Chapter 20

Ah, memikirkan masa lalu yang tak ada manisnya itu membuat Caca semalaman suntuk tak dapat tidur. Lagian Caca sendiri tidak mengerti kenapa dirinya kembali mengingat masa itu. Yang tak seharusnya ia ingat lagi.

Belum lagi morning sickness yang ia alami membuat tubuhnya lemas tak berdaya. Padahal pagi ini ia harus kuliah dan sorenya lanjut kerja.

Dengan malas Caca pun bersiap pergi ke kampus. Seperti biasa ia hanya sarapan sehelai roti tawar dan segelas susu hamil. Setelah itu ia pun berangkat ke kampus menggunakan taksi karena merasa tak sanggup jika mengendarai mobil sendiri.

Sesampainya di kampus, tiba-tiba Caca merasa aneh karena dirinya menjadi pusat perhatian semua orang. Caca melihat sekeliling dengan raut bingung karena mendapat tatapan remeh dari mereka.

Tak ingin ambil pusing, Caca pun bergegas menuju ruang kelas. Sayangnya di sana pun ia mendapat tatapan aneh dari semua orang. Karena merasa tak nyaman, alhasil Caca pun bertanya pada salah satu mahasiswa yang duduk di sebelahnya.

"Kenapa lo liatin gue gitu?" Tanyanya dengan tatapan serius. Membuat pemuda itu kaget dan langsung menjawab.

"Lo cek aja website kampus kita." Setelah menjawab pemuda itu pun menjauh dari Caca.

Caca mengerut bingung dan segera mengambil ponselnya dan mengecek website yang pemuda itu maksud. Dan betapa kagetnya ia saat melihat berita tentang dirinya. Di sana terdapat foto dirinya dan tertulis caption 'Maba kedokteran berusaha menutupi kehamilannya karena hamil di luar nikah.'

Melihat itu amarah Caca pun tersulut. Ditatapnya semua orang yang sejak tadi terus berbisik dengan lirikan tajam mereka yang ditujukan untuknya.

Caca menyambar tasnya dan langsung meninggalkan kelas. Ia melangkah cepat menuju ruang dekan. Sayangnya ia ditolak karena dekan tengah ada meeting. Alhasil Caca pun beranjak ke ruang BEM.

Tentu saja semua orang kaget dengan kedatangan Caca. Apa lagi satu kampus sudah tahu tentang berita itu.

Caca menatap semua orang dengan keberanian penuh. "Siapa yang publis berita itu?" Tanyanya dengan tegas.

Namun tak ada yang berani menjawab, bahkan sebagian dari mereka mengabaikan keberadaannya.

"Oke kalau gak ada yang mau jawab, saya akan langsung laporin masalah ini ke dekan atau mungkin rektor. Kalian udah nyebarin berita hoax, tanggung sendiri resikonya." Kecam Caca yang hendak pergi dari sana. Namun seorang wanita langsung menghadangnya.

"Maba aja sok belagu. Emang siapa yang takut elo laporin berita itu ke rektor hem? Kita punya bukti kok kalau elo hamil di luar nikah." Wanita itu tersenyum mengejek. "Baru aja masuk udah mau jelekin nama kampus, gak tahu malu."

Caca menatap wanita di depannya itu tajam. "Oh, jadi lo yang nyebarin berita itu?"

Wanita itu melipat kedua tangannya di dada lalu tersenyum mengejek. "Kalau iya kenapa? Kalau emang elo gak hamil diluar nikah. Ngapain sembunyiin perut buncit elo itu hem?"

Caca balas tersenyum mengejek. "Oke, karena elo udah ngaku. Semua orang yang ada di sini akan jadi saksinya. Elo harus terima resikonya karena udah nyebarin fitnah."

"Ada apa ini?" Tanya seorang pemuda tampan yang baru saja masuk.

"Eh, gak ada apa-apa kok." Sahut wanita yang tak diketahui namanya itu langsung merubah raut wajahnya menjadi sok imut. Caca mendengus pelan melihatnya.

Pemuda itu menatap Caca lekat, tatapan yang sulit di artikan.

"Saya mau ngasih keluhan, Anda BEM kan?" Tanya Caca dengan nada dingin. Ia sama sekali tidak peduli siapa yang dihadapinya saat ini.

Pemuda itu mengangguk dengan pandangan tak lepas dari Caca.

"Saya gak terima berita saya tersebar seisi kampus, itu fitnah. Harusnya pihak kampus cari tahu dulu kebenarannya sebelum publis berita. Saya memang hamil, tapi ini anak sah. Bukan anak diluar nikah." Tegasnya penuh penekanan. "Kalau gak percaya, ayo kita menghadap rektor sekalian. Di sana saya akan tunjukin buktinya. Saya gak terima nama baik saya tercoreng cuma gara-gara oknum sok berkuasa kayak kalian."

Caca menatap sengit wanita di depannya itu.

Pemuda bernama Kevin itu pun memijat pangkal hidungnya. "Tiara, aku udah bilang kan jangan sembarangan nyebarin berita yang belum jelas kebenarannya." Semburnya pada wanita yang bernama Tiara itu.

"Tapi...."

"Semuanya udah terlanjur tersebar, nama saya juga udah jelek di mata semua orang. Sebagai pemimpin, harusnya Anda lebih bijak dan tegas sama bawahan. Saya memang mahasiswi baru, tapi saya juga punya hak perlindungan privasi di kampus ini. Saya akan tetap meloporkan hal ini pada dekan dan juga rektor. Kalau bisa saya lapor juga ke pihak berwajib." Potong Caca yang langsung beranjak pergi dari sana.

Bumil itu pun kembali mendatangi ruang dekan karena ingin secepatnya meluruskan masalah ini. Sayangnya ia lagi-lagi ditolak dengan berbagai alasan seolah sengaja tak ingin dirinya masuk. Bahkan Caca juga berusaha mendatangi rektor, tetapi ia harus kecewa lagi karena saat ini Pak Rektor sedang di luar kota. Sedangkan beritanya semakin menyebar seisi kampus. Atau bahkan sudah menyebar ke luar sana tanpa sepengetahuan Caca. Kepala Caca pusing sekarang.

Caca terduduk lemas di bangku taman kampus, air matanya luruh begitu saja. Hatinya sangat sakit saat semua orang mengatakan anak dalam perutnya adalah anak haram. Padahal itu sama sekali tidak benar. Anak dalam perutnya anak sah, meski kehadirannya hanya karena kesalahan satu malam.

Saat Caca tengah menangis sendirian di taman, tiba-tiba terdengar suara pengumuman jika semua mahasiswa diminta ke aula tanpa terkecuali. Caca pun segera menghapus air matanya dan beranjak menuju aula.

Langkahnya terhenti saat dirinya sudah hampir tiba di aula. "Sebenarnya kenapa semua orang diminta berkumpul di aula?"

Caca benar-benar bingung bercampur takut sekarang. Bagaimana jika dirinya akan dipermalukan lagi?

"Ayo masuk." Ajak seseorang yang sudah berdiri di sebelah Caca. Spontan bumil itu pun menoleh.

"Daddy?" Mata Caca terbelalak saat melihat Regar ada di sana. Bahkan lelaki paruh baya itu memakai pakaian formal.

Regar tertawa kecil. "Jangan kaget gitu. Daddy salah satu investor di kampus ini, jelas Daddy tahu berita buruk apa aja yang ada di kampus ini."

Mata Caca berkaca-kaca, di saat dirinya merasa buntu. Ternyata Tuhan masih berbaik hati dengan mengirimkan bantuan dalam bentuk Regar.

Regar tersenyum seraya mengacak rambut Caca. "Udah jangan nangis. Daddy gak akan biarin siapa pun ganggu kamu dan calon cucu Daddy. Berita ini juga gak akan tersebar ke luar. Daddy udah minta nutup beritanya." Diusapnya perut Caca dengan lembut.

"Makasih, Dad. Caca bingung tadi harus ngapain. Nama Caca udah tersebar di mana-mana." Air mata Caca pun akhirnya lolos juga. Tentu saja itu air mata haru. Regar tersenyum lalu mengusap kepala Caca penuh sayang.

"Ya udah, yuk masuk." Ajak Regar. Caca pun mengangguk lalu mereka begegas masuk.

Saat Caca masuk bersama Regar. Sontak suasana pun semakin gaduh dan terdengar beberapa tanggapan dari mereka. Bahkan tak jarang dari mereka yang menyimpulkan jika Regar adalah ayah dari anak dalam perut Caca. Apa lagi Regar memperlakukan Caca layaknya seorang putri bahkan keduanya duduk bersebelahan.

Bukan hanya itu, dekan yang tadi tak mau Caca temui pun kini sudah hadir di sana dengan waja pucat. Caca yang melihat itu merasa bingung.

Kenapa suasananya jadi mencekam gini ya? Batin Caca.

"Cih, bener kan dugaan gue. Dia itu simpenan Om-om. Langsung ngadu deh tu sama Sugar Daddy-nya." Cibir Tiara yang langsung dapat tatapan tajam dari Kevin. Tiara berdecak sebal karena Kevin masih saja memebela Caca.

Tidak lama rektor pun datang dengan tergesa. Tentu saja semua orang merasa heran. Pasalnya semua jajaran tinggi ikut hadir di sana.

"Lho, bukannya Pak Rektor lagi di luar kota ya?" Gumam Caca yang masih di dengar oleh Regar.

"Daddy yang minta dia datang." Bisik Regar yang lagi-lagi membuat Caca kaget. Ditatapnya Regar curiga, pasalnya semua orang terlihat pucat saat melihat mantan Ayah mertuanya itu.

"Pak Regar. Maaf saya terlambat." Ucap Rektor itu memberikan hormat pada Regar. Sedangkan Regar hanya mengangguk dengan raut wajah tak senang. Jelas Caca pun semakin bingung karena ia sama sekali tidak tahu jika Regar adalah investor terbesar di kampusnya itu.

Regar bangkit dari duduknya, sontak Rektor yang baru saja hendak duduk pun bangun kembali. Caca juga hendak bengun, tetapi Regar langsung menahannya dan memintanya untuk tetap duduk.

Caca menatap ke semua orang yang juga tengah menatapnya dengan berbagai tatapan menilai. Namun ia mencoba mengabaikan itu dan mempercayai Regar bisa meluruskan semuanya. Dan ia pun duduk dengan tenang di sana.

Terpopuler

Comments

Aska

Aska

update lagi Thor pengen baca kelanjutannya Tiara dikeluarkan dari kampus

2023-04-26

0

Pujiastuti

Pujiastuti

lanjut kak nanggung bacanya jadi penasaran nih,,,,,,

tetap semangat kak 💪💪💪💪

2023-04-25

0

Roslina Dewi

Roslina Dewi

ck...bikin penisirin si author😤

2023-04-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!