Berhubung pengunjung cukup ramai, para karyawan pun makan siang secara bergantian. Dan saat ini giliran Kiano, dengan badan yang sudah dibanjiri peluh pemuda itu beranjak menuju ruang istirahat. Sebelum itu ia menyempatkan diri mencuci wajahnya lebih dulu.
Entah kebetulan atau apa, ternyata Caca juga sedang makan sendirian di sana. Dan gadis itu hanya makan roti tawar dan minum air mineral.
Kiano mengambil jatah makannya lalu duduk di hadapan Caca. Spontan Caca pun kaget dan menatapnya heran. Namun detik berikutnya ia memutar bola matanya malas. "Tempat lain masih luas, No." Kesalnya.
Sayangnya pemuda itu tampak acuh dan lanjut makan karena ingin memanfaatkan waktu mereka hanya sedikit dengan baik.
Caca pun kembali melahap roti tawarnya karena sampai saat ini ia masih belum bisa makan nasi. Dipaksa pun percuma karena itu akan dimuntahkannya kembali. Sesekali ia melihat cara makan Kiano. Di mana pemuda itu terlihat pemilih karena menyingkirkan beberapa makanan yang tidak ia sukai, terutama sayuran.
"Gak pernah berubah." Celetuk Caca yang berhasil mencuri perhatian Kiano.
"Kenapa?" Tanya Kiano penasaran.
"Gak papa." Sahut Caca kembali melahap sisa rotinya. Kiano terus memperhatikannya.
"Kenapa cuma makan itu?" Tanya Kiano pada akhirnya. "Mual?"
Caca mengangguk kecil. Alhasil Kiano pun bergeser agak menjauh, dan itu membuat Caca heran.
"Takut kamu mual." Kata Kiano seolah bisa membaca pikiran Caca.
"Gue mual kalau makanan itu masuk mulut." Ketus Caca, seperti memberi tahu Kiano tidak perlu menjauh.
Mendengar itu Kiano pun kembali duduk di posisi semula. Tentu saja Caca kaget melihat tingkah aneh mantan suaminya itu. "Tumben mau deket-deket? Dulu juga jaga jarak lima meter." Sindirnya.
Kiano hanya meliriknya sekilas lalu lanjut makan.
Caca mendengus sebal. "Kenapa lo kerja di sini?"
"Takdir mungkin." Jawab Kiano sekenanya. Dan itu membuat Caca memutar bola matanya jengah.
"Kamu sendiri kenapa lebih milih jadi barista? Masih ada pekerjaan lain yang lebih ringan, Ca. Kalau memang kamu pengen banget kerja." Kiano menatapnya lekat.
"Gue gak akan bahayain anak elo, dia juga anak gue kan? Gue tahu mana yang baik dan buruk buat diri sendiri." Kesal Caca karena tahu Kiano hanya mencemaskan anak dalam perutnya. Lalu meninggalkan mantan suaminya itu dengan perasaan dongkol.
Ck, kenapa gue kesel sih pas tahu dia cuma cemasin anaknya. Gak, lo gak boleh ngarep apa pun dari si brengsek itu. Menyebalkan. Batin Caca sadar dengan perasaannya sendiri. Diusap perutnya dengan lembut. Berharap anaknya tak mirip dengan Kiano karena dirinya sangat membenci lelaki itu.
"Papa kamu ngeselin banget, minta disleding kayaknya." Gerutunya seraya meninggalkan ruangan istirahat. Tentu saja ucapannya itu di dengar oleh Lia yang berpapasan dengannya. Ditatapnya punggung Caca dengan sebal. Ia iri karena Caca bisa dapat suami setampan Kiano. Karena sampai detik ini ia tidak pernah berhasil menggaet pria tampan satu pun.
Baru saja Kiano hendak bangkit, Lia lebih dulu duduk di sampingnya. Tentu saja Kiano kaget dan mengurungkan niatnya untuk bangun.
"Eh? Udah selesai ya?" Tanya Lia pura-puta kaget seraya menempelkan dada besarnya di lengan Kiano. Buru-buru Kiano menjauh dan bangun dari posisinya.
"Saya duluan." Setelah mengatakan itu Kiano pun langsung pergi. Sontak Lia pun menggeram kesal karena lagi-lagi diabaikan oleh pria tampan.
"Semua cowok ganteng sama aja, sok jual mahal." Sinisnya seraya melahap makanan dengan sebal.
****
Restoran itu pun benar-benar sibuk sampai malam. Sekitar pukul sepuluh mereka semua baru bisa bersantai dan lanjut beberes karena akan segera menutup restoran.
"Ca, kamu gak papa?" Tanya Mona saat melihat Caca duduk seraya memijat kakinya yang membengkak karena terlalu lama berdiri.
Caca menoleh lalu menjawab. "Gak papa, cuma pegel aja. Maklum pertama kali aku kerja, Mbak."
Indri pun ikut mendekatinya. "Wah, kaki kamu bengkak tuh. Kelamaan berdiri sih, kalau hamil kaki emang gampang bengkak apalagi kelamaan berdiri." Katanya yang memang sudah berpengalaman.
"Bentar." Kata Mona yang langsung berlari keluar. Tentu saja Caca dan Indri merasa heran.
"Minta pijitin aja sama Suami, Ca." Saran Indri. Caca pun cuma bisa tersenyum.
Tidak lama dari itu Mona pun kembali dan yang membuat Caca kaget wanita itu datang bersama Kiano.
Pemuda itu terlihat cemas dan langsung berjongkok di depan Caca. Lalu mengecek kaki Caca karena Mona sudah mengatakan itu sebelumnya.
"Ck, kan udah aku bilang gak perlu kerja, Ca." Omel Kiano.
Sontak Caca pun bingung dan langsung menatap Mona tajam.
"Sorry. Aku pikir kamu perlu suami, Ca. Kaki kamu bengkak gitu pasti gak bisa jalan." Jelas Mona menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Iya, Ca. Dalam kondisi hamil emang suami yang paling kita perlu." Timpal Indri.
Caca menghela napas berat seraya memijat pangkal hidungnya. "Ck, kayaknya kalian semua salah paham. Aku sama Kiano...."
"Ca, kita pulang sekarang ya?" Kiano sengaja memotong ucapan Caca. "Nanti aku yang minta izin sama Randy langsung."
"Iya, Ca. Lagian kerjaan kita dikit lagi kok. Kamu pulang aja gih. Kasian tahu kakinya bengkak, aku tahu rasanya gimana. Lagian suami kamu bener, mending kamu gak usah kerja aja dulu." Indri menatap Caca iba. "Aku gak tahu masalah apa yang lagi kalian hadapin, tapi percaya deh rezeki anak itu ada aja jalannya. Lagian suami kamu juga kelihatan orang yang bertanggung jawab. Pasti dia bisa kerja keras buat biayain kalian."
Kiano menatap Caca lekat. Berharap wanita itu berubah pikiran dan berhenti untuk bekerja. Sedangkan Caca justru menatap Kiano remeh.
Tanggung jawab dari mana coba? Pikir Caca dalam hati.
"Ca, please." Kiano menatapnya penuh harap seraya menyentuh perut Caca.
Caca mendengus kecil lalu menepis tangan Kiano. "Oke gue balik sekarang, tapi jangan larang gue kerja lagi besok. Gue bakal tetep kerja."
Kiano menghela napas, ia tak pernah menyangka Caca sangat keras kepala. "Oke, sekarang kita balik."
Belum juga Caca menjawab, tiba-tiba Kiano menggendongnya. Sontak saja ia memekik kaget.
Mona dan Indri yang melihat itu tersenyum geli sambil menyorakinya.
"Kiano." Geram Caca membenamkan wajahnya di dada pemuda itu sangking malunya. Bisa-bisanya ia digendong di depan banyak orang. Sayangnya Kiano tak peduli soal itu dan langsung mengucapkan terima kasih sebelum pergi.
Randy yang baru saja ingin menenui Caca pun kaget saat melihat adegan itu.
"Ah kebetulan." Kiano berhenti sejenak. Sedangkan Caca masih membenamkan wajahnya karena malu. "Gue izin pulang cepat."
Randy menatap Caca bingung. "Caca kenapa?"
Mendengar suara Randy Caca pun menoleh dan mereka pun bertemu tatap.
"Kaki dia bengkak, gue harus bawa dia pulang." Jawab Kiano.
"Biar gue aja." Randy hendak mendekat tapi Kiano langsung menahannya.
"Dia hamil anak gue, jadi gue yang harus tanggung jawab. Lo cukup ngasih izin kita aja buat pulang cepat." Sanggah Kiano menatap Randy tak senang. Ia tahu tujuan Randy tak lain ingin mendekati Caca.
"Gue antar, lo gak bawa mobil kan?"
Kiano terdiam karena baru ingat akan hal itu.
"Ayo." Ajak Randy berjalan lebih dulu. Alhasil Kiano pun mengikutinya di belakang.
"Gue mau pulang sama Randy." Kata Caca yang berhasil mendapat tatapan tak senang dari Kiano. "Apa? Lo gak punya hak larang gue, Kiano."
Kiano berhenti, lalu menatap Caca dengan tatapan datar.
"Turunin gue." Pinta Caca memberontak, Kiano pun menurunkannya dengan hati-hati. Namun kaki Caca tak seimbang, refleks Kiano langsung menangkapnya dan pandangan mereka pun bertemu satu sama lain.
Seketika Caca tersadar dan langsung mendorong Kiano dan mundur beberapa langkah. "Gue gak mau ada yang salah paham lagi. Cukup mereka yang ngira kita masih suami istri. Kenapa elo gak jujur sama mereka kalau kita udah cerai? Lo takut? Takut mereka ngira lo udah buang gue hem?"
Kiano tidak menyahut dan masih menatapnya lekat. Caca tersenyum getir. "Gak perlu takut, gue yang akan jelasin ke mereka sejelas-jelasnya. Kalau di antara kita udah gak ada hubungan apa pun. Dan gak akan pernah ada hubungan apa pun lagi." Setelah mengatakan itu Caca pun meninggalkan Kiano yang masih mematung di tempatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Revalina
bukan so jual mahal hanya saja takdir berkata si tampan cuma milik si cantik kalo Lo gak cantikkk ya skippp hehehehe realita ya
2023-06-20
0
Uthie
Sakit kan No... Karena siapa juga Caca jadi kaya gtu 😏😏😏😏
2023-05-20
0
Aska
Lia ini jadi cewek agresif Banget kesannya kayak cewek gatel sm cowok,🤭
2023-04-13
0