahmu nak." Kata ayahnya lunak dan penuh kasih sayang.

Cindy tak kuasa membendung kesedihan dan rasa terharu yang mendesak-desak perasaannya. Kembali perasaan Cindy dibangkitkan rasa rindu akan belaian seorang ayah. Kasih sayang dari seorang ayah yang selama ini pudar. Belaian kasih sayang dan elusan lembut telapak tangan ayahnya semakin membenamkan kesejukan dan kebahagiaan yang meresap.

"Ooooh...ayah..." Keluh Cindy dalam isak tangis.

"Kau terlalu banyak menanggung beban derita anakku. Ayah telah membelenggumu selama ini dengan persoalan yang sebenarnya tidak selayaknya kau ikut memikulnya." Ucap Hendry dengan penuh penyesalan yang dalam.

Anita membenamkan kepalanya di dada lelaki setergah tua itu. Bersamaan dengan itu muncullah ibu Cindy, Nelly dari ruang tengah bersama Zahra. Mereka tersentak kaget melihat kehadiran ayah Cindy. Pelukan ayah Cindy terlepas dan menyambui istrinya dengan perasaan haru dan bahagia. Ibu Cindy ikut menangis bahagia disaat suaminya memeluk dirinya.

"Aku telah sembuh bu. Aku telah berhasil menemukan diriku yang sebenarnya. Tuhan telah membuka alam pikiranku kembali." Kata lelaki

Setengah tua itu dengan mantap.

"Ooooh syukurlah pak." Sahut ibu Cindy ikut

tersenyum bahagia.

Nenek Minah tersenyum dengan linangan air

tanda gembira. Kemudian seisi rumah itu duduk di ruang tengah dengan suasana gembira namun hening. Mereka saling berpandangan bergantian. Seolah-olah suasana itu demikian terasa asing.

"Hendry telah kembali baik, Cindy." Kata nenek Minah memecah keheningan suasana.

"Alhamdulilah" Keluh ibu Cindy. Hendry tersenyum lega. Begitu pun Cindy dan Zahra.

"Aku kembali ke rumah ini untuk menyesali persoalan masa lalu yang menyangkut rumah tangga. Apa yang telah terjadi selama ini Cindy?"

Tanya Hendry.

Anita tak dapat menjawab. Wajahnya tertunduk dengan sedih.

"Ayah mengharapkan kau mau memberikan keterangan yang jelas dan jujur anakku." Kata Hendry lunak.

"Sudah terlalu banyak penderitaan yang melibatkan orang, ayah. Rupanya masih ada juga orang yang mau menggantikan diri ayah." Jelas Cindy.

"Aku tidak mengerti apa yang kau maksud, Cindy?" Tanya Hendry terlihat bingung dengan ucapan Cindy.

"Seorang pemuda bernama Rangga telah dengan rela menanggung semua kesalahan ayah dan Cindy " Gumam Cindy dengan mata berkaca-kaca.

"Rangga, siapa dia?" Tanya Hendry.

"Kekasih Cindy," sergah ibu Cindy.

"Ooooo...!" Hendry bengong.

"Bila saja Rangga tidak melibatkan diri dan menyatakan dirinya sebagai otak perencana, sudah pasti Cindy masuk ke dalam penjara." Sambung ibu Cindy.

"Kita telah berhutang budi dengan pemuda itu." Gumam Hendry.

"Apa yang akan kita lakukan sekarang ayah?" Tanya Cindy.

"Aku akan menemui pemuda itu." Jawab Hendry.

Hendry bangkit dari tempat duduk, wajahnya

murung. Lelaki setengah tua itu berjalan mondar

mandir di ruangan hening. Karena penghuni seisi

rumah itu hanya termenung di tempat duduknya.

"Sekarang kita temui Rangga." Ajak Hendry.

"Sekarang juga pak?." Tanya ibu Cindy.

"Yah." Jawab Hendry.

"Nenek Minah dirumah saja ya?" Bujuk ibu Cindy.

Perempuan tua yang sudah berambut putih itu hanya menganggukkan kepala sembari tersenyum. Maka buru-buru saja Cindy berganti

pakaian ke dalam kamarnya. Selang beberapa lama kemudian Cindy dan kedua orang tuanya meninggalkan rumah dan menuju ke lembaga pemasyarakatan.

***

Udara panas menerobos diantara cela-cela jeruji besi. Penghuni di dalam kamar tahanan itu nampak tertidur pulas di lantai. Keringat membasahi mukanya yang pucat. Agaknya pemuda ini semalaman tak pernah bisa tidur dengan nyenyak. Suasana di lembaga pemasyarakatan itu cukup ramai meskipun demikian tak bisa mengusik tidurnya Rangga yang pulas.

Pengurus lembaga mengantar Cindy dan kedua orang tuanya sampai di depan kamar tahanan Rangga. Ketika Cindy melihat kekasihnya tidur di lantai hampir-hampir dia ingin berteriak. Akhirnya yang bisa dilakukannya tak lain memeluk ibunya. Cindy menangis terisak-isak di dalam pelukan ibunya.

"Ibu... aku tak tega melihat kenyataan ini," pekik Cindy.

"Tabahkanlah hatimu nak." Tutur ibu Cindy.

Sementara Hendrt memandang penuh haru. Alangkah mulianya hati pemuda ini. Lelaki setengah tua itu menghela nafas panjang.

"Cindy bangunkanlah dia." Hendry menyuruh

anaknya.

Cindy melepaskan pelukan ibunya pelan-pelan dan dengan perasaan berat memandang Rangga yang tertelantang di lantai. Cindy berusaha sekuat tenaga untuk membendung perasaannya yang tak menentu. Begitupun berusaha menahan air matanya yang semakin deras mengalir. Cindy

mendekati jeruji besi nafasnya dirasa sesak.

"Rangga..." panggil Cindy parau.

Namun panggilan itu masih belum bisa

membangunkan Rangga.

"Rangga." Ulangnya Cindy agak keras. Baru kemudian Rangga mulai menggeliatkan badannya.

Tubuh pemuda itu kelihatan lesu dan lemah. Dengan setengah bermalas-malasan Rangga hanya membalikkan badan dan tidur kembali.

"Kasihan...agaknya dia terlalu capai." Gumam Ibu Cindy.

"Betapa besar pengorbanannya." Sambung ayah Cindy.

Ketiga insan yang berdiri mengamati tubuh Rangga yang tertelentang di lantai itu dengan perasaan iba.

"Coba bangunkan sekali lagi Cindy." Kata Hendry.

"Rangga...Rangga!." Panggil Cindy agak keras.

Bagai disengat kala jengking Rangga bangun dari tidurnya. Dan alangkah kaget tatkala melihat Cindy bersama kedua orang tuanya. Rangga buru-buru bangkit meskipun sekujur badannya masih dirasa lesu dan lemas. Sambil menghusap kedua matanya Rangga berdiri di belakang jeruji besi.

"Cindy?" Panggil Rangga sembari memperhatikan kedua orang tua Cindy. Di kedua mata mereka bergenang butiran air bening.

"Rangga, ayahku ingin berbicara dengamu." kata Cindy parau.

Rangga mengangukkan kepala hormat. Hendry membalas anggukan Rangga dengan senyuman. Lalu Hendry mengulurkan telapak tangannya untuk mengajak berkenalan dengan Rangga. Rangga menyambut uluran tangan Hendry dengan senyuman cerah.

"Pengorbanan saudara Rangga atas keluarga kami tiada taranya. Tapi saudara tidak sepatutnya menjadi penghuni kamar ini." Rangga hanya tersenyum kecut. "Saya akan menghadap komandan untuk menjelaskan persoalan yang sebenarnya, supaya kau bisa keluar dari penjara ini. Sepatutnya akulah yang menggantikanmu di sini." Lanjut Hendry menjelaskan.

Rangga tertunduk memandangi ujung kakinya yang telanjang. Sementara Cindy hanya bisa memandang Rangga penuh iba.

"Semoga setelah aku menghadap komandan dapat secepatnya kau dibebaskan." Tutur Hendry

penuh harap.

Rangga menghela nafas dalam-dalam. Lantas dia tersenyum kepada Cindy. Senyum berikutnya menghias wajah Cindy yang berseri-seri.

Malam harinya seluruh keluarga Hendry berkumpul di ruang tengah. Suasana ruangan itu mencekam. Cindy duduk dengan sepegenap perasaan gelisah. Sebab dia tak tahu apa yang akan dilakukan oleh ayahnya Hendry sebelum membuka pembicaraannya terlebih dahulu mengambil sebatang rokok gudang garam dari dalam kantongnya. Rokok gudang garam itu ternyata masih utuh dan belum terbuka bungkusnya.

Dengan wajah kuyu Hendry membuka bungkus rokok dan diambilnya sebatang. Lantas rokok itu disulutnya dengan korek api. Asap menghembus keluar dari mulutnya. Hendry terbatuk-batuk kecil.

"Besok aku akan menghadap komandan untuk menjelaskan perkara sebenarnya. Aku mengharap kalian semua menerima kenyataan apa pun yang bakal terjadi." Kata Hendry.

"Apa yang akan ayah lakukan?" Tanya Cindy.

Hendry menyedot rokoknya sambil berpikir. "Aku akan menjelaskan semua persoalan agar supaya Rangga bisa keluar dari tahanan. Dan aku yang seharusnya menggantikannya." Jelas Hendry.

"Ayah!." Pekik Cindy, tertahan.

"Jangan gelisah dan cemas Cindy. Semua ini memang harus kujalani. Apa pun akibatnya harus

kutanggung tanpa membuat orang lain menderita." Sergah Hendry.

"Ayah akan menjadi narapidana?" Tanya Zahra.

"Yah." Jawab Hendry sambil mengangguk.

Zahra langsung memeluk ayahnya sambil menangis tersedu-sedu. Suasana diruang itu berubah menyedihkan. Sebab tak lain karena selama ini keluarga Cindy mengharapkan terciptanya keharmonisan rumah tangga.

Antara Cindy dan Zahra semenjak Hendry berkenalan dengan Romeo, kasih sayang dan perhatiannya berkurang. Apalagi setelah Hendry menderita gangguan jiwa. Kedua anaknya seperti kehilangan kasih sayang yang selalu diharapkan. Tapi setelah Hendry sembuh kembali, harus menerima kenyataan menjadi seorang narapidana.

Dengan kesadaran penuh Hendry menerima apa pun yang akan terjadi. Disamping itu dia tidak ingin merusak kebahagiaan Cindy. Hendry mengakui bila Rangga seorang pemuda baik dan bertanggung jawab. Salah satu bukti telah ditunjukkan kepada Hendry. Bukti itu tidak lain adalah pengorbanan yang tak kecil artinya. Dia rela mengorbankan diri masuk penjara demi keluarganya.

"Ayah akan meninggalkan kami lagi?" Tanya Zahra.

"Ayah bukan berarti meninggalkan kalian semua, akan tetapi demi rasa tanggung jawabku terhadap semua perkara. Juga demi kebahagiaan

Cindy dan Rangga." Ucap Hendry menjelaskan.

Zahra memeluk Hendry sembari menangis. Begitupun ibu Cindy tak bisa berbuat apa-apa selain menangis. Kedua anak gadis itu di dalam pelukan Hendry tak bisa mengatakan apa-apa. Yang bisa dirasakan tak lain hanya kesedihan dari tekanan perasaan.

"Sudahlah anakku. Tak perlu kau tangisi lagi kejadian ini. Ayah akan memikul semua beban dan penderitaan." Lanjut Hendry.

"Tapi ayah...aku tak tega melihat ayah berada di dalam penjara. Betapa sedihnya hati kami ayah." Kata Zahra disela-sela isak tangisnya.

"Ini memang sudah akibat dari semua perbuatan ayah di masa lalu. Walaupun perbuatan itu sebenarnya bukan atas kehendak hatiku sendiri." Kata Hendry memberi ketabahan kepada anak dan istrinya yang menangis di hadapannya.

"Yang penting sekarang jalan yang terbaik adalah supaya Rangga bisa keluar dari penjara. Dia tidak sepantasnya menanggung beban itu." Lanjut Hendry.

Hendry membelai rambut Cindy penuh kasih sayang. Di kelopak matanya mengalir butiran air bening. Lalu perlahan-lahan jatuh di pipi. Nafas lelaki setengah tua itu menjadi sesak. Dadanya naik turun menahan sedih yang sukar terlukiskan.

Episodes
1 BAB 1 : GADIS CANTIK JELITA
2 BAB 2 : TERLALU MAHAL
3 BAB 3 : NAMAKU CINDY
4 BAB 4 : SEBUAH KENYATAAN
5 BAB 5 : CETUSAN NALURI
6 BAB 6 : KETIDAKPASTIAN
7 BAB 7 : SANDIWARA TANPA CINTA
8 BAB 8 : MERASA PESIMIS
9 BAB 9 : PISTOL DI SAKU KIMONO
10 BAB 10 : CINTA DAN NAFSU
11 BAB 11 : PELURU NYASAR
12 BAB 12 : GELORA CINTA
13 BAB 13 : SIKSAAN BATIN
14 BAB 14 : PULANG KAMPUNG
15 BAB 15 : INGATAN HENDRY
16 BAB 16 : AYAH KUMAT LAGI
17 BAB 17 : PENGAKUAN RANGGA
18 BAB 18 : SEBUAH PENGORBANAN
19 BAB 19 : RASA TANGGUNGJAWAB
20 BAB 20 : RANGGA BEBAS
21 BAB 21 : NIAT HATI
22 BAB 22 : TANAH PEMAKAMAN
23 BAB 23 : PERJODOHAN ZAHRA
24 BAB 24 : JALAN PINTAS
25 BAB 25 : JALINAN MANIS
26 BAB 26 : KOMPROMI DULU
27 BAB 27 : SEBUAH PERKENALAN
28 BAB 28 : TIDAK SECEPAT ITU
29 BAB 29 : KEJUJURAN HATI
30 BAB 30 : BERTEMU FADLY
31 BAB 31 : SEMUANYA SUDAH BERLALU
32 BAB 32 : RASA SYUKUR
33 BAB 33 : MERANTAU
34 BAB 34 : SAYA TIDAK TAHU
35 BAB 35 : KESETIAAN CINTA
36 BAB 36 : ANTARA MISKIN DAN KAYA
37 BAB 37 : SAYA AKAN MENUNGGU
38 BAB 38 : KEBAHAGIAAN HIDUP
39 BAB 39 : TERLALU PAGI CINTAMU TUMBUH
40 BAB 40 : GADIS PERAWAN
41 BAB 41 : SEKUNTUM BUNGA
42 BAB 42 : VILLA DI PUNCAK
43 BAB 43 : PEMUDA IDAMAN AMANDA
44 BAB 44 : PEMUDA MISKIN
45 BAB 45 : BERPIKIRAN LUAS
46 BAB 46 : TERUSIR DARI RUMAH
47 BAB 47 : RUMAH KONTRAKAN
48 BAB 48 : MENDAPAT PEKERJAAN
49 BAB 49 : GAJIAN PERTAMA
50 BAB 50 : RATAPAN MEMILUKAN
51 BAB 51: ANAK YANG HILANG
52 BAB 52 : TANPA SYARAT
53 BAB 53 : SATU JAM LAGI
54 BAB 54 : PUTIH ABU-ABU
55 BAB 55 : OVERDOSIS
56 BAB 56 : GARA-GARA LONTONG
57 BAB 57 : TUKANG LONTONG
58 BAB 58 : TERNYATA ITU MASALAHNYA?
59 BAB 59 : AKHIR PENANTIAN
60 BAB 60 : MENGANGKAT BAHU
61 BAB 61 : PERSIAPAN YANG PANJANG
62 BAB 62 : SESUATU
63 BAB 63 : SATU TANYA TANPA JAWABAN
64 BAB 64 : PERTANYAAN YANG ANEH
65 BAB 65 : JADI RUWET
66 BAB 66 : PERTENGKARAN TERBUKA
67 BAB 67 : PERTENGKARAN MEMANAS
68 BAB 68 : POIN YANG LAIN
69 BAB 69 : PERASAAN ASING
70 BAB 70 : TITIK TERENDAH
71 BAB 71 : AMPUN DEH!
72 BAB 72 : KEISENGAN BALQIS
73 BAB 73 : SAAT PEMBALASAN
74 BAB 74 : LHO? KOK JADI BEGINI?
75 BAB 75 : TITIK!
76 BAB 76 : PASANG BADAN
77 BAB 77 : KENANGAN LAGI
78 BAB 78 : KETIADAAN ENDING
79 BAB 79 : HAI, DARLING HONEY
80 BAB 80 : JIWA ADALAH KEKAL
81 BAB 81 : ORANG GILA
82 BAB 82 : KUNCUP MAWAR ITU!
83 BAB 83 : PUTUS ASA
84 BAB 84 : PERISTIWA ULANG
85 BAB 85 : CEWEK GEBETAN GUE!
86 BAB 86 : SAYA HAMIL, DOKTER?
87 BAB 87 : MENUNGGU KEPASTIAN
88 BAB 88 : MEMINTA KEPASTIAN
89 BAB 89 : SEBUAH RENCANA
90 BAB 90 : STATUS HUBUNGAN
91 BAB 91 : TIDAK ADA KESEMPATAN
92 BAB 92 : AKU JIWA YANG LARA
93 BAB 93 : BERTEMU NABILA
94 BAB 94 : BERITA TAK TERDUGA
95 BAB 95 : PERTANGGUNGJAWABAN
96 BAB 96 : BIARLAH! BIARLAH!
97 BAB 97 : BERTEMU NABILA
98 BAB 98 : PERNIKAHAN SEMU
99 BAB 99 : MENCARI PEKERJAAN
100 BAB 100 : BANTUAN RANTI
101 Bab 101: KERAS HATI
102 BAB 102 : BERHENTI BEKERJA
103 BAB 103 : LELAKI PENGECUT
104 BAB 104 : TAMBAH BURUK
105 BAB 105 : JUJUR DAN TULUS
106 BAB 106 : SEBILAH SEMBILU
107 BAB 107 : APA LAGI?
108 BAB 108 : SEBUAH KESEPAKATAN
109 BAB 109 : TEROMBANG AMBING
110 BAB 110 : KUTUKAN TUHAN
111 BAB 111 : MIMPI YANG INDAH SEKALI
112 BAB 112 : BERTINDAK BIJAKSANA
113 BAB 113 : PERTEMUAN TERAKHIR
114 BAB 114 : KAMAR PERSALINAN
115 BAB 115 : KEPUTUSAN AKHIR
Episodes

Updated 115 Episodes

1
BAB 1 : GADIS CANTIK JELITA
2
BAB 2 : TERLALU MAHAL
3
BAB 3 : NAMAKU CINDY
4
BAB 4 : SEBUAH KENYATAAN
5
BAB 5 : CETUSAN NALURI
6
BAB 6 : KETIDAKPASTIAN
7
BAB 7 : SANDIWARA TANPA CINTA
8
BAB 8 : MERASA PESIMIS
9
BAB 9 : PISTOL DI SAKU KIMONO
10
BAB 10 : CINTA DAN NAFSU
11
BAB 11 : PELURU NYASAR
12
BAB 12 : GELORA CINTA
13
BAB 13 : SIKSAAN BATIN
14
BAB 14 : PULANG KAMPUNG
15
BAB 15 : INGATAN HENDRY
16
BAB 16 : AYAH KUMAT LAGI
17
BAB 17 : PENGAKUAN RANGGA
18
BAB 18 : SEBUAH PENGORBANAN
19
BAB 19 : RASA TANGGUNGJAWAB
20
BAB 20 : RANGGA BEBAS
21
BAB 21 : NIAT HATI
22
BAB 22 : TANAH PEMAKAMAN
23
BAB 23 : PERJODOHAN ZAHRA
24
BAB 24 : JALAN PINTAS
25
BAB 25 : JALINAN MANIS
26
BAB 26 : KOMPROMI DULU
27
BAB 27 : SEBUAH PERKENALAN
28
BAB 28 : TIDAK SECEPAT ITU
29
BAB 29 : KEJUJURAN HATI
30
BAB 30 : BERTEMU FADLY
31
BAB 31 : SEMUANYA SUDAH BERLALU
32
BAB 32 : RASA SYUKUR
33
BAB 33 : MERANTAU
34
BAB 34 : SAYA TIDAK TAHU
35
BAB 35 : KESETIAAN CINTA
36
BAB 36 : ANTARA MISKIN DAN KAYA
37
BAB 37 : SAYA AKAN MENUNGGU
38
BAB 38 : KEBAHAGIAAN HIDUP
39
BAB 39 : TERLALU PAGI CINTAMU TUMBUH
40
BAB 40 : GADIS PERAWAN
41
BAB 41 : SEKUNTUM BUNGA
42
BAB 42 : VILLA DI PUNCAK
43
BAB 43 : PEMUDA IDAMAN AMANDA
44
BAB 44 : PEMUDA MISKIN
45
BAB 45 : BERPIKIRAN LUAS
46
BAB 46 : TERUSIR DARI RUMAH
47
BAB 47 : RUMAH KONTRAKAN
48
BAB 48 : MENDAPAT PEKERJAAN
49
BAB 49 : GAJIAN PERTAMA
50
BAB 50 : RATAPAN MEMILUKAN
51
BAB 51: ANAK YANG HILANG
52
BAB 52 : TANPA SYARAT
53
BAB 53 : SATU JAM LAGI
54
BAB 54 : PUTIH ABU-ABU
55
BAB 55 : OVERDOSIS
56
BAB 56 : GARA-GARA LONTONG
57
BAB 57 : TUKANG LONTONG
58
BAB 58 : TERNYATA ITU MASALAHNYA?
59
BAB 59 : AKHIR PENANTIAN
60
BAB 60 : MENGANGKAT BAHU
61
BAB 61 : PERSIAPAN YANG PANJANG
62
BAB 62 : SESUATU
63
BAB 63 : SATU TANYA TANPA JAWABAN
64
BAB 64 : PERTANYAAN YANG ANEH
65
BAB 65 : JADI RUWET
66
BAB 66 : PERTENGKARAN TERBUKA
67
BAB 67 : PERTENGKARAN MEMANAS
68
BAB 68 : POIN YANG LAIN
69
BAB 69 : PERASAAN ASING
70
BAB 70 : TITIK TERENDAH
71
BAB 71 : AMPUN DEH!
72
BAB 72 : KEISENGAN BALQIS
73
BAB 73 : SAAT PEMBALASAN
74
BAB 74 : LHO? KOK JADI BEGINI?
75
BAB 75 : TITIK!
76
BAB 76 : PASANG BADAN
77
BAB 77 : KENANGAN LAGI
78
BAB 78 : KETIADAAN ENDING
79
BAB 79 : HAI, DARLING HONEY
80
BAB 80 : JIWA ADALAH KEKAL
81
BAB 81 : ORANG GILA
82
BAB 82 : KUNCUP MAWAR ITU!
83
BAB 83 : PUTUS ASA
84
BAB 84 : PERISTIWA ULANG
85
BAB 85 : CEWEK GEBETAN GUE!
86
BAB 86 : SAYA HAMIL, DOKTER?
87
BAB 87 : MENUNGGU KEPASTIAN
88
BAB 88 : MEMINTA KEPASTIAN
89
BAB 89 : SEBUAH RENCANA
90
BAB 90 : STATUS HUBUNGAN
91
BAB 91 : TIDAK ADA KESEMPATAN
92
BAB 92 : AKU JIWA YANG LARA
93
BAB 93 : BERTEMU NABILA
94
BAB 94 : BERITA TAK TERDUGA
95
BAB 95 : PERTANGGUNGJAWABAN
96
BAB 96 : BIARLAH! BIARLAH!
97
BAB 97 : BERTEMU NABILA
98
BAB 98 : PERNIKAHAN SEMU
99
BAB 99 : MENCARI PEKERJAAN
100
BAB 100 : BANTUAN RANTI
101
Bab 101: KERAS HATI
102
BAB 102 : BERHENTI BEKERJA
103
BAB 103 : LELAKI PENGECUT
104
BAB 104 : TAMBAH BURUK
105
BAB 105 : JUJUR DAN TULUS
106
BAB 106 : SEBILAH SEMBILU
107
BAB 107 : APA LAGI?
108
BAB 108 : SEBUAH KESEPAKATAN
109
BAB 109 : TEROMBANG AMBING
110
BAB 110 : KUTUKAN TUHAN
111
BAB 111 : MIMPI YANG INDAH SEKALI
112
BAB 112 : BERTINDAK BIJAKSANA
113
BAB 113 : PERTEMUAN TERAKHIR
114
BAB 114 : KAMAR PERSALINAN
115
BAB 115 : KEPUTUSAN AKHIR

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!