Saat ini Caca sudah berada di dalam mobilnya, menatap hasil usg janinnya dengan seksama. Masih tak percaya diperutnya saat ini benar-benar ada makhluk kecil yang sedang tumbuh kembang. Ah, sebentar lagi ia akan menjadi Mama diusinya yang masih sangat muda. Tanpa sadar air matanya menitik. Lalu diusap perutnya dengan lembut.
"Mama minta maaf karena sempat gak sadar kamu hadir, Sayang." Caca menggigit bibirnya agar tangisannya tak pecah. Perasaannya campur aduk saat ini. Ia senang, tetapi juga sedih karena baru mengetahui kehamilannya setelah mereka bercerai.
"Kira-kira gimana ya reaksi Papa kamu, Sayang? Dia bakal terima kamu atau...." Caca tidak berani melanjutkan ucapannya karena benar-benar takut akan penolakan Kiano. Bahkan selama ini Caca tidak pernah mencari tahu soal kehidupan Kiano. Entah di mana lelaki itu sekarang Caca pun tak tahu.
Caca menarik napas panjang, lalu membuangnya perlahan. "Enggak, untuk sekarang Mama harus sembunyiin dulu keberadaan kamu dari semua orang. Demi kebaikan kamu. Jangan marah ya? Mama takut Papa kamu nolak. Dia benci banget sama Mama soalnya. Mama minta maaf, Sayang. Kalau waktunya udah pas. Mama janji bakal kasih tahu semua orang."
Setelah berperang dengan pikirannya sendiri, Caca pun memutuskan untuk pulang dan menenangkan pikirannya.
****
Seperti ibu hamil pada umumnya, Caca juga mengalami morning sickness hampir setiap pagi dan malam. Ngidam yang aneh, bahkan kadang ia tidak bisa melakukan apa pun karena tubuhnya lemas. Kadang juga sampai harus bolos kuliah. Namun, ia tetap menjalani prosesnya dengan sepenuh hati meski berat karena dirinya harus berusaha menyesuaikan diri.
Kini usia kehamilannya mulai memasuki bulan keempat. Perutnya semakin membesar setiap harinya. Bahkan Caca harus menutupinya dengan berpakaian besar saat keluar rumah. Tidak lucu jika teman-temannya tahu ia hamil sedangkan ia tak punya suami. Kadang Caca juga menahan diri untuk tidak banyak bermain di luar demi menyembunyikan kehamilannya. Beruntung ia masih punya uang tunjangan perceraiannya. Juga uang saku yang Papanya kirim setiap bulan untuk kelangsungan hidupnya.
Gadis itu saat ini sudah berdiri di depan cermin dengan posisi miring, menatap perutnya yang membuncit. "Lucu juga ya?" Katanya terkekeh sendiri seraya mengelus perut.
Namun detik berikutnya ia pun memasang wajah sedih. "Tapi gimana bulan berikutnya? Gue gak mungkin bisa sembunyiin lagi karena perut pasti makin besar." Keluhnya.
"Sabar ya, Nak. Mama masih harus umpetin kamu." Katanya lagi. Kepalanya benar-benar pusing sekarang.
Sedangkan di tempat lain, lebih tepatnya di Aussie. Kiano tampak begitu menikmati kehidupannya bersama sang kekasih. Bahkan keduanya tinggal bersama. Sangat jauh berbeda dengan kehidupan Caca yang harus menanggung banyak hal karena kehamilannya.
"Sayang, besok aku pengen jalan-jalan sama shopping ya?" Rengek Anya bermanja di dada bidang pemuda itu. Sedangkan Kiano terus mengusap rambut halus kekasihnya itu.
Kiano tersenyum. "Boleh." Sahutnya yang berhasil membuat kekasihnya itu tersenyum senang.
"Makasih, Sayang. Makin cinta deh." Katanya seraya mengecup pipi Kiano mesra sebelum kembali bergelayut manja.
Saat keduanya tengah asik bercengkrama, ponsel Kiano pun berdering. "Sebentar, Sayang." Katanya seraya meraih ponselnya di atas nakas lalu melihat nama sipemanggil. Seketika ia langsung terduduk karena Regan lah yang menghubunginya.
"Sayang, Daddy telpon. Jangan berisik." Pintanya yang kemudian langsung menerima panggilan itu seraya beranjak dari tempat tidur.
"Apa? Mommy sakit?" Kaget Kiano saat mendengar kabar sang Mommy masuk rumah sakit. "Iya, Dad. Aku pulang sekarang."
Anya terkejut mendengar hal itu. Kiano pulang?
Setelah panggilan berakhir, Kiano pun bergegas menuju ruang ganti dan berganti pakaian. Sedangkan Anya hanya bisa mengekorinya dengan wajah panik. Tentu saja dia bukan panik karena mendengar kabar Mommy Kiano sakit, melainkan takut jika Kiano akan kembali pada Caca.
"Sayang, kalau kamu pulang terus aku gimana?" Rengeknya manja.
Kiano yang tengah memakai pakaianya pun menyahut. "Aku gak lama, Sayang. Paling lama juga seminggu. Jaga diri baik-baik di sini ya?"
Kiano mengecup kening Anya sebelum benar-benar pergi. Anya merengut kesal karena Kiano tidak mengajaknya. "Sialan! Ini pasti cuma akal-akalan mereka aja. Pura-pura sakit lagi supaya Kiano ketemu sama perempuan gatal itu."
Setelah puas mengumpat, wanita itu pun kembali ke kamar dengan perasaan takut. Ia benar-benar tak bisa kehilangan Kiano.
Kiano tiba di tanah air tepat pukul lima sore. Dari bandara pemuda itu langsung menuju rumah sakit karena mencemaskan kondisi sang Mommy.
Di rumah sakit, Kiano tidak sengaja melihat Caca bersama seorang suster dan mereka terlihat akrab. Lalu keduanya masuk ke sebuah ruangan.
"Caca?" Keningnya mengerut karena ia yakin itu benar-benar Caca. Ia merasa penasaran sekaligus heran. Pasalnya ia tahu Caca tidak memiliki riwayat penyakit apa pun.
Ah, mungkin kebetulan wanita itu juga sedang sakit. Pikirnya. Tak ingin ambil pusing soal mantan istrinya, Kiano kembali melanjutkan tujuan utamanya yaitu menemui sang Mommy.
Seperti yang Kiano lihat, Caca memang menemui dokter kandungan untuk memeriksa kondisi janinnya.
"Sore, dok." Sapanya tersenyum ramah.
"Sore, Ca. Gimana? Masih ada keluhan gak? Mualnya masih rutin ya?" Tanya dokter bernama Sarah, mereka memang sudah akrab karena dokter Sarah lah yang menangani kehamilannya selama ini.
Dokter Sarah pun menuntun Caca berbaring di brankar dan mulai memeriksa tekanan darah bumil itu.
Caca tersenyum yang diringi anggukan kecil. "Wajar kan dok aku masih mual?"
Dokter Sarah tertawa kecil. "Selagi muntahnya gak berlebihan, itu wajar-wajar aja, Ca. Banyak juga kok yang sepanjang kehamilan mual terus. Tekanan darahnya rendah, Ca."
"Pantes aku sering lemes sama pusing, Dok." Sahut Caca.
"Gak papa. Nanti saya kasih vitamin penambah darah." Caca mengangguk lagi.
"Oh iya, Dok. Aku pengen denger detak jantungnya boleh kan? Dokter bilang kalau udah masuk empat bulan udah kedengeran detak jantungnya."
"Boleh, gak sekalian lihat jenis kelaminnya?"
Caca mengangguk antusias. "Kok deg degan ya, dok?"
Lagi-lagi Dokter Sarah tertawa geli. "Wajar, namanya juga anak pertama. Terus gimana, mantan suami kamu udah tahu?" Tanyanya seraya menyingkap sweater Caca dan memperlihatkan perut buncitnya.
Caca menggeleng. "Aku udah gak punya kontaknya, dok. Lagian gak berani nemuin keluarga dia. Jangankan keluarga dia, orang tuanya aja aku gak berani ngasih tahu. Mungkin bulan depan baru aku kasih tahu dok." Bohongnya. Karena sampai saat ini Caca masih menyimpan kontak Kiano maupun keluarganya. Hanya saja ia memang tak berniat memberi tahu mereka.
Soalnya mereka gak tahu aku sama Kiano pernah tidur, dok. Iya kali aku tiba-tiba datang terus bilang hamil. Imbuhnya dalam hati.
Dokter Sarah mengangguk paham. "Saya pikir kalian ada niatan buat rujuk lagi, Ca. Kan sayang anak kalian nantinya."
Caca tampak diam. Tentu saja dokter Sarah paham akan hal itu dan mengalihkan pembicaraan. "Udah kerasa ada gerakan belum?"
"Ada, dok. Dia mulai gerak-gerak terus. Bikin geli." Sahut Caca tersenyum lucu. Dan itu menular pada sang dokter. Lalu pandangan mereka pun tertuju pada layar monitor.
"Wah, sehat banget dedeknya. Tuh dia gerak, Ca. Kerasa kan?" Caca mengangguk antusias.
"Beratnya normal. Dia juga aktif banget. Denger gak detak jantungnya?" Caca menganguk lagi saat mendengar suara detak jantung bayinya. Ia senang bukan kepalang karena anaknya tumbuh dengan sehat, bahkan bisa mendengar detak jantung bayi mungilnya itu sebuah anugrah terindah untuknya. Membuat Caca tak kuasa menahan air mata harunya.
Dokter Sarah tersenyum melihatnya lalu kembali melihat ke layar monitor. "Wah, kayaknya baby boy nih."
Caca terkejut. "Cowok, Dok?"
Dokter mengangguk. "Tuh ada kura-kuranya." Caca tertawa bahagia, hatinya berbunga-bunga saat ini.
Baby boy? Wah, kira-kira mirip siapa ya? Mudah-mudahan gak mirip si brengsek. Mirip Mama aja ya, Sayang? Batin Caca penuh harap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Regi Na
anjing lah dasar matre
2024-06-07
0
Aska
iya la mirip mamamu jgn mau mirip ayahmu yang kaku itu
2023-04-06
1
Roslina Dewi
lanjut, thor
2023-04-06
0