"Sayang, kamu yakin Kiano baik-baik aja di luar sana? Apa kita gak terlalu kejam? Udah seminggu lho dia gak balik." Ariana menatap suaminya lekat. Bagaimana pun ia mencemaskan putra tunggalnya. Semarah apa pun seorang Ibu pasti tetap memikirkan nasib anaknya. Apa lagi Kiano tak pernah merasakan hidup susah sejak lahir.
"Biarin aja, udah saatnya anak itu mencari jati dirinya dan hidup mandiri. Kita terlalu memanjakannya selama ini." Sahut Regar sambil mengecek beberapa dokumen lewat email. Sepertinya lelaki itu tak terlalu memikirkan soal anaknya.
Ariana menghela napas panjang. "Tapi gimana kalau anak kita jadi gelandangan, Mas?"
Regar menoleh. "Beberapa hari lalu dia pulang, dia sehat dan masih utuh tuh. Pakaiannya juga rapi kayak gak terjadi apa-apa."
Ariana kaget mendengarnya. "Kiano pulang? Terus kamu usir dia?"
Regar mendengus sebal. "Aku gak setega itu, Sayang."
Wajah Ariana murung. "Coba aja kita dulu gak izinin mereka cerai, pasti kejadiannya gak kayak gini, Mas. Caca pasti tinggal bareng kita, terus cucu kita juga pasti besar di sini nantinya."
"Jangan bahas masa lalu, itu udah jalan yang mereka pilih. Kita gak bisa maksa. Lagian Kiano harus dapat pelajaran dari keras kepalanya itu. Hidup di luar tak semudah membalikan telapak tangan." Jelas Regar.
"Ck, gitu-gitu juga dia anak kamu, Mas. Gimana kalau dia kelaparan di luar sana? Kamu sih pake sita apartemen dia segala. Ke mana coba dia lari? Kamu gak takut dia lari sama cewek gak jelas itu?" Omel Ariana.
Regar menghela napas, ditatapnya sang istri lekat. "Sekarang kamu salahin aku? Bukanya kemaren kamu juga setuju buat ngasih dia pelajaran hem?"
Ariana mengerlingkan matanya. "Iya sih, tapi kan gak selama ini juga, Mas."
"Baru juga seminggu, dia gak akan kelaparan selama masih punya kaki dan tangan yang lengkap. Kecuali dia orang malas." Jawab Regar santai.
"Ish, capek ngomong sama kamu. Udah ah, aku mau tidur." Kesal Ariana segera membaringkan tubuhnya lalu menarik selimut sampai sebatas dada. Regan cuma bisa meliriknya sekilas lalu menggelengkan kepala.
Detik kemudian Ariana menoleh. "Besok aku mau main ke apartemen Caca. Kamu gak boleh larang aku, Mas."
"Aku gak akan larang selama kamu sanggup, asal jangan masuk rumah sakit lagi aja." Sahut Regar tanpa melihat lawan bicaranya.
"Jangan didoain jelek dong, Mas. Gimana sih, katanya sayang istri?" Ketus Ariana menatap suaminya yang masih sibuk dengan gawai.
Regar menghela napas lalu menoleh. "Udah tudur sana, kamu harus banyak istirahat. Jangan ngomel terus." Ariana mendengus sebal mendengarnya. Kemudian memutuskan untuk tidur karena sangat mengantuk.
Keesokan harinya menjelang siang, Ariana benar-benar mendatangi apartemen Caca. Tentu saja bumil itu terkejut karena kedatangannya. Pasalnya ia akan pergi ke restoran hari ini karena Randy memberi tahunya untuk masuk. Kebetulan hari ini juga penyambutan karyawan baru.
"Mommy!" Keduanya pun berpelukan mesra. Caca pun lebih dulu menarik diri, lalu menatapnya penasaran.
"Mommy udah sehat kan? Kok ke sini sendiri?" Tanya Caca saat tak melihat siapa pun datang bersama Ariana.
"Mommy kangen kamu, Sayang." Jawab Ariana tersenyum ramah.
Caca tersenyum. "Ya udah masuk yuk?" Ditariknya Ariana masuk ke dalam. Lalu mengajaknya duduk di sofa.
Ariana memperhatikan apartemen Caca yang cukup rapi, bersih dan wangi. Jadi ingat saat Caca dan Kiano masih suami istri. Apartemen mereka selalu bersih dan rapi persis seperti ini.
"Mommy mau minum apa biar Caca buatin?"
"Ck, gak usah. Nanti Mommy ambil sendiri kalau mau. Kamu gak boleh capek." Dielusnya perut Caca lembut. "Baby sehat kan?"
Caca mengangguk. "Makin aktif, Mom. Sampe Caca gak bisa tidur kalau malam karena dia gerak terus." Ungkapnya.
Ariana tertawa renyah. "Mommy udah lupa gimana rasanya hamil, tapi seingat Mommy di umur segini janin memang sangat aktif bergerak karena ukurannya masih kecil. Jadi dia renang deh ke mana-mana." Katanya tertawa kecil. Caca pun ikut tertawa.
Ariana kembali mengelus perut Caca gemas. "Sehat-sehat terus ya, Sayang."
Caca tersenyum sambil menatap Ariana lekat. "Mom, makasih ya?"
Ariana mengerutkan kening, membuat Caca kembali tersenyum. "Makasih karena udah sayang Caca, percaya sama Caca. Padahal di antara kita seharusnya...."
"Ck, kamu ngomong apa sih?" Sanggah Ariana menggenggam lembut kedua tangan Caca. "Udah Mommy bilang, sampai kapan pun kamu itu akan Mommy anggap kayak anak sendiri. Mommy sayang sama kamu tulus, Ca. Gak peduli apa pun yang terjadi."
Mata Caca berkaca-kaca lalu memeluk Ariana erat. Ariana tersenyum seraya membalas pelukannya. "Caca bersyukur banget bisa ketemu orang sebaik Mommy dan Daddy. Yang selalu dukung Caca layaknya anak sendiri."
Ariana mengusap punggung Caca. "Always, Sayang."
Caca menarik diri dari pelukan Ariana karena tiba-tiba ingat soal sikap aneh Kiano. "Mom, Kiano gak papa kan?" Tanyanya yang berhasil membuat Ariana bingung.
"Emang kenapa sama Kiano? Mommy gak tahu, Sayang. Dia gak pulang-pulang." Jawab Ariana terselip nada cemas di dalamnya.
"Kemarin itu dia datang tapi sikapnya aneh gitu, Mom. Caca takut dia lakuin hal aneh, misalnya bunuh diri gitu."
"Hah?" Kaget Ariana. "Kamu serius?"
Caca mengangguk yakin.
"Ya ampun anak itu. Masak iya dia mau bunuh diri cuma karena gak punya apa-apa lagi sekarang? Usaha dong. Bodoh banget kalau punya pikiran kayak gitu." Kesal Ariana. "Mommy juga gak tahu di mana dia sekarang. Ck, harap-harap dia gak ngelakuin hal bodoh itu."
Caca mengangguk penuh harap.
Ariana sedikit cemas sekarang. "Mommy kayaknya harus cari dia deh, Ca. Kok perasaan Mommy jadi gak enak gini ya? Kiano itu gak pernah hidup susah dari kecil. Gak tahu nasib dia sekarang gimana? Udah makan apa belum? Ck, anak itu keras kepalanya gak ketulungan. Persis Daddy-nya."
Kiano yang saat ini tengah bersiap pun bersin beberapa kali karena diomongin. "Ck, jangan sampai aku sakit. Ini hari pertama kerja, gak boleh ngasih citra jelek." Gumamnya.
Kiano sama sekali tak menyangka dirinya lulus interview dan hari ini ia resmi mendapat pekerjaan dan akan langsung bekerja. Pihak restoran menghubunginya malam tadi jika hari ini Kiano sudah bisa masuk kerja. Meski hanya menjadi waiter, Kiano merasa senang karena pekerjaan itu di dapat dari hasil usahanya sendiri. Meski Agra juga sedikit terlibat di sana.
Agra pun menyembulkan kepalanya di pintu. "Berangkat ama gue gak?"
Kiano berbalik. "Boleh," sahutnya kemudian.
Agra menatap penampilan Kiano dari ujung rambut sampai kaki. "Wih, emang gak ada lawan temen gue yang satu ini. Gantengnya gak ketulungan. Yakin gue para pelanggan betah kalau ada elo di resto."
Alih-alih senang, Kiano justru mendengus sebal. Ia pun kembali menghadap ke arah cermin, memakai jam tangannya sebelum beranjak keluar.
Hanya beberapa menit Kiano sudah sampai di restoran yang dituju. Langsung saja ia pun masuk ke dalam karena tak ingin membuang waktu.
"Mas Kiano ya?" Sapa seorang laki-laki dengan pakaian formal mendatanginya.
Kiano mengangguk lalu lelaki berusia tiga puluh tahunan itu pun memperkenalkan diri. "Saya Asep, manager di restoran ini."
"Ah, salam kenal." Balas Kiano menerima uluran tangan lelaki bernama Asep itu.
"Yuk ikut saya, Mas." Dengan patuh Kiano pun mengikutinya.
Mereka pun masuk ke sebuah ruangan berukuran kecil, seperti ruang ganti karena banyak pakaian tergantung di sana. Dan ternyata di sana juga ada dua orang lainnya. Kiano pernah melihat mereka saat wawancara minggu lalu. Sepertinya mereka dua orang yang bernasib beruntung sepertinya karena diterima bekerja di sana.
"Kalian tunggu sebentar ya?" Kata sang manager yang langsung meninggalkan ketiganya.
Kiano menatap dua pemuda yang kemungkinan akan menjadi rekan kerjanya. "Salam kenal, aku Kiano." Sapanya mengulurkan tangan.
"Saya Rudi, Mas."
"Saya Ilham."
Kiano tersenyum. "Panggil nama aja, kayaknya kita seumuran."
Kedua pemuda itu pun mengangguk dengan senyuman ramah. Tidak lama sang manager pun datang lagi.
"Ini, pada ganti aja dulu bajunya. Soalnya bentar lagi Bos datang buat nyambut kalian." Kata Asep memberikan pakaian baru pada mereka.
Tanpa banyak bertanya, ketiga pemuda itu pun menerimanya dan langsung berganti pakaian menjadi seragam restoran.
Setelah berganti dengan pakaian seragam berwarna maroon, mereka bertiga pun dibawa ke depan karena Bos mereka sudah tiba.
Namun, Kiano kaget bukan main karena atasannya itu adalah Randy. Keduanya sama-sama terkejut dan saling melempar pandangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Aska
bener dugaan ku kalo kiano kerja di resto milik Randy,
2023-04-12
1