keraguan

Hai readers. I am coming back.happy reading.

moga enjoy.

flashback

saat itu dirinya sengaja mengosongkan jadwal kerjanya demi bisa datang untuk Qini yang sedang merayakan acara perpisahan sederhana di ruangan prakteknya bersama dengan teman temannya yang lain lantaran tunangannya itu baru saja menyelesaikan masa pendidikan spesialisnya di rumah sakit ini.

ia segera turun dari mobil mewahnya setelah di rasa cukup ia memarkirnya dengan baik. seraya melangkah bangga dengan sebuket bunga kesuksesan Qinita serta membayang kan senyum lebarnya Qinita dalam menerima bunga yang di bawanya.

pria yang di panggil Vino oleh Qini terus berjalan dengan langkah pasti seraya tersenyum ke ruangan yang biasa di gunakan para medis untuk berkumpul di saat mereka senggang. tetapi ruangan yang di tuju telah kosong. ia bertanya pada salah satu petugas kebersihan yang berada di sana dan mendapatkan informasi jika acara baru saja selesai.

"oh ya??. barusan saja?". pekiknya heran.

"iya pak". sahut seorang ibu paru baya yang sedang bertugas sebagai penanggung jawab

kebersihan di hari ini.

"berarti aku terlambat hanya beberapa menit saja. terimakasih". ucap Vino sambil berlalu dari sana.

ia segera menyusul Qini yang kini berada di area parkiran setelah ia menghubungi tunangannya itu. sesampainya di sana ia tersenyum melihat Qini dari kejauhan yang sedang berdiri di samping mobilnya sesuai yang gadis itu katakan sebelumnya saat Qini akan menunggunya di parkiran.

baru juga ia melangkah untuk mendekati tunangannya itu tiba tiba ia melihat seorang pria berpakaian kaos tentara mendekati Qini.

ia memperhatikan sosok pria yang seperti ia kenal sebelumnya.

"Devan??!". pekiknya pelan seraya menatap ke arah dia mantan kekasih itu.

"sejak kapan pria itu ada di sini?". tanyanya di hati.

awalnya ia ingin menghampiri mereka berdua serta menyapa mantan pacar tunangannya itu. tapi tiba tiba ia berubah pikiran menjadi tak ingin menganggu pertemuan di antara keduanya sehingga ia memutuskan untuk tetap berdiri di tempatnya seraya memperhati kan mereka berdua dari kejauhan.

ia ingin mengetahui maksud dari kedatangan Devan ke rumah sakit ini, sekaligus ingin memastikan perasaan tunangannya untuk pria itu. apakah tunangannya itu masih menyimpan rasa atau memang sudah selesai dengan masa lalunya. jika pun belum mereka masih punya waktu untuk menyelesaikan masa lalunya sekarang.

akan tetapi ia di kejutkan saat melihat mantan pacar tunangannya berani membawa Qini masuk ke mobilnya dan membawa pergi dari sana tanpa seijin dirinya. ia pun dengan segera masuk ke mobilnya dan menyusul mobil yang telah membawa paksa tunangan nya pergi.

saat ia mengikuti mobil yang membawa tunangannya pergi. sebuah pesan masuk dari Qini. segera ia membuka pesan tersebut dan ia berharap isi pesan tersebut adalah perihal meminta di selamatkan oleh dirinya.

tetapi nyatanya isi dari pesan tersebut jauh dari harapannya. seketika itu juga ia menurunkan kecepatan mobilnya seraya menatap layar ponsel yang berdiri tegak di atas dashboard mobilnya.

tangannya meremas erat setirnya dengan netra yang menatap tajam ke arah mobil hitam yang mulai menjauh dari pandangan nya. tak ingin menuruti apa yang di titahkan oleh tunangannya, ia pun memilih mengikuti mereka karena kuatnya keinginan untuk mengetahui apa yang akan mereka lakukan nantinya. ia sendiri ingin membuktikan tentang rasa ragu yang sekarang muncul secara tiba - tiba terhadap tunangannya itu.

"aku pikir apa yang kita lalui selama ini bisa membuat kamu berhasil lepas dari bayangan masa lalu mu Qin. nyata nya kamu tidaklah cukup tegas terhadap mantan pacarmu itu". keluhnya di hati.

beberapa menit terlewati begitu saja dan ia masih menunggu mobil yang kini terparkir di pinggiran pantai yang sepi di mana dua insan yang berstatuskan mantan masih berada di dalam mobil tersebut.

Dengan rasa sabar meskipun hati sedang kesal ia membiarkan dua insan yang kini berstatus mantan itu membicarakan apa yang seharusnya mereka tuntaskan.

beberapa saat mobil hitam mewah yang di tumpangi Qini itu kembali ke parkiran rumah sakit. ia melihat Qini turun dari sana dan bergegas masuk kembali ke rumah sakit. ia masih menunggu mobilnya Devan pergi dari sana. entah apa yang mereka bicarakan berdua di dalam mobil yang berkaca pekat tersebut.

ia sengaja menunggu beberapa menit setelah Qini kembali masuk ke dalam rumah sakit. setelah itu barulah ia menghubungi Qini kembali untuk mengetahui seberapa jujur calon istri nya itu pada dirinya sendiri.

"maaf ya mas karena udah nunggu lama". ucap Qini merasa bersalah.

"ga apa apa". sahutnya datar.

"udah siap kerjaan kamu?". tanyanya datar

"udah mas".

" ga ada yang ketinggalan?. tanyanya yang berniat menyindir.

"ga ada mas".

"jadi semuanya udah kamu tuntaskan hari ini juga?". tanyanya yang sengaja memancing agar calon istrinya itu untuk berkata jujur.

Vino sempat melirik Qini yang mengernyitkan dahinya sesaat. berharap wanita ini mau menceritakan kegiatannya hari ini seperti biasanya saat Qini bertemu dirinya.

"ya belum semua sih. masih ada sedikit tugas dan juga laporan harian tugas hari ini yang belum aku serahkan sama pimpinan rumah sakitnya".

"oo. cuma itu??". tanyanya seraya melirik Qini.

"iya mas".

ia tersenyum miring seraya fokus menyetir. keduanya saling diam.

"Mas tadi tetap nungguin aku di rumah sakit?" tanya Qini penasaran.

"ga". sahutnya datar.

"oo. mas kemana?".tanya Qini penasaran.

"muter muter sebentar. lalu ketemu klien terus ngobrol sebentar lalu balik lagi jemput kamu". dustanya.

"Maaf ya mas. gara gara aku mas jadi repot".

ucap Qini merasa bersalah.

Vino menanggapinya dengan tersenyum kecil. begitu pun Qini. kedua calon pengantin itu saling diam sepanjang jalan entah karena telah kehabisan bahan bicara sehingga kedua nya larut dalam pemikirannya masing masing atau Qini yang merasa bersalah pada Vino, sedang kan Vino menyimpan berbagai pertanyaan pada Qini.

"mengapa harus berbohong jika Devan menemui dan memaksanya pergi saat dirinya telah berada di rumah sakit?".

"jika pun Devan datang hanya ingin meminta maaf pada tunangannya. toh itu tak masalah baginya dan ia akan mengijinkan Qini dan Devan saling berbicara untuk menuntaskan masa lalu mereka".

"lalu mengapa harus berbohong jika hanya untuk itu. mengapa Qini tak berkata jujur saja mengenai Devan"

mengapa dan mengapa itulah kata kata yang memenuhi ruang kepalanya. hingga akhirnya ia memberhentikan mobilnya serta menurun kan tunangannya di depan rumah kontrakan nya pun mereka saling berbasa-basi yang sangat biasa dan terasa hambar. hanya senyum tipis yang masing masing mereka berikan. ia kembali ke apartemennya setelah meminta Qini lebih dulu masuk ke rumah.

semenjak hari itulah ia mulai mengawasi keduanya melalui orang suruhannya tentang apa yang di lakukan keduanya. ia ingin melihat sikap Qini terhadap mantan pacarnya.

Yok ke next chapter

...****************...

Readers...mohon dukungannya ya untuk novel ke empat ku ini. Tetap memberikan like, vote, komen dan masuk dalam favoritnya readers ya...please...😉. terima kasih

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!