"Kiano?" Gumam Caca tak percaya Kiano ada di sana.
Randy mengepalkan kedua tangannya saat melihat lelaki itu. Lalu menatap tajam ke arahnya.
Dengan kedua tangan terbenam di dalam saku celana. Kiano berjalan santai mendatangi keduanya. Bahkan tanpa malu ia duduk di sebelah Caca.
Caca menatapnya bingung bercampur heran, bagaimana bisa lelaki itu ada di sana?
"Anak itu masih punya Ayah kandung, dia ada di depan lo sekarang." Katanya penuh penekanan.
Randy tersenyum kecut. "Ayah kandung yang gak bertanggung jawab? Gue rasa anak itu gak butuh Ayah modelan kayak elo. Pinter tapi gak berotak."
Caca menatap keduanya bergantian.
Kiano tersenyum geli. "Setidaknya gue punya hak penuh atas anak itu. Lo siapa hem? Pacar Caca? Bukan kan?"
"Calon suami Caca." Sahut Randy penuh percaya diri.
Caca memijat keningnya. "Cukup! Jangan berdebat lagi." Sanggahnya. Refleks kedua lelaki itu menatap ke arahnya.
"Ca." Panggil ke duanya kompak. Karena hal itu kedua pemuda itu saling melayangkan tatapan sengit.
Caca memutar bola matanya malas. "Mau kalian apa sih? Dan lo, Kiano." Dilhatnya Kiano tak senang. "Ngapain lo di sini?"
Kiano menatapnya lekat dan hendak bicara, sayangnya Randy lebih dulu memotongnya.
"Ca, kita cari tempat lain aja." Lelaki itu bangun dari tempatnya lalu menarik Caca pergi.
"Ca, Mommy sakit. Dia pengen ketemu kamu." Ungkap Kiano yang berhasil menahan langkah Caca.
Refleks Caca berbalik. "Mommy sakit?"
Kiano bangun dari posisinya, lalu mendekati Caca.
"Ca, jangan percaya. Bisa aja dia bohong." Bujuk Randy meyakinkan Caca. Namun Caca mengabaikannya karena itu menyangkut salah satu wanita yang ia sayang.
"Aku gak bohong, Ca. Mommy udah tiga hari di rumah sakit. Itu juga alasanku ada di sini. Mommy terus nyebut nama kamu." Tutur Kiano memasang wajah sedih.
Caca mendekatinya dan menarik kerah baju Kiano. "Kenapa lo gak bilang dari kemaren, Kiano?" Sarkasnya.
Kiano menatapnya lekat. "Aku mau bawa kamu ke sana, tapi kamu nolak."
Caca teringat di mana hari pertama dirinya bertemu Kiano dan lelaki itu tiba-tiba membawanya. "Lo gak bilang soal itu sama gue, brengsek." Sahutnya seraya mendorong Kiano dengan kasar.
"Bawa gue ketemu Mommy." Pinta Caca pada akhirnya. Ia tak bisa mengabaikan wanita penyayang itu begitu saja.
Kiano mengangguk patuh lalu melirik ke arah Randy. Lalu menyungkingkan senyuman penuh kemenangan ke arahnya.
"Cepetan." Caca pun menarik tangan Kiano dan membawanya pergi dari sana. Dan melupakan Randy yang masih berdiri diposisinya dengan kedua tangan tekepal erat.
Sepanjang perjalanan Caca terus meremat jemarinya karena cemas. Tentu saja Kiano sadar akan hal itu.
"Mommy udah agak baikan, jangan terlalu cemas." Katanya datar.
Caca menoleh dengan tatapan tajamnya. "Harusnya lo bilang dari awal, Kiano. Lo bener-bener cowok brengsek yang pernah gue kenal."
Kiano tersenyum kecut. "Cowok brengsek ini mantan suami kamu, Ca."
Caca mendengus sebal. "Itu hal yang paling gue sesali." Ketusnya.
Kiano tersenyum tipis lalu melirik perut Caca. Entah kenapa tiba-tiba ia ingin menyentuhnya lagi. "Ca."
"Fokus aja nyetir, Kiano. Agak cepetan." Sahut Caca dengan pandangan lurus ke depan. Ia benar-benar memikirkan kondisi Ariana saat ini.
Kiano menghela napas pendek lalu menepikan mobilnya. Sontak Caca pun menoleh dengan sorot tajam. "Kanapa berhenti?"
Kiano menatapnya serius. "Izinin gue nyentuh perut lo, Ca."
Alis Caca saling terpaut. "Ogah." Ketusnya kembali menatap lurus ke depan.
"Sebentar aja, Ca. Please."
Caca terkejut karena seorang Kiano yang terkenal kaku memohon padanya. Caca pun pura-pura tak mendengar.
Kiano menghela napas kasar lalu menyerah. Ia kembali melajukan mobilnya sambil sesakali melirik Caca, dan terlihat gelisah. Ia sendiri bingung kenapa sangat ingin menyentuh perut Caca.
Namun, semakin ditahan keinginan itu pun semakin tak bisa terbendung lagi. Alhasil ia pun menoleh. "Ca...."
"Sebentar aja, dua detik." Sanggah Caca yang berhasil membuat Kiano terkejut. "Dua detik dari sekarang."
Kiano pun gelagapan dan langsung menyentuh perut Caca karena tak ingin melewatkan kesempatan. Namun ia merasa tak puas. "Ca, boleh...."
"Waktu lo udah habis." Caca pun menepis tangan Kiano dengan kasar. "Gak usah nyari-nyari kesempatan."
Kiano pun mendesah kecewa. Caca yang mendengar itu pun bersikap tak peduli. Lagian ia mau pergi dengan Kiano juga karena Ariana. Jika tidak jangan harap ia ingin berdekatan dengannya. Ah, Caca sendiri tidak tahu kenapa ia begitu membenci lelaki itu. Padahal tidak ada dendam sedikit pun dihatinya.
Beberapa saat kemudian mereka pun tiba di rumah sakit. Kiano langsung membawa Caca ke ruang rawat Ariana.
Dan saat mereka masuk, Ariana sedang makan disuapi oleh Regar. Refleks keduanya pun menoleh ke arah pintu.
"Caca!" Seru Ariana dengan pancaran kebahagiaan di matanya. Bukan hanya Caca, Regar juga tersenyum senang karena bisa melihat gadis itu lagi.
Caca tersenyum dan sedikit belari ke arahnya. Lalu keduanya pun berpelukan mesra seolah saling melepas rindu. Sepertinya Caca melupakan soal kehamilannya yang kemungkinan besar akan Ariana sadari.
Ariana yang merasa ada hal aneh pun langsung melerai pelukan mereka. Lalu menatap Caca lekat. "Ca?"
Caca yang tersadar pun mulai panik. Apa lagi tangan Ariana kini sudah berada di perutnya. "Ca, kamu hamil?"
Mendengar itu Caca pun mengangguk. Spontan Ariana menatap putranya. "Kiano, apa ini? Kamu bilang gak pernah nyentuh Caca kan? Terus kenapa Caca bisa hamil sebesar ini?"
Regar pun langsung melayangkan tatapan tajam pada putranya itu. Sedangkan yang ditatap malah diam.
Ariana menangkup wajah Caca dan menatapnya lekat. "Bilang sama Mommy, Sayang. Ini anak Kiano kan?"
Caca mengangguk pelan.
"Kiano!" Teriak Ariana murka.
Regar mendatangi putranya lalu menarik kerah bajunya dengan kasar. "Daddy gak pernah ngajarin kamu jadi pengecut, Kiano. Kenapa kamu harus berbohong?" Bentaknya dengan kilatan amarah di matanya.
"Kiano gak sadar malam itu, Dad." Sahut Kiano yang berhasil membuat sang Daddy semakin murka.
Bugh!
Sebuah tinjuan berhasil mendarat di pipi Kiano. Sontak Caca terkejut melihatnya.
"Terus kenapa kamu bilang gak pernah nyentuh Caca? Brengsek kamu, Kiano." Sekali lagi Regar melayangkan tinjuan di wajah Kiano sampai pemuda itu tersungkur ke lantai dingin.
Caca hendak menghentikan itu tapi Ariana menahannya. "Biarin aja. Dia harus dapat pelajaran setimpal. Bisa-bisanya dia menghamili kamu dan gak ngaku. Dia emang brengsek." Dipeluknya Caca dengan mesra. "Caca. Kenapa gak bilang sama Mommy kalau kamu hamil? Udah sebesar ini kamu baru datang hem?"
Caca meremat lengan baju Ariana. "Caca bingung, Mom."
"Kenapa bingung, Sayang? Mommy percaya sepenuhnya sama kamu." Diusapnya rambut Caca penuh sayang. "Anak brengsek itu harus mendapat pelajaran berat karena udah buang kamu yang lagi hamil, Sayang. Mommy juga gak bisa maafin dia."
Caca menarik diri dari pelukan Ariana. Lalu melihat ke arah Kiano yang masih terlentang di lantai dengan wajah babak belur. Sedangkan Regar masih berdiri di posisinya sambil menatap sengit putranya itu.
"Daddy kecewa sama kamu, Kiano. Daddy terima kamu ceraikan Caca karena berpikir itu keputusan kalian berdua. Ternyata kamunya yang brengsek." Makinya dengan napas tersengal.
"Dad." Lirih Caca memintanya berhenti. "Kiano gak sepenuhnya salah. Caca juga salah karena udah sembunyiin ini dari kalian. Kiano juga gak tahu kalau Caca hamil."
Regar menatap Caca sendu. "Dia tetap salah, Caca. Dengan bilang gak pernah nyentuh kamu aja itu udah kesalahan fatal. Cuma lelaki brengsek yang tidak mau mengakui kesalahannya."
Ariana merengkuh pundak Caca dan menangis pilu. Ia benar-benar malu pada Caca karena punya anak seperti Kiano.
"Mom." Caca coba menenangkannya dengan cara mengelus punggung Ariana.
"Mommy malu sama kamu, Sayang." Ariana membenamkan wajahnya di pundak Caca. "Mommy juga malu sama orang tua kamu. Malu karena udah minta kamu buat dinikahi sama si brengsek itu."
Kiano mendengus sebal seraya menyeka dengan kasar darah di sudut bibirnya. Di mana kedua orang tuanya justru terus memojokkan dirinya dan menyayangkan Caca. Di sini siapa sebenarnya yang anak kandung. Dirinya atau Caca?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Regi Na
yakan itu emg slh lu anj
2024-06-07
0
Uthie
Harus digituin emang si Kiano 😡
coba aja sekalian tarik fasilitas dia tuhh Dad...biar jalang nya itu bisa buktiin, dia tulus atau karena materi ortu nya Kiano doang 🤨🤨
2023-05-19
1
Pujiastuti
terima tu Kiano pembalasan dari papamu karena kamu sudah bohong,,,,
2023-04-08
0