BAB 5 : CETUSAN NALURI

Musim hujan membuat bunga flamboyan tumbuh merata di ranting-ranting pohon yang menaungi kampus. Begitu pun dengan bunga-bunga lainnya yang tumbuh di taman samping induk universitas.

Rangga baru meninggalkan kampus sambil memegang map lusuh. Cuaca senja itu sangat cerah. Tapi tidak indah baginya, karena dibalik segala yang teramat mesra Rangga ternyata mengalami perasaan-perasaan aneh didalam batinnya, yaitu mengenai hubungannya dengan Cindy selama ini masih belum menemukan kepastian.

Makanya dia sedikit jengkel dengan gadis itu. Padahal dia mencintai Cindy sepenuh hatinya. Dan kejengkelan itu rasanya mengganggu bayangan kemesraan yang dibawanya dari pantai tempo hari. Mengganggu gemulungnya hati yang sedang dilanda nikmatnya cinta. Malam pun masih selalu mengganggu, tidur kurang nyenyak makanpun tidak enak. Bukan itu saja. Segalanya jadi beringsut. Membuatnya malas membaca dan mengarang. Membuatnya kepingin marah, serba salah dan segala macam yang aneh-aneh. Cuma sayangnya tak ada tempat untuk pelariannya, hingga dapat mengurangi uneg-unegnya.

Rangga terus melangkah di bawah jembatan penyeberangan, ketika tampak olehnya sebuah batu di jalan yang akan dilalui, sepatunya menendang kerikil itu hingga melesat jauh. Untung saja tidak mengenai penjual es buah yang berjualan di depan toko onderdil mobil dan motor.

Sekali pun batu kerikil itu tidak mengenai, penjual es buah dingin itu sempat melototkan mata kepada Rangga. Rupanya lelaki ini membalas melototkan mata pula dan Rangga siap menantang penjual buah dingin itu. Barangkali inilah jalan satu-satunya untuk melampiaskan uneg-unegnya. Rangga sudah mata gelap. Agaknya penjual buah dingin keder melihat mata Rangga yang melotot bagaimana ulang. Kembali si buah dingin itu menundukkan muka sambil mengiris pepaya. Rangga menghela nafas panjang sembari meneruskan langkahnya.

Lantas Herman naik bis kota jurusan Kota Agung, karena ada sedikit keperluan yang akan dibelinya. Satu pita mesin ketik dan buku phiskologi.

Namun ketika dia sampai di proyek Way Halim Permai, bagai terpaku tatkala melihat seorang gadis berjalan dengan pria setengah baya. Gadis yang berjalan sambil dipeluk pria setengah baya itu tak lain adalah Cindy. Rangga bagai disambar petir di siang hari bolong ketika menyaksikan kenyataan itu. Seperti ada getaran magnit yang membuat gadis itu menoleh kearahnya. Maka terhenti sejenak langkah gadis itu dan memandang Rangga dengan kecemasan yang dentum-dentum di dada. Rangga berbuat sama dan mata mereka saling bentrok beberapa saat.

"Ada apa Cindy?" Tegur lelaki di samping Cindy.

"Ah!, tidak ada apa-apa." Tergagap jawaban Cindy.

Lantas gadis itu melangkah lagi dengan di iringi pria setengah baya yang berada di sisinya. Rangga masih saja mengawasi kedua orang itu sampai lenyap di antara sekian banyak orang yang sedang sibuk berbelanja di super market. Rangga baru meneruskan langkahnya sambil menoleh kearah belakang, di mana Cindy dan Pria setengah tua itu menghilang di antara sekian banyak orang. Tanpa disadari oleh Rangga, dia menubruk orang yang sedang berjalan. Jelas saja orang yang di tubruk Rangga marah-marah.

"Jalan tidak lihat ke depan! Di kemanain tuh mata!." Bentak seorang wanita yang tengah berjalan sambil menggandeng anaknya.

"Saya taruh di punggung bu." Sahut Rangga sembari nyengir kuda.

"Sialan kau! Biar disambar geledek !" Wanita itu mengomel macam-macam tapi Rangga tidak ambil pusing lagi. Dia terus nyelonong pergi seraya garuk-garuk kepala yang tidak gatal.

Tahulah sekarang apa yang bersembunyi dibalik ketidak pastian Cindy untuk membalas cintanya. Alangkah pandainya dia bersilat lidah hanya sebagai penutup kedoknya belaka. Mulai detik ini aku tidak mau lagi menjadi boneka permainannya. Tidak mau lagi menjadi kambing hitamnya. Persetan dengan segala daya tarik pada dirinya yang telah menyeret aku ke dalam kencan sandiwara yang tak lucu.

Demikian rutuk hati Rangga yang penuh emosi.

Kalau toh Cindy hanya sekedar bermain sandiwara, apa artinya harus banyak dipikirkan. Lebih baik bagi Rangga menghindar sebelum keparahan itu akan dalam menyiksanya. Dengan hati yang kacau balau lelaki itu membeli keperluannya di sebuah toko alat-alat tulis.

Dan semenjak itu Rangga berusaha untuk melupakan Cindy. Tapi semakin dia berusaha

melupakan Cindy, semakin sulit baginya untuk berbuat itu. Bayangan gadis itu selalu saja bermain di benaknya tanpa mau perduli. Hari-hari yang dilaluinya gampang sekali mendatangkan kemurungan, gampang sekali mendatangkan kesepian yang baginya terasa amat sulit dicerna.

Padahal dia tahu gejala itu datang dari seorang gadis yang bernama Cindy. Hati dan perasaannya telah terpaut oleh cetusan naluri yang sulit untuk diuraikan dengan kata-kata. Itulah salah satu kalimat cinta. Hampir setiap manusia pasti akan mengalaminya, dan akan menjadi budak dari cinta itu sendiri. Manusia tidak akan mampu menentang kehendaknya bila cinta itu sudah mulai bersemi dan membelenggu dirinya. Hal ini telah terbukti bagi diri Rangga. Dia tak kuasa mengelak, meski dia tetap berusaha membunuh mati perasaannya yang sedang berbunga cinta. Faktor phiskologis nya, perasaan rindu membubuhkan cinta itu menjadi lebih berat kadarnya. Selama manusia masih memiliki perasaan rindu, berarti manusia itu masih mempunyai rasa cinta yang sempurna.

Rangga mengaku, memang terasa sulit untuk melupakan Cindy. Gadis itu telah membuahkan bunga mekar pada kalbunya yang selama ini mengharapkan kehadiran seorang gadis seperti Cindy. Paling-paling bila rasa jengkelnya datang lantaran ingat Cindy berjalan dengan pria tua itu, ia selalu menendang batu kerikil di jalan yang akan dilaluinya. 

Gumam yang terlontar dari mulutnya:

"Bangsat!."

Seperti siang itu Rangga berjalan menuju ke halte bis yang terpampang iklan pasta gigi. Langkahnya yang gontai membawanya lebih dekat kearah halte bis itu. Mendadak jantungnya menggelepar kencang. Mendadak matanya menanar menatap sesosok tubuh gadis yang berdiri anggun dibawah naungan halte bis itu.

Ya... Tuhan gadis yang berdiri anggun itu adalah Cindy. Gadis itu menatap Rangga dengan pancaran mata rindu dan gelisah. Lantas gadis itu menundukkan muka ketika melihat mata Rangga menatapnya dengan sinis. Dada Cindy terasa Sesak untuk bernafas dan sikapnya jadi berubah canggung.

Rangga berdiri di sisinya tanpa mau menegur. Diam tegak bagai batu cadas yang kokoh.

Sementara Cindy hanya berani melirik seperti anak kecil yang dimarahi ayahnya. Dengan ditekan berjuta perasaan, Cindy memberanikan diri untuk menegur Rangga.

"Baru pulang kuliah Ngga?" Suara Cindy serak.

"Yah." Jawab Rangga singkat.

"Kau membenci aku?" Ucap Cindy lagi.

"Yah." Balas Rangga singkat.

Cindy mengeluh panjang. Rangga melirik Cindy sinis. "Seharusnya kau tak boleh membenci aku." Kata Cindy parau.

"Karena kau telah membodohi aku." Hanya itu sahutan Rangga.

"Aku tidak bermaksud demikian Rangga." Balas Cindy.

"Kau terlalu pandai membawakan peranan mu. Aku tahu, aku orang yang tak mampu memberikan apa-apa kepadamu selain sekeping hati yang peruh dengan cinta kasih. Kalau mungkin yang kau cari dalam hidupmu segala bentuk kemewahan, aku akan mundur teratur. Sekali lagi, aku orang yang tak mampu membahagiakanmu dengan berdasarkan kemewahan!" Tutur Rangga beremosi.

"Kenapa jadi begini?...kenapa?" desah Cindy tersiksa.

Rangga tercenung selesai mendengar keluhan Cindy yang tersiksa. Dia sendiri tak habis mengerti kenapa gadis ini demikian tertekan perasaannya. Tak sanggup melepaskan siksaan yang jelas dalam sikapnya terlalu dibeienggu oleh ketidak wajaran. Lalu apa gerangan yang telah terjadi pada dirinya? Sayang kau tidak mau berterus terang.

"Rangga... kalau kau mau mengerti, segalanya akan berjalan secara wajar. Kita hidup di atas dunia ini hanya sebagai pelaku yang memperankan berbagai macam watak dan pembawaan. Kita tak ubahnya seperti menjalankan alur kehidupan yang tak tahu apa yang dikehendaki Tuhan sebenarnya terhadap takdir. Aku pasrah kepada NYA. Kalau takdir menghendaki aku harus menerima kenyataan yang sama sekali tak kuharapkan, aku tak bisa menolaknya." Demikian ungkapan kata hati Cindy yang panjang. Walau sesungguhnya perasaannya di lilit kepedihan dan Rangga melihat kedua mata gadis itu berlinang air mata.

Kemudian gadis itu melangkah pergi tanpa mau menoleh lagi ke arah Rangga yang masih tegak sendirian di bawah halte bis. Alangkah sombongnya, alangkah angkuhnya mentang-mentang memliki wajah cantik. Pikir Rangga setengah memaki. Sempat mata Rangga melihat saat Cindy naik ke dalam Taxi dan taxi itu melaju pergi. Langkah-langkah Rangga gontai dengan disertai wajah murung meninggalkan halte bis itu.

Hatinya benar-benar sakit. Betapapun demikian cinta di dadanya masih berjelora bagai nafasnya yang belum terhenti. Kapan lagi dia bisa bertemu dengan gadis itu dan mau mengungkapkan problem pribadinya. Kalau segala latar belakangnya sudah terungkap jelas, Rangga baru bisa mengambil kesimpulan kenapa Cindy seangkuh itu, macam gunung yang tak bisa tergeser.

Episodes
1 BAB 1 : GADIS CANTIK JELITA
2 BAB 2 : TERLALU MAHAL
3 BAB 3 : NAMAKU CINDY
4 BAB 4 : SEBUAH KENYATAAN
5 BAB 5 : CETUSAN NALURI
6 BAB 6 : KETIDAKPASTIAN
7 BAB 7 : SANDIWARA TANPA CINTA
8 BAB 8 : MERASA PESIMIS
9 BAB 9 : PISTOL DI SAKU KIMONO
10 BAB 10 : CINTA DAN NAFSU
11 BAB 11 : PELURU NYASAR
12 BAB 12 : GELORA CINTA
13 BAB 13 : SIKSAAN BATIN
14 BAB 14 : PULANG KAMPUNG
15 BAB 15 : INGATAN HENDRY
16 BAB 16 : AYAH KUMAT LAGI
17 BAB 17 : PENGAKUAN RANGGA
18 BAB 18 : SEBUAH PENGORBANAN
19 BAB 19 : RASA TANGGUNGJAWAB
20 BAB 20 : RANGGA BEBAS
21 BAB 21 : NIAT HATI
22 BAB 22 : TANAH PEMAKAMAN
23 BAB 23 : PERJODOHAN ZAHRA
24 BAB 24 : JALAN PINTAS
25 BAB 25 : JALINAN MANIS
26 BAB 26 : KOMPROMI DULU
27 BAB 27 : SEBUAH PERKENALAN
28 BAB 28 : TIDAK SECEPAT ITU
29 BAB 29 : KEJUJURAN HATI
30 BAB 30 : BERTEMU FADLY
31 BAB 31 : SEMUANYA SUDAH BERLALU
32 BAB 32 : RASA SYUKUR
33 BAB 33 : MERANTAU
34 BAB 34 : SAYA TIDAK TAHU
35 BAB 35 : KESETIAAN CINTA
36 BAB 36 : ANTARA MISKIN DAN KAYA
37 BAB 37 : SAYA AKAN MENUNGGU
38 BAB 38 : KEBAHAGIAAN HIDUP
39 BAB 39 : TERLALU PAGI CINTAMU TUMBUH
40 BAB 40 : GADIS PERAWAN
41 BAB 41 : SEKUNTUM BUNGA
42 BAB 42 : VILLA DI PUNCAK
43 BAB 43 : PEMUDA IDAMAN AMANDA
44 BAB 44 : PEMUDA MISKIN
45 BAB 45 : BERPIKIRAN LUAS
46 BAB 46 : TERUSIR DARI RUMAH
47 BAB 47 : RUMAH KONTRAKAN
48 BAB 48 : MENDAPAT PEKERJAAN
49 BAB 49 : GAJIAN PERTAMA
50 BAB 50 : RATAPAN MEMILUKAN
51 BAB 51: ANAK YANG HILANG
52 BAB 52 : TANPA SYARAT
53 BAB 53 : SATU JAM LAGI
54 BAB 54 : PUTIH ABU-ABU
55 BAB 55 : OVERDOSIS
56 BAB 56 : GARA-GARA LONTONG
57 BAB 57 : TUKANG LONTONG
58 BAB 58 : TERNYATA ITU MASALAHNYA?
59 BAB 59 : AKHIR PENANTIAN
60 BAB 60 : MENGANGKAT BAHU
61 BAB 61 : PERSIAPAN YANG PANJANG
62 BAB 62 : SESUATU
63 BAB 63 : SATU TANYA TANPA JAWABAN
64 BAB 64 : PERTANYAAN YANG ANEH
65 BAB 65 : JADI RUWET
66 BAB 66 : PERTENGKARAN TERBUKA
67 BAB 67 : PERTENGKARAN MEMANAS
68 BAB 68 : POIN YANG LAIN
69 BAB 69 : PERASAAN ASING
70 BAB 70 : TITIK TERENDAH
71 BAB 71 : AMPUN DEH!
72 BAB 72 : KEISENGAN BALQIS
73 BAB 73 : SAAT PEMBALASAN
74 BAB 74 : LHO? KOK JADI BEGINI?
75 BAB 75 : TITIK!
76 BAB 76 : PASANG BADAN
77 BAB 77 : KENANGAN LAGI
78 BAB 78 : KETIADAAN ENDING
79 BAB 79 : HAI, DARLING HONEY
80 BAB 80 : JIWA ADALAH KEKAL
81 BAB 81 : ORANG GILA
82 BAB 82 : KUNCUP MAWAR ITU!
83 BAB 83 : PUTUS ASA
84 BAB 84 : PERISTIWA ULANG
85 BAB 85 : CEWEK GEBETAN GUE!
86 BAB 86 : SAYA HAMIL, DOKTER?
87 BAB 87 : MENUNGGU KEPASTIAN
88 BAB 88 : MEMINTA KEPASTIAN
89 BAB 89 : SEBUAH RENCANA
90 BAB 90 : STATUS HUBUNGAN
91 BAB 91 : TIDAK ADA KESEMPATAN
92 BAB 92 : AKU JIWA YANG LARA
93 BAB 93 : BERTEMU NABILA
94 BAB 94 : BERITA TAK TERDUGA
95 BAB 95 : PERTANGGUNGJAWABAN
96 BAB 96 : BIARLAH! BIARLAH!
97 BAB 97 : BERTEMU NABILA
98 BAB 98 : PERNIKAHAN SEMU
99 BAB 99 : MENCARI PEKERJAAN
100 BAB 100 : BANTUAN RANTI
101 Bab 101: KERAS HATI
102 BAB 102 : BERHENTI BEKERJA
103 BAB 103 : LELAKI PENGECUT
104 BAB 104 : TAMBAH BURUK
105 BAB 105 : JUJUR DAN TULUS
106 BAB 106 : SEBILAH SEMBILU
107 BAB 107 : APA LAGI?
108 BAB 108 : SEBUAH KESEPAKATAN
109 BAB 109 : TEROMBANG AMBING
110 BAB 110 : KUTUKAN TUHAN
111 BAB 111 : MIMPI YANG INDAH SEKALI
112 BAB 112 : BERTINDAK BIJAKSANA
113 BAB 113 : PERTEMUAN TERAKHIR
114 BAB 114 : KAMAR PERSALINAN
115 BAB 115 : KEPUTUSAN AKHIR
Episodes

Updated 115 Episodes

1
BAB 1 : GADIS CANTIK JELITA
2
BAB 2 : TERLALU MAHAL
3
BAB 3 : NAMAKU CINDY
4
BAB 4 : SEBUAH KENYATAAN
5
BAB 5 : CETUSAN NALURI
6
BAB 6 : KETIDAKPASTIAN
7
BAB 7 : SANDIWARA TANPA CINTA
8
BAB 8 : MERASA PESIMIS
9
BAB 9 : PISTOL DI SAKU KIMONO
10
BAB 10 : CINTA DAN NAFSU
11
BAB 11 : PELURU NYASAR
12
BAB 12 : GELORA CINTA
13
BAB 13 : SIKSAAN BATIN
14
BAB 14 : PULANG KAMPUNG
15
BAB 15 : INGATAN HENDRY
16
BAB 16 : AYAH KUMAT LAGI
17
BAB 17 : PENGAKUAN RANGGA
18
BAB 18 : SEBUAH PENGORBANAN
19
BAB 19 : RASA TANGGUNGJAWAB
20
BAB 20 : RANGGA BEBAS
21
BAB 21 : NIAT HATI
22
BAB 22 : TANAH PEMAKAMAN
23
BAB 23 : PERJODOHAN ZAHRA
24
BAB 24 : JALAN PINTAS
25
BAB 25 : JALINAN MANIS
26
BAB 26 : KOMPROMI DULU
27
BAB 27 : SEBUAH PERKENALAN
28
BAB 28 : TIDAK SECEPAT ITU
29
BAB 29 : KEJUJURAN HATI
30
BAB 30 : BERTEMU FADLY
31
BAB 31 : SEMUANYA SUDAH BERLALU
32
BAB 32 : RASA SYUKUR
33
BAB 33 : MERANTAU
34
BAB 34 : SAYA TIDAK TAHU
35
BAB 35 : KESETIAAN CINTA
36
BAB 36 : ANTARA MISKIN DAN KAYA
37
BAB 37 : SAYA AKAN MENUNGGU
38
BAB 38 : KEBAHAGIAAN HIDUP
39
BAB 39 : TERLALU PAGI CINTAMU TUMBUH
40
BAB 40 : GADIS PERAWAN
41
BAB 41 : SEKUNTUM BUNGA
42
BAB 42 : VILLA DI PUNCAK
43
BAB 43 : PEMUDA IDAMAN AMANDA
44
BAB 44 : PEMUDA MISKIN
45
BAB 45 : BERPIKIRAN LUAS
46
BAB 46 : TERUSIR DARI RUMAH
47
BAB 47 : RUMAH KONTRAKAN
48
BAB 48 : MENDAPAT PEKERJAAN
49
BAB 49 : GAJIAN PERTAMA
50
BAB 50 : RATAPAN MEMILUKAN
51
BAB 51: ANAK YANG HILANG
52
BAB 52 : TANPA SYARAT
53
BAB 53 : SATU JAM LAGI
54
BAB 54 : PUTIH ABU-ABU
55
BAB 55 : OVERDOSIS
56
BAB 56 : GARA-GARA LONTONG
57
BAB 57 : TUKANG LONTONG
58
BAB 58 : TERNYATA ITU MASALAHNYA?
59
BAB 59 : AKHIR PENANTIAN
60
BAB 60 : MENGANGKAT BAHU
61
BAB 61 : PERSIAPAN YANG PANJANG
62
BAB 62 : SESUATU
63
BAB 63 : SATU TANYA TANPA JAWABAN
64
BAB 64 : PERTANYAAN YANG ANEH
65
BAB 65 : JADI RUWET
66
BAB 66 : PERTENGKARAN TERBUKA
67
BAB 67 : PERTENGKARAN MEMANAS
68
BAB 68 : POIN YANG LAIN
69
BAB 69 : PERASAAN ASING
70
BAB 70 : TITIK TERENDAH
71
BAB 71 : AMPUN DEH!
72
BAB 72 : KEISENGAN BALQIS
73
BAB 73 : SAAT PEMBALASAN
74
BAB 74 : LHO? KOK JADI BEGINI?
75
BAB 75 : TITIK!
76
BAB 76 : PASANG BADAN
77
BAB 77 : KENANGAN LAGI
78
BAB 78 : KETIADAAN ENDING
79
BAB 79 : HAI, DARLING HONEY
80
BAB 80 : JIWA ADALAH KEKAL
81
BAB 81 : ORANG GILA
82
BAB 82 : KUNCUP MAWAR ITU!
83
BAB 83 : PUTUS ASA
84
BAB 84 : PERISTIWA ULANG
85
BAB 85 : CEWEK GEBETAN GUE!
86
BAB 86 : SAYA HAMIL, DOKTER?
87
BAB 87 : MENUNGGU KEPASTIAN
88
BAB 88 : MEMINTA KEPASTIAN
89
BAB 89 : SEBUAH RENCANA
90
BAB 90 : STATUS HUBUNGAN
91
BAB 91 : TIDAK ADA KESEMPATAN
92
BAB 92 : AKU JIWA YANG LARA
93
BAB 93 : BERTEMU NABILA
94
BAB 94 : BERITA TAK TERDUGA
95
BAB 95 : PERTANGGUNGJAWABAN
96
BAB 96 : BIARLAH! BIARLAH!
97
BAB 97 : BERTEMU NABILA
98
BAB 98 : PERNIKAHAN SEMU
99
BAB 99 : MENCARI PEKERJAAN
100
BAB 100 : BANTUAN RANTI
101
Bab 101: KERAS HATI
102
BAB 102 : BERHENTI BEKERJA
103
BAB 103 : LELAKI PENGECUT
104
BAB 104 : TAMBAH BURUK
105
BAB 105 : JUJUR DAN TULUS
106
BAB 106 : SEBILAH SEMBILU
107
BAB 107 : APA LAGI?
108
BAB 108 : SEBUAH KESEPAKATAN
109
BAB 109 : TEROMBANG AMBING
110
BAB 110 : KUTUKAN TUHAN
111
BAB 111 : MIMPI YANG INDAH SEKALI
112
BAB 112 : BERTINDAK BIJAKSANA
113
BAB 113 : PERTEMUAN TERAKHIR
114
BAB 114 : KAMAR PERSALINAN
115
BAB 115 : KEPUTUSAN AKHIR

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!