BAB 14 : PULANG KAMPUNG

Bus yang ditumpangi Cindy dari Lampung menuju Bandung, mogok berulang kali karena mesin bus itu sudah terlalu tua. Tiap kali bus berhenti untuk di perbaiki, rasa pening di kepala Cindy berdenyut-denyut. Dia ingin lekas sampai di terminal Bandung.

Karena dari terminal bus masih harus naik colt omprengan untuk mencapai kampungnya. Bagi Cindy apapun yang bakal terjadi harus dihadapi

dengan perasaan tabah. Hampir sepanjang perjalanan menuju ke kampung, ucapan Rangga senantiasa berdengung di telinganya. Kau harus tabah...! Harus tabah Cindy.

Rasa sebal dan ingin muntah menumpuk di kerongkongannya. Betapa melelahkan dan menjengkelkan selama di perjalanan. Kalau saja Rangga berada di sampingnya mungkin saja perjalanan ini berubah mengasyikkan.

Akhirnya dengan kejenuhan yang melelahkan sampailah ke tempat tujuan. Cindy bergegas turun dari colt omprengan sambil menjinjing koper kecil. Lama Cindy termangu setelah colt omprengan itu menjauh. Dengan sebuah kereta kuda, Cindy kemudian menempuh perjalanan ke rumahnya. Sawah yang membentang di kiri kanan jalan nampak kuning keemasan. Gunung yang menjulang tinggi berwarna hijau kebiruan menggambarkan sebuah monumen alam.

Jalan-jalan kampung yang sepi membuat perasaan jadi tak enak. Lebih dirasakan sepi lagi oleh Cindy, selama di perjalananan kusir kereta kuda itu kebetulan sangat pendiam. Atau mungkin merasa takut mengajak mengobrol lantaran gadis yang naik kereta kuda itu kelewat cantik.

Setelah kereta kuda memasuki kampung dimana

Cindy lahir dan dibesarkan, satu dua orang mengangguk pertanda mereka mengenalnya. Rasa sepi yang sejak tadi dirasakan oleh Cindy agak sedikit terhibur. Namun tidaklah cukup untuk diresapi. Semakin dekat ke rumah, semakin banyak mata yang memperhatikan Cindy. Dan lebih banyak mulut yang saling berbisik membicarakan Cindy.

Seorang perempuan setengah tua meludah di dekat kereta kuda yang melewatinya. Cindy memejamkan mata dan berusaha menahan goncangan perasaan yang menggempur dadanya. Begitupun setelah Cindy mengetuk pintu rumah, kakinya gemetar. Satu dua kali pintu rumah itu terus diketuknya. Banyak pula tetangga kiri kanan rumahnya memperhatikan sambil berbisik-bisik. Entah apa pula yang mereka perbincangkan. Yang jelas mimik mereka sangat Sinis. Cindy ingin cepat-cepat masuk ke dalam rumah. Untunglah pintu rumah itu segera terbuka dan di hadapan Cindy berdiri seorang gadis berambut di kelabang kuda.

"Zahra!." panggil Cindy dengan mata berseri-seri penuh kerinduan. Sesaat gadis itu memandang Cindy, kemudian mereka buru-buru saling berpelukan erat.

"Kak Cindy... " Gumam Zahra penuh keharuan.

"Kau baik-baik saja bukan?" Tanya Cindy lirih.

"Yah seperti apa yang kakak lihat. Ayo masuk kak." Balas Zahra.

Cindy menuruti ajakan adiknya. Tetapi langkahnya mendadak terhenti dan sekujur badannya di rasa dingin ketika melihat seorang lelaki setengah tua yang wajahnya sudah nampak keriput. Lelaki itu baru saja keluar dari ruang tengah dengan langkah-langkah mantap. Seolah-olah Cindy menghadapi monster yang menakutkan. Sekilas dia teringat kepada Romeo. Mata Cindy terbelalak. Keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya. Nafas dan denyut jantungnya bagai terenggut, putus rasanya. Dan lelaki setengah tua berwajah keriput itu berdiri tegak tak sampai dua meter di depan Cindy. Perasaan yang dialami oleh Cindy tak jauh berbeda dengan perasaan Zahra.

"Ayah..." seru Cindy tertahan.

Sepasang matanya yang keriput menyipit seketika. Tidak seperti apa yang dilihat Cindy dua tahun yang silam. Wajah ayahnya masih kelihatan segar. Tetapi kini sudah berubah masam dan menakutkan. Hampir-hampir Cindy tidak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang. Cepat Cindy ingin memeluk lelaki itu namun suara lelaki itu terdengar menakutkan.

"Berhenti di situ..!" Ucap lelaki itu tiba-tiba.

"Ayah," Cindy setengah berteriak.

"Siapa kau?!." Ucap lelaki yang di panggil ayah oleh Cindy.

"Ayah... aku Cindy." Suara Cindy tercekam.

"Aku tak mengenalmu" balas ayahnya dengan pandangan mata lelaki itu hampa.

"Ayah!." Cindy memekik.

"Pergilah jangan injak rumah ini lagi." Balas ayahnya.

"Ayah aku adalah anakmu." Ucap Cindy memastikan.

"Aku tidak mempunyai anak seperti kau!." Balas ayahnya.

Cindy langsung memeluk Zahra dan menangis pilu di dalam pelukan adiknya itu. Ingin rasanya dia menjerit sekuat-kuatnya. Ingin pula rasanya dia menangis sepuas-puasnya. Betapa kejamnya

kenyataan yang telah berubah ini.

"Kak Cindy...tabahkanlah hatimu." tutur Zahra.

"Ayah tidak lagi menganggapku sebagai

anaknya." Sahut Cindy disela-sela isak tangisnya yang pilu.

"Kau harus menyadari sepenuhnya jika penyebabnya adalah kenyataan kak." Ucap Zahra.

Cindy melepaskan pelukannya dan menatap ayahnya yang masih berdiri tegak di belakangnya. Perlahan-lahan Cindy merentangkan tangannya siap memeluk ayahnya. Namun mata lelaki itu membelalak lebar, menakutkan. Cindy menurunkan kembali tangannya perlahan-lahan. Bagai tak mempunyai daya lagi. Dan dia mengerti semua persoalan. Pengertian yang mengerikan dan menakutkan.

"Ayah... aku sudah rindu sekali kepadamu." Kata Cindy dalam keluh kesah.

"Kau panggil aku ayah sedangkan aku tidak pernah merasa mempunyai anak semacam kau!." Bentak lelaki itu keras.

Bumi yang dipijak oleh Cindy dirasa berguncang. Tetapi Cindy belum yakin bila ucapan itu keluar dari hati sanubarinya yang tulus.

"Jangan ucapkan itu ayah." Rengek Cindy memelas.

"Sekali lagi kau berani memanggilku ayah, aku akan menendangmu keluar!." Balas ayahnya.

Lelaki setengah tua itu membentak dengan wajah merah padam dan mata berapi-api. Tekad Cindy sudah bulat, bahwa dia rela berkorban demi kedua orang tua nya. Bukankah sejak dahulu Cindy sudah menempuh kesemuanya itu? Dia lebih merasa rela dipukul ayahnya dari pada Romeo. Maka keberanian Cindy semakin bulat dan keras.

"Baiklah kalau kau tidak mau kupanggil ayah. Dan aku menerima kenyataan bila saja tidak lagi dianggap seorang anak. Tetapi aku datang kemari untuk memberi tahu jika perkara Romeo akan disidangkan. Dan akulah yang menerima surat panggilan dari kejaksaan untuk menjawab persoalan." Kata Cindy tegas.

Lelaki setengah tua itu mengkerutkan dahi dan pancaran matanya tidak lagi berapi-api seperti tadi. Hampa dan kosong.

"Romeo?.. Romeo?..." gumamnya lirih.

Lelaki itu sepertinya mengingat sesuatu yang hampir dilupakannya. Tiba-tiba dia membentak lagi.

"Jangan sebut nama bajingan itu!." Suara hentakkan itu menggetarkan jantung Cindy. Dan hampir pula menghentikan denyut jantungnya. Suaranya hampir menyerupai geledek. Cindy tetap berusaha untuk menenangkan perasaannya.

"Romeo telah mati." Kata Cindy datar.

"Apa??" Nada suara lelaki itu meninggi.

"Romeo telah mati." Ulang Cindy mantap.

Seketika meledaklah suara tawa lelaki itu. Sungguh menakutkan suara tawa lelaki setengah

tua itu. Terbahak-bahak selama dua menit hingga

sampai nafasnya hampir habis. Setelah terhenti

kelihatan menarik nafas berat. Dadanya di rasakan sesak. Kemudian terbatuk-batuk.

"Bajingan itu telah mati... lalu apa maumu datang datang kemari? menuntut aku?" Hardik lelaki itu.

Cindy menggigit bibirnya menahan gejolak perasaannya yang tak bisa diungkapkan secara visuil. Sebab dia tahu pula jika ayahnya tidak lagi manusia normal. Begitu pun ayahnya belum bisa mengendali dirinya yang sesungguhnya. Lantas apa yang akan dilakukannya? Hanya paling-paling Cindy menghela nafas panjang dan memandang ayahnya dengan hampa.

"Katakan bedebah !" Lelaki itu menggeram dan tanpa kompromi lagi tendangannya melayang ke perut Cindy. Gadis itu terhuyung-huyung kebelakang. Zahra berusaha untuk menolong tetapi keduanya jatuh ke lantai bersamaan. Rupanya tak puas sampai disitu saja. Lelaki itu menarik tangan Cindy keluar dari rumah dan dilempar ke luar. Gadis itu jatuh terhenyak di teras.

"Sekali lagi kau berani menginjak lantai rumah ini, akan kubunuh!." Ancam ayahnya Cindy.

"Ooooooh kejam!." Rutuk Cindy sembari menangis pilu.

Sesaat kesepian yang mencekik kami. Dan hanya terdengar suara isak tangis Cindy dan Zahra.

Wajah lelaki tua itu penuh dendam dan kecewa menatap Cindy. Tetapi Cindy tidak lagi perduli. Mati pun dia sudah rela. Namun lelaki itu tidak melakukan tindakan lag! hanya membanting pintu dengan keras dan sekaligus menguncinya. Detak-detak anak kunci bagaikan geledek yang menggelegar memecah bumi dan langit.

Segera Cindy bangkit dan memukul gaun pintu rumah itu berkali-kali dengan telapak tangannya Pekikan histeris terdengar dari mulutnya penuh penyesalan.

"Kejam! Kejaaam!."

Sebuah tangan memegang bahu Cindy lembut. Tangan itu tak lain adalah tangan Zahra yang

penuh keharuan. Tetapi Cindy terus meronta seraya menangis pilu.

"Sudahlah kak... sudahlah. Kau harus menerima dengan penuh pengertian diri dan ketabahan hati. Bukankah ayah kita tidak normal pikirannya?"

Baru kemudian Cindy menoleh dan memandang wajah adiknya yang sendu. Wajah seorang adik yang penuh kasih sayang dan pengertian. Cindy jadi sadar dan memeluk Zahra penuh keharuan.

"Zahra... alangkah pahitnya kenyataan ini." Gumam Cindy pilu.

"Kita harus sanggup untuk menerima dengan ikhlas kak. Mari kita kerumah nenek. Di sana kau dapat beristirahat dengan baik. Urung dulu maksud dan tujuanmu sambil menunggu waktu yang tepat untuk berbicara dengan ayah." Jelas Zahra lirih.

Cindy menganggukkan kepalanya dengan berat. Seberat hatinya meninggalkan rumah itu. Kedua gadis itu berjalan menuju ke rumah neneknya. Banyak mata tetangga yang mengawasi mereka berlalu. Dan mata-mata mereka itu seakan-akan mencibir diri Cindy dan terkutuk. Sebetulnya mereka tidak boleh menganggap diri Cindy demikian. Karena mereka sebetulnya tidak tahu apa yang sebenarnya telah terjadi di dalam keluarga Cindy yang sebenarnya. Namun anggapan mereka Cindy lah yang telah membuat ayahnya hingga menderita gangguan jiwa. Biarlah semua mata menghukumku dengan arti terkutuk. Asalkan saja di mata Tuhan tidaklah terkutuk.

Episodes
1 BAB 1 : GADIS CANTIK JELITA
2 BAB 2 : TERLALU MAHAL
3 BAB 3 : NAMAKU CINDY
4 BAB 4 : SEBUAH KENYATAAN
5 BAB 5 : CETUSAN NALURI
6 BAB 6 : KETIDAKPASTIAN
7 BAB 7 : SANDIWARA TANPA CINTA
8 BAB 8 : MERASA PESIMIS
9 BAB 9 : PISTOL DI SAKU KIMONO
10 BAB 10 : CINTA DAN NAFSU
11 BAB 11 : PELURU NYASAR
12 BAB 12 : GELORA CINTA
13 BAB 13 : SIKSAAN BATIN
14 BAB 14 : PULANG KAMPUNG
15 BAB 15 : INGATAN HENDRY
16 BAB 16 : AYAH KUMAT LAGI
17 BAB 17 : PENGAKUAN RANGGA
18 BAB 18 : SEBUAH PENGORBANAN
19 BAB 19 : RASA TANGGUNGJAWAB
20 BAB 20 : RANGGA BEBAS
21 BAB 21 : NIAT HATI
22 BAB 22 : TANAH PEMAKAMAN
23 BAB 23 : PERJODOHAN ZAHRA
24 BAB 24 : JALAN PINTAS
25 BAB 25 : JALINAN MANIS
26 BAB 26 : KOMPROMI DULU
27 BAB 27 : SEBUAH PERKENALAN
28 BAB 28 : TIDAK SECEPAT ITU
29 BAB 29 : KEJUJURAN HATI
30 BAB 30 : BERTEMU FADLY
31 BAB 31 : SEMUANYA SUDAH BERLALU
32 BAB 32 : RASA SYUKUR
33 BAB 33 : MERANTAU
34 BAB 34 : SAYA TIDAK TAHU
35 BAB 35 : KESETIAAN CINTA
36 BAB 36 : ANTARA MISKIN DAN KAYA
37 BAB 37 : SAYA AKAN MENUNGGU
38 BAB 38 : KEBAHAGIAAN HIDUP
39 BAB 39 : TERLALU PAGI CINTAMU TUMBUH
40 BAB 40 : GADIS PERAWAN
41 BAB 41 : SEKUNTUM BUNGA
42 BAB 42 : VILLA DI PUNCAK
43 BAB 43 : PEMUDA IDAMAN AMANDA
44 BAB 44 : PEMUDA MISKIN
45 BAB 45 : BERPIKIRAN LUAS
46 BAB 46 : TERUSIR DARI RUMAH
47 BAB 47 : RUMAH KONTRAKAN
48 BAB 48 : MENDAPAT PEKERJAAN
49 BAB 49 : GAJIAN PERTAMA
50 BAB 50 : RATAPAN MEMILUKAN
51 BAB 51: ANAK YANG HILANG
52 BAB 52 : TANPA SYARAT
53 BAB 53 : SATU JAM LAGI
54 BAB 54 : PUTIH ABU-ABU
55 BAB 55 : OVERDOSIS
56 BAB 56 : GARA-GARA LONTONG
57 BAB 57 : TUKANG LONTONG
58 BAB 58 : TERNYATA ITU MASALAHNYA?
59 BAB 59 : AKHIR PENANTIAN
60 BAB 60 : MENGANGKAT BAHU
61 BAB 61 : PERSIAPAN YANG PANJANG
62 BAB 62 : SESUATU
63 BAB 63 : SATU TANYA TANPA JAWABAN
64 BAB 64 : PERTANYAAN YANG ANEH
65 BAB 65 : JADI RUWET
66 BAB 66 : PERTENGKARAN TERBUKA
67 BAB 67 : PERTENGKARAN MEMANAS
68 BAB 68 : POIN YANG LAIN
69 BAB 69 : PERASAAN ASING
70 BAB 70 : TITIK TERENDAH
71 BAB 71 : AMPUN DEH!
72 BAB 72 : KEISENGAN BALQIS
73 BAB 73 : SAAT PEMBALASAN
74 BAB 74 : LHO? KOK JADI BEGINI?
75 BAB 75 : TITIK!
76 BAB 76 : PASANG BADAN
77 BAB 77 : KENANGAN LAGI
78 BAB 78 : KETIADAAN ENDING
79 BAB 79 : HAI, DARLING HONEY
80 BAB 80 : JIWA ADALAH KEKAL
81 BAB 81 : ORANG GILA
82 BAB 82 : KUNCUP MAWAR ITU!
83 BAB 83 : PUTUS ASA
84 BAB 84 : PERISTIWA ULANG
85 BAB 85 : CEWEK GEBETAN GUE!
86 BAB 86 : SAYA HAMIL, DOKTER?
87 BAB 87 : MENUNGGU KEPASTIAN
88 BAB 88 : MEMINTA KEPASTIAN
89 BAB 89 : SEBUAH RENCANA
90 BAB 90 : STATUS HUBUNGAN
91 BAB 91 : TIDAK ADA KESEMPATAN
92 BAB 92 : AKU JIWA YANG LARA
93 BAB 93 : BERTEMU NABILA
94 BAB 94 : BERITA TAK TERDUGA
95 BAB 95 : PERTANGGUNGJAWABAN
96 BAB 96 : BIARLAH! BIARLAH!
97 BAB 97 : BERTEMU NABILA
98 BAB 98 : PERNIKAHAN SEMU
99 BAB 99 : MENCARI PEKERJAAN
100 BAB 100 : BANTUAN RANTI
101 Bab 101: KERAS HATI
102 BAB 102 : BERHENTI BEKERJA
103 BAB 103 : LELAKI PENGECUT
104 BAB 104 : TAMBAH BURUK
105 BAB 105 : JUJUR DAN TULUS
106 BAB 106 : SEBILAH SEMBILU
107 BAB 107 : APA LAGI?
108 BAB 108 : SEBUAH KESEPAKATAN
109 BAB 109 : TEROMBANG AMBING
110 BAB 110 : KUTUKAN TUHAN
111 BAB 111 : MIMPI YANG INDAH SEKALI
112 BAB 112 : BERTINDAK BIJAKSANA
113 BAB 113 : PERTEMUAN TERAKHIR
114 BAB 114 : KAMAR PERSALINAN
115 BAB 115 : KEPUTUSAN AKHIR
Episodes

Updated 115 Episodes

1
BAB 1 : GADIS CANTIK JELITA
2
BAB 2 : TERLALU MAHAL
3
BAB 3 : NAMAKU CINDY
4
BAB 4 : SEBUAH KENYATAAN
5
BAB 5 : CETUSAN NALURI
6
BAB 6 : KETIDAKPASTIAN
7
BAB 7 : SANDIWARA TANPA CINTA
8
BAB 8 : MERASA PESIMIS
9
BAB 9 : PISTOL DI SAKU KIMONO
10
BAB 10 : CINTA DAN NAFSU
11
BAB 11 : PELURU NYASAR
12
BAB 12 : GELORA CINTA
13
BAB 13 : SIKSAAN BATIN
14
BAB 14 : PULANG KAMPUNG
15
BAB 15 : INGATAN HENDRY
16
BAB 16 : AYAH KUMAT LAGI
17
BAB 17 : PENGAKUAN RANGGA
18
BAB 18 : SEBUAH PENGORBANAN
19
BAB 19 : RASA TANGGUNGJAWAB
20
BAB 20 : RANGGA BEBAS
21
BAB 21 : NIAT HATI
22
BAB 22 : TANAH PEMAKAMAN
23
BAB 23 : PERJODOHAN ZAHRA
24
BAB 24 : JALAN PINTAS
25
BAB 25 : JALINAN MANIS
26
BAB 26 : KOMPROMI DULU
27
BAB 27 : SEBUAH PERKENALAN
28
BAB 28 : TIDAK SECEPAT ITU
29
BAB 29 : KEJUJURAN HATI
30
BAB 30 : BERTEMU FADLY
31
BAB 31 : SEMUANYA SUDAH BERLALU
32
BAB 32 : RASA SYUKUR
33
BAB 33 : MERANTAU
34
BAB 34 : SAYA TIDAK TAHU
35
BAB 35 : KESETIAAN CINTA
36
BAB 36 : ANTARA MISKIN DAN KAYA
37
BAB 37 : SAYA AKAN MENUNGGU
38
BAB 38 : KEBAHAGIAAN HIDUP
39
BAB 39 : TERLALU PAGI CINTAMU TUMBUH
40
BAB 40 : GADIS PERAWAN
41
BAB 41 : SEKUNTUM BUNGA
42
BAB 42 : VILLA DI PUNCAK
43
BAB 43 : PEMUDA IDAMAN AMANDA
44
BAB 44 : PEMUDA MISKIN
45
BAB 45 : BERPIKIRAN LUAS
46
BAB 46 : TERUSIR DARI RUMAH
47
BAB 47 : RUMAH KONTRAKAN
48
BAB 48 : MENDAPAT PEKERJAAN
49
BAB 49 : GAJIAN PERTAMA
50
BAB 50 : RATAPAN MEMILUKAN
51
BAB 51: ANAK YANG HILANG
52
BAB 52 : TANPA SYARAT
53
BAB 53 : SATU JAM LAGI
54
BAB 54 : PUTIH ABU-ABU
55
BAB 55 : OVERDOSIS
56
BAB 56 : GARA-GARA LONTONG
57
BAB 57 : TUKANG LONTONG
58
BAB 58 : TERNYATA ITU MASALAHNYA?
59
BAB 59 : AKHIR PENANTIAN
60
BAB 60 : MENGANGKAT BAHU
61
BAB 61 : PERSIAPAN YANG PANJANG
62
BAB 62 : SESUATU
63
BAB 63 : SATU TANYA TANPA JAWABAN
64
BAB 64 : PERTANYAAN YANG ANEH
65
BAB 65 : JADI RUWET
66
BAB 66 : PERTENGKARAN TERBUKA
67
BAB 67 : PERTENGKARAN MEMANAS
68
BAB 68 : POIN YANG LAIN
69
BAB 69 : PERASAAN ASING
70
BAB 70 : TITIK TERENDAH
71
BAB 71 : AMPUN DEH!
72
BAB 72 : KEISENGAN BALQIS
73
BAB 73 : SAAT PEMBALASAN
74
BAB 74 : LHO? KOK JADI BEGINI?
75
BAB 75 : TITIK!
76
BAB 76 : PASANG BADAN
77
BAB 77 : KENANGAN LAGI
78
BAB 78 : KETIADAAN ENDING
79
BAB 79 : HAI, DARLING HONEY
80
BAB 80 : JIWA ADALAH KEKAL
81
BAB 81 : ORANG GILA
82
BAB 82 : KUNCUP MAWAR ITU!
83
BAB 83 : PUTUS ASA
84
BAB 84 : PERISTIWA ULANG
85
BAB 85 : CEWEK GEBETAN GUE!
86
BAB 86 : SAYA HAMIL, DOKTER?
87
BAB 87 : MENUNGGU KEPASTIAN
88
BAB 88 : MEMINTA KEPASTIAN
89
BAB 89 : SEBUAH RENCANA
90
BAB 90 : STATUS HUBUNGAN
91
BAB 91 : TIDAK ADA KESEMPATAN
92
BAB 92 : AKU JIWA YANG LARA
93
BAB 93 : BERTEMU NABILA
94
BAB 94 : BERITA TAK TERDUGA
95
BAB 95 : PERTANGGUNGJAWABAN
96
BAB 96 : BIARLAH! BIARLAH!
97
BAB 97 : BERTEMU NABILA
98
BAB 98 : PERNIKAHAN SEMU
99
BAB 99 : MENCARI PEKERJAAN
100
BAB 100 : BANTUAN RANTI
101
Bab 101: KERAS HATI
102
BAB 102 : BERHENTI BEKERJA
103
BAB 103 : LELAKI PENGECUT
104
BAB 104 : TAMBAH BURUK
105
BAB 105 : JUJUR DAN TULUS
106
BAB 106 : SEBILAH SEMBILU
107
BAB 107 : APA LAGI?
108
BAB 108 : SEBUAH KESEPAKATAN
109
BAB 109 : TEROMBANG AMBING
110
BAB 110 : KUTUKAN TUHAN
111
BAB 111 : MIMPI YANG INDAH SEKALI
112
BAB 112 : BERTINDAK BIJAKSANA
113
BAB 113 : PERTEMUAN TERAKHIR
114
BAB 114 : KAMAR PERSALINAN
115
BAB 115 : KEPUTUSAN AKHIR

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!