Sepanjang perjalanan pulang, Caca terus diam sambil melihat jalanan ibu kota. Sesekali terdengar helaan napas kasar. Tentu saja hal itu menarik perhatian Kiano yang tengah mengemudi.
"Jangan terlalu dianggap serius permintaan mereka. Kita udah sepakat buat pisah setelah lulus." Ujar Kiano menyadarkan Caca dari lamunannya.
Caca pun menoleh. "Gue gak lagi mikirin itu. Yang gue pikirin itu gimana perasaan mereka pas tahu kita bakal cerai? Huft... gak seharusnya dari awal kita bersikap seolah hubungan kita baik-baik aja. Akan lebih mudah kalau mereka tahu hubungan kita dari awal."
"Daddy sama Mommy tahu. Mereka cuma pura-pura gak tahu."
Caca terdiam.
"Mereka sengaja minta cucu supaya kita gak pisah. Karena mereka juga tahu rencana kita."
Caca memijat batang hidungnya karena kepalanya sangat pusing. Ia merasa berdosa karena mempermainkan perasaan orang tua. "Kenapa dari awal lo gak nolak aja perjodohan ini?"
Kiano melirik Caca lagi. "Aku udah sering bilang. Aku cuma mikirin kesehatan Daddy. Dulu kamu juga berhak nolak, tapi kamu diem aja."
Caca terdiam lagi.
"Kubur perasaan apa pun yang kamu miliki buatku. Karena aku gak bisa ngasih balasan apa pun." Imbuh Kiano.
Caca menarik napas panjang. "Gue gak pernah ngarep apa pun dari elo sejak awal. Jadi jangan khawatir. Habis ini kita jalan di jalur masing-masing."
"Hm."
Tidak ada lagi pembicaraan di antara mereka. Sampai mobil yang mereka naiki tiba di rumah. Keduanya pun masuk ke kamar masing-masing tanpa sepatah kata pun.
****
Minggu siang, Randy benar-benar menjemput Caca seperti janjinya. Lelaki itu turun dari mobil sesampainya di gedung apartemen. Tidak lama Caca muncul. Seketika Randy terpaku melihat penampilan Caca saat ini.
Gadis itu memakai kaos kebesaran berwarna putih yang dipadukan dengan rok mini berwarna lilac. Tidak lupa tas selempang berwarna senada. Juga sebuah topi yang menutupi sebagian kepalanya. Wajah oriental dengan bibir yang tipis, mata lebar berbingkai alis tebal, berpadu dengan hidung yang lurus meruncing. Semua itu tak luput dari perhatian Randy. Bagaimana mungkin Randy tak tertarik padanya, Caca sangat mempesona dilihat dari sisi mana pun. Kecuali Kiano tentunya, lelaki itu tidak melihat semua itu dalam diri Caca. Lelaki itu terlalu mencintai kekasihnya. Mungkin.
"Yuk." Ajak Caca yang berhasil membuat Randy terhenyak.
"Eh, ayo." Randy yang salah tingkah pun terlihat lucu di mata Caca.
"Aneh banget lo, Ran." Caca menggeleng sebelum masuk ke dalam mobil lelaki itu. Lalu mereka pun beranjak pergi.
"Mau rasa apa?" Tanya Randy saat keduanya tiba di kedai es krim yang cukup terkenal. Bahkan saat ini kedai itu hampir dipenuhi para pengunjung. Beruntung mereka masih kebagian kursi meski agak pojokan.
"Vanilla aja." Jawab Caca, kemudian ia meneliti sekelilingnya. Sampai matanya tak sengaja menangkap sosok yang amat ia kenali. Tidak jauh dari tempat mereka duduk, terlihat Kiano dan Anya sedang bermesraan. Keduanya saling suap sambil sesekali tertawa kecil.
"Suka?" Tanya Randy lagi yang berhasil menarik atensi caca. Spontan Caca pun menoleh yang diiringi anggukan kecil.
"Udah lama pengen ke sini, baru hari ini kesampean. Thanks." Ucap Caca dengan tulus. Tentu saja ucapan sederhana itu berhasil membuat Randy merasa senang.
"Senang bisa jadi orang pertama yang bawa elo ke sini." Ucapnya.
Tidak butuh menunggu lama pesanan mereka pun datang. Caca terlihat begitu antusias saat melihat es krim pesanannya. "Wah, beneran bikin air liur gue meleleh ini mah."
Randy yang mendengar itu tersenyum senang. "Seneng liat lo sebahagia ini."
Caca tertawa kecil. "Gue itu tipe orang yang mudah bahagia tahu."
"Oh ya?" Caca mengangguk. Lalu menyendok dan melahap es krim vanilla miliknya dengan semangat.
Randy kagum dengan cara Caca makan, sama sekali tidak ada kesan jaim.
Merasa terus diperhatikan, Caca pun menoleh. "Kok gak makan?"
Randy tersenyum. "Liat lo makan aja gue udah kenyang."
Mendengar itu Caca tertawa geli. "Ya udah, liatin gue aja terus biar lo kenyang. Lumayan kan hemat." Guraunya.
"Pengennya sih gitu."
"Dasar." Caca pun kembali menyantap es krim kesukaannya. Rasanya benar-benar senang karena keinginannya bisa terpenuhi. Keduanya pun mengobrol kecil sambil sesekali bergurau. Setelah puas, keduanya pun bergerak ke bioskop. Dan di sana lagi-lagi Caca bertemu dengan suaminya, tetapi mereka sama-sama tak peduli dan tak saling kenal.
****
Tidak terasa, hari kelulusan pun tiba. Kini semua sisiwa yang lulus berada di ruang aula yang sudah didekorasi sedemikian rupa. Pembawa acara pun mulai mengumumkan para siswa berprestasi. Dan Kiano menjadi salah satunya. Lelaki itu pun diminta untuk naik ke atas podium mewakili teman-temannya.
Semua siswa dan siswi pun bertepuk tangan begitu meriah, bahkan ada yang bersorak saat Kiano menaiki podium. Kiano terlihat begitu tampan dengan stelan jas yang mencetak tubuh atletisnya. Kemudian lelaki itu menyampaikan susunan kata yang dipersembahkan untuk para guru dan teman-temannya. Tentu saja hal itu disambut sorakan dan pujian dari para penggemarnya.
Sedangkan di bangku agak pojokan, Caca terlihat duduk manis dengan tatapan lurus ke depan. Menyimak kata demi kata yang keluar dari mulut suaminya. Caca juga tak kalah cantik dengan balutan kebaya berwarna mocca. Sangat kontras dengan kulitnya yang putih susu.
"Cih, di depan umum aja dia bisa ngomong manis." Gumamnya yang kemudian mengalihkan perhatian ke tempat lain. Lalu matanya tak sengaja bertemu dengan tatapan Anya, kekasih suaminya.
Wanita itu tersenyum miring, entah apa maksudnya? Caca sendiri bingung. Namun, ia tak ingin memikirkannya dan kembali memusatkan perhatian ke atas podium. Sesekali Caca menguap karena bosan. Kiano cukup panjang berpidato di depan sana.
Dan acara pun ditutup dengan sesi foto bersama. Semua siswa kelas dua belas naik ke atas podium dan mencari tempat masing-masing.
Randy berinisiatif mengulurkan tangannya saat Caca hendak naik ke atas panggung. Tentu saja gadis itu tersenyum dan menerima uluran tangannya. Dan tanpa mereka sadari semua itu tak luput dari pengawasan Kiano.
Sang fotografer pun mulai mengatur posisi mereka. Dan tanpa diduga Caca diminta berdiri di sebelah Kiano.
Eh?
Caca maupun Kiano sama-sama kaget karena tak menyangka mereka berdampingan sekarang. Namun keduanya bersikap seolah tak mengenal satu sama lain. Caca pun tersenyum saat sang fotografer memberikan aba-aba. Sedangkan Anya terlihat sebal karena harus berjauhan dengan Kiano.
Setelah sesi foto, Anya langsung menggeser posisi Caca dan menatapnya sengit. Tentu saja Caca tak peduli dan bergegas turun dari sana.
Saat sedang asik mengobrol dengan teman-teman sekelasnya, Caca mendapat sebuah pesan dari Kiano.
Ke mobil sekarang.
Begitulah isi pesan singkat dari Kiano. Caca pun hanya membacanya dan langsung berpamitan pada teman-temannya yang lain dengan alasan ingin ke toilet.
Setelah melihat situasi aman, Caca bergegas masuk ke mobil suaminya.
"Ada apa?" Tanyanya menatap Kiano lekat.
Lelaki itu menoleh sekilas. Lalu memberikan sebuah amplop coklat padanya.
Dengan ragu Caca menerimanya.
"Aku udah tanda tangan, tinggal kamu yang tanda tangan." Katanya.
Caca membuka dan melihat isinya yang tarnyata itu surat perceraian.
"Pulpen?" Caca menengadahkan tangannya ke arah Kiano, sedangkan matanya masih setia membaca surat itu.
Dengan malas Kiano mengambil pulpen dari dasboard mobilnya dan memberikan itu pada Caca.
Tanpa banyak bicara Caca pun langsung menandatanginya. Lalu mengembalikan surat itu pada suaminya.
"Udah kan? Gak ada lagi yang perlu gue tanda tangan?"
"Hm." Sahut Kiano. Lalu Caca pun hendak turun tetapi Kiano menahan lengannya. Spontan Caca pun menoleh.
"Kenapa lagi?"
"Sore ini Mommy ngajak kita buat rayain kelulusan, Mama sama Papa kamu juga ikut." Ujarnya. Tentu saja Caca paham maksud suaminya itu.
"Iya, nanti gue ke sana. Kirim aja alamatnya." Sahut Caca yang langsung turun dari mobil. Bahkan ia terlihat buru-buru menjauh dari mobil suaminya itu karena takut ada yang melihat.
Kiano melempar surat perceraiannya itu ke kursi penumpang yang tadi Caca duduki. Lalu menancap gas untuk meninggalkan pekarangan sekolah karena ingin menyerahkan surat itu secepatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Susi Susiyati
mampir kak , ceritanya bgs,si cwonya belagu bgt pngn tau gmna nnti klo dia bner2 kehilangan caca,dan q yakin tu cwe atau kekasihnya g sebaik yg di pikir kiano,smga aja pas bucin sm caca di cuekin caca
2023-09-03
0
Indra Fiantikara
Sombongnya kiano, kl g ada nti br terasa kehilangan, semoga terbucin2 kiano sm caca
2023-05-27
1
Uthie
Bikin nyesel nanti si Kiano itu Ca 👍😡
2023-05-19
0