"Kalista, kamu mau Oma pindahin ke sekolah pilihan Oma, enggak masalah, kan?"
Selesai acara makan kepiting dan Kalista kenyang bukan main, Oma langsung memberitahunya hal itu. Mau tak mau Kalista batal beranjak ke kamar, duduk dulu menyelesaikan pembicaraan.
"Iya," jawabnya singkat, karena masih tidak mau terlalu dekat.
"Ohiya, Oma juga udah manggil sepupu kamu ke sini buat ngajarin kamu. Dia lebih tua dua tahun, tapi anaknya baik jadi kamu sama dia temenan, yah."
Hah? Mengajari Kalista?
Maksudnya mengajari apa? Mengajari cara hidup orang kaya atau mengajari sopan santun konglomerat?
"Kenapa, Nak?" Opa Sutomo menepuk punggungnya karena Kalista tidak menjawab iya. "Kamu enggak mau? Kalau kamu enggak mau, bilang aja sama Opa. Enggak ada yang maksa kamu."
Kalista barusan kesal mendengar kata 'mengajari' tapi entah kenapa, sekali lagi ia merasa dipaksa patuh, cuma bisa berkata, "Enggak pa-pa."
Di seberang meja, Rahadyan memerhatikan ekspresi anaknya yang mendadak jinak.
Jadi begitu, pikir Rahadyan. Nampaknya biarpun anak ini tidak terlalu suka pada yang lain, dia langsung luluh pada Opa-nya.
Itu juga misteri kenapa Raynar dan Rahadyan jarang bisa akrab dengan anak kecil, tapi Sutomo malah tidak pernah ditakuti. Malah, Papa-nya lebih gampang disukai daripada Mama.
Apa kusuruh aja dia gaul sama Papa? Mau tak mau Rahadyan berpikir begitu. Siapa tau entar dia waras lama-lama dimanjain Papa.
Tapi sebelum bisa memutuskan apakah ia tempatkan Sutomo jadi pengasuh Kalista atau tidak, anak itu sudah beranjak.
Lalu dia memanggil, "Om."
Satu-satunya Om dia di sini adalah Raynar, tapi satu-satunya yang dia panggil Om selama ini cuma Rahadyan. Jadi spontan Rahadyan menyajut, "Apa?"
Yang bikin syok dia malah berbalik pergi, lengkap dengan seraut wajah merengut.
Jelas saja Rahadyan tercengang.
Hello? Apakah yang merasuki dia sebenarnya?
Cassandra tertawa geli melihat itu. "Mungkin dia mau ngomong sama Abang. Maksudnya suruh nyusul."
Kenapa dia tidak bicara langsung?!
Sungguh sebuah misteri. Tapi ujung-ujungnya Rahadyan beranjak juga, menyusul dia naik.
Ternyata benar dia mau bicara dan meminta Rahadyan menyusul. Soalnya anak itu tidak sampai ke kamar, melainkan bersedekap di dekat tangga.
Gesturnya sangat sembrono.
"Kamu mau apa?" tanya Rahadyan pelan, bersabar sebagai orang waras.
"Aku enggak bisa tidur."
Setelah dia tidur dua harian sampai tidak mau turun makan? Itu yang dia sebut tidak bisa tidur?
"Terus?"
Anak itu langsung melotot mendengar balasan Rahadyan. "Ya terus Om mesti tanggung jawab!"
Hah?
Rahadyan benar-benar tidak percaya kalau makhluk di depannya ini anak kandungnya sendiri.
Serius? Haruskah Rahadyan tes DNA ulang?
"Saya enggak ngerti. Maksudnya tanggung jawab apa?"
Kalista menatap Rahadyan seolah dia benar-benar orang bodoh yang tidak bisa diharapkan. "Om yang bawa saya ke sini ya Om juga dong yang tanggung jawab saya enggak bisa tidur! Gimana sih?! Om tuh enggak guna banget!"
Bukankah itu cuma bisa dilakukan kalau dia mau berkomunikasi secara normal?
Permisi? Apakah dia mau mengajak Rahadyan bicara secara normal? Dari tadi dia menganggap Rahadyan hantu, sekarang minta dirinya tanggung jawab.
Sekarang aku ngerti kenapa banyak anak sama dengan (\=) banyak uban. Rahadyan menghela napas panjang.
"Terus kamu mau apa? Bilang sama saya kalo kamu mau sesuatu."
"Ya mana saya tau!" Kalista membuang muka. "Pokoknya saya enggak bisa tidur di sini! Kalo Om enggak bisa ngapa-ngapain, saya mau pulang aja ke kontrakan saya!"
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Emily
😂😂😂😂
2023-11-16
0