"Sergio."
"Hm?"
"Lo suka sama gue?"
Basreng pedas yang lagi dikunyah oleh Sergio langsung membuatnya tersedak. Dia menepuk-nepuk dadanya dan terlihat akan menangis akibat sesak, tapi Kalista cuma menatap polos tanpa sedikitpun berpikir harus mengulurkan air.
Ngapain? Orang airnya dia ada di dekat tangan juga.
Butuh waktu lama kelihatannya agar Sergio meredakan batuk-batuk itu. Dia mengusap matanya yang berair, lantas menatap gadis tidak berperasaan yang cuma menontonnya dari tadi tanpa bantuan.
Sergio merinding.
"Maksud lo?"
"Maksudnya? Emangnya pertanyaan 'lo suka gue' tuh harus ada maksudnya lagi?"
Kayaknya tidak, deh.
"Gue kan enggak ngomong 'Sergio, do you have a crush on me?'. Ya itu ada maksudnya soalnya bahasa Inggris. Lo mungkin aja enggak ngerti tapi kalo bahasa Indonesia, masa lo nanya maksudnya lagi? Lo enggak ngerti bahasa Indonesia?"
Sergio mendadak pening mendengar ocehan itu.
Yaiya sih dia benar juga. Cuma ya benar tapi tidak benar.
Akh, terserahlah.
"Gimana gue bisa suka padahal baru ketemu lo?"
Kalista memicing. "Maksud gue tuh bukan cinta, dasar bucin. Maksud gue tuh lo suka, suka sama gue atau enggak?! Lo tertarik sama gue sebagai lawan jenis atau enggak!"
Buset. Kok dia ngegas?
"Akh, dasar orang kaya. Uang lo kebanyakan makanya otak lo enggak diisi apa-apa."
Urat-urat kesal muncul di kening Sergio. "Ya maksud gue, maksud lo apa nanya gituan? Lo mau gue suka sama lo, gitu?" balasnya sedikit agresif, karena bete dikatai otak kosong.
"Enggak level banget gue pengen orang kayak lo suka."
Kalista bahkan bergumam 'amit-amit' lalu membuang sialnya dengan tangan seperti membuang batu.
"Maksud gue tuh, si Om Enggak Guna kesel sama lo karena lo ngeliatin gue! Lagian gue tau yah lo emang ngeliatin gue! Mata lo ngeliatin badan gue! Ngaku lo!"
Mendadak Sergio berdehem.
Ya itu spontan, soalnya dia cantik dan pakaiannya terbuka.
Laki-laki paling setia di dunia ini pun pasti bakal melirik kalau melihat ada yang cantik. Setia kan masalah hati, mata urusan lain.
Tidak semua yang muncul di mata bakal jatuh di hati.
"Sori kalo lo tersinggung."
Kalista malah berdecak. "Maksud gue, kalo lo suka sama gue secara fisik, ya gue bisa bikin si Om Enggak Guna jadi kesel."
Orang itu diam sejenak, tapi mungkin dia memang agak pintar karena pelan-pelan dia tampak mengerti.
"Oh, gitu." Dia mengangguk-angguk. "Terus?"
"Lo mesti jadi pacar gue."
"HAH?!"
Kalista melirik tajam pada pemuda berusia tujuh belas tahun itu. Kenapa dia terkejut luar biasa seakan-akan mendengar bakal ada perang dunia ketiga dan dia mau kabur ke Mars?
"Pura-pura," ucap Sergio, menambahkan sendiri. Lalu dia terlihat lega seakan dia tidak jadi dimakan monster. "Oke, pura-pura. Gue ngerti."
Orang ini apa Kalista tendang saja bokongnya?
"Tapi," Sergio berdehem, sekaligus mengalihkan pandangan dari sorot menakutkan Kalista, "tapi kan kita baru ketemu. Masa langsung pacaran?"
"Terus?"
"Terus?" Sergio membeo.
"Emangnya dia bakal tau kalo lo sama gue janjian pura-pura jadian?"
Mustahillah dia tahu, kecuali dia diberitahu.
"Malah lebih bagus." Kalista tersenyum lebar, sangat antusias memikirkan ekspresi Rahadyan nanti. "Dia enggak suka lo sama gue deket-deket, tapi kita baru ketemu terus jadian. Dia pasti bakal teriak-teriak enggak jelas lagi."
Sergio diam-diam mengusap lengannya, berusaha tidak merinding.
Makin lama diperhatikan, Kalista kayaknya semakin menakutkan. Kenapa pula dia harus melakukan semua ini?
"Pokoknya lo jadi pacar gue jadi enggak usah banyak omong!"
Bukankah di film-film itu seharusnya kalimat Sergio sebagai cowok? Ia berteriak 'pokoknya lo pacar gue sekarang, titik!' lalu Kalista yang tidak berdaya.
Tapi kok malah ....
Ini namanya salah peran.
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments