Cincin

happy reading ya readers..moga enjoy.

seorang wanita paruh baya sedang membersihkan kamar majikannya yang jarang di tempati setelah majikan mudanya lebih sering menghabiskan waktunya di apartemen dekat kantornya. majikan mudanya itu hanya datang dan menginap di akhir pekan saja. atau di saat sang bunda menyuruhnya pulang

saat ia membersihkan seluruh perabotan rumah tangga tersebut netranya tanpa sengaja melihat cincin putih polos yang terbuat dari besi putih. ia memperhatikan dengan seksama cincin tersebut.

"cincin siapa ini ya?". gumamnya seraya memperhatikan cincin tersebut.

"kenapa bi?". tanya nyonya yang biasa di panggil Imey.

"ini Bu. saya ketemu cincin. tapi ga tau punya siapa". jawab Art tersebut seraya memberikan cincin tersebut ke pada sang nyonya.

Imey pun menerima cincin tersebut dan memperhatikan detail dari desain cincin tersebut. ia mengernyitkan dahinya saat sadar bahwa cincin tersebut pernah ia lihat dulunya.

"loh ini cincin kayak pernah di pake si.."

"mungkin itu punyaku dulu ma". sambar pria yang melihat detail cincin yang di perhatikan sang mama.

"ohh..iya iya..hai ya Ama ingat sekarang dulu kamu suka kali pake ini cincin kemana mana

ya. lalu ini cincin hilang karena kamu teledor meletakkannya sembarangan. sudah tau banyak anak anak kecil waktu itu lagi kumpul kumpul pas imlek". ungkap Imey yang teringat kejadian tragedi hilangnya cincin putranya itu.

"hehehe iya juga sih. makasih ya Ama. akhir nya ni the lucky ring ketemu juga. thank you bi. thank you Ama". ucapnya sumringah seraya mengecup cincin tersebut.

sementara dari kamarnya, perempuan yang di panggil banyak nama itu sedang duduk termenung menatap satu cincin yang di simpan rapi selama ini. sebuah accesories yang hanya di miliki satu satunya setelah seluruh perhiasan yang pernah di milikinya dulu hilang tak bersisa akibat musibah bencana alam besar besaran di kota kelahiran nya dulu. ada pun yang tersisa dari perhiasan nya adalah yang melekat di tubuh nya saat itu termasuk cincin ini.

akan tetapi semua itu pun harus terjual untuk menyambung hidup mereka berdua saja. di karenakan tak ada lagi harta mereka yang tersisa semenjak musibah itu, termasuk ayah dan juga saudara lainnya yang menghilang akibat bencana alam tersebut. beruntung nya ia dan ibunya masih di berikan keselamatan dalam musibah tersebut.

walaupun kehidupan mereka jauh dari yang sebelumnya mereka rasakan saat masih bergelimang harta dan juga saat masih ada nya pengakuan status sebagai orang yang di segani dan di hormati di wilayah itu.

ia menghela nafasnya sesaat kala teringat di mana rasa putus asanya melingkupi hatinya ketika ia tak mampu membayar rumah sakit di karenakan tak memiliki perhiasan apa pun selain cincin putih yang terbuat dari besi dan tak bisa di hargai kemanapun di bawa pergi.

dulu ia sering mengamati cincin ini jika sudah mulai sulit dan pelik akan ekonomi. bahkan ia sempat berhayal jika cincin yang di pegang nya saat ini adalah sebuah cincin berlian.

flashback

saat ponselnya berbunyi nyaring. dahinya berkerut saat sebuah nomor asing tertera di layar ponsel nya.

"ya hallo". sapanya saat ia menerima telpon masuk tersebut.

netranya terbelalak seketika saat mendengar bahwa nomor yang ia terima saat ini adalah nomor dari rumah sakit di mana sang ibu di rawat saat ini.

"i..i..ya...saya ke sana Sekarang juga mbak". jawab Nita panik.

kini perasaannya mulai di hinggapi rasa takut akan keadaan sang ibu yang di kabarkan tiba tiba nge drop itu.

dengan cepat ia segera mengayun kan langkah kakinya menyetop angkutan umum yang berlalu lalang di jalan raya. dadanya bergemuruh dengan detak jantung nya tak karuan untuk saat ini. rasa takut semakin menjalar di hatinya. ia terus mengucapkan doa di dalam hatinya sepanjang perjalanan menuju rumah sakit.

begitu tiba di rumah sakit ia langsung menemui seorang Dokter jantung yang menangani ibunya selama ini. syukurlah sang ibu masih bisa melewati masa kritisnya berkat pertolongan medis yang cepat dan tanggap di rumah sakit ini.

"Ibu anda sebenarnya butuh perawatan yang lebih intensif lagi. mengingat sakit yang di deritanya ini sudah cukup parah. saya sarankan untuk mencari donor segera". ucap sang Dokter.

ia langsung menelan salivanya kasar mendengar kata "Donor". untuk ibundanya. baru memikirkan biaya perawatan dan pengobatan saja sudah membuat nya pusing tujuh keliling di tambah lagi harus mencari pendonor organ tubuh untuk ibundanya.

"ya Tuhan. harus cari pendonor lagi ???". mau cari dimana???" keluhnya di hati.

"saya harap kamu segera mendapatkan nya untuk ibu kamu ya?. kami dari pihak rumah sakit juga akan ikut mencari pendonor yang aman untuk ibunda kamu". ucap sang Dokter memberinya semangat.

akan tetapi ucapan semangat dan sebaik apa pun tetap saja membuat otot ototnya lemas seketika saat keluar dari ruangan dokter tersebut.

ia berjalan lunglai menghampiri ruangan intensif di mana sang ibu di rawat. dengan menggunakan pakaian khusus yang telah di sediakan oleh pihak rumah sakit. Nita masuk ke ruangan tersebut dan duduk di samping bangsal di mana ibundanya sedang di rawat saat ini.

dengan tatapan yang sendu ia menatap wajah ibunya yang terbaring lemah dengan beberapa alat medis yang masih melekat di tubuhnya. ia menarik dalam napasnya dan membuang nya perlahan untuk sedikit meredakan beban yang kini menghimpit pundaknya.

jika bukan karena takut dosa dan juga masuk neraka dan masih mengingat nasehat nenek dan ibunya. mungkin sudah dari kemarin kemarin ia melakukan percobaan bunuh diri pada dirinya sendiri.

"Bun. aku harus gimana sekarang?. apa aku aja yang harus mendonorkan ginjal dan jantung aku untuk ibu?". tanyanya di hati sembari menatap sendu pada ibunya yang masih memejamkan matanya.

"jika kita masih punya sedikit saja harta mungkin aku bisa membiayai operasi kita Bun. tapi jika aku juga yang harus memberi kan ginjal aku. gimana biayanya Bu. aku bingung". ia kembali bertanya dalam hatinya seraya menundukkan pandangannya menatap pada jemari tangannya yang kosong.

"andai saja aku memiliki sebuah cincin berlian di jari ini. mungkin sudah dari kemarin kemarin ia jual untuk biaya perawatan ibunya dan juga biaya kuliah nya, tetapi sayangnya. ia tak memiliki apa pun yang berharga lagi untuk di jual". pikirnya.

"ya rabb kenapa hidupku semakin sulit saja??" Keluhnya di hati.

ia tersenyum miris mengingat sifatnya yang naif saat itu dan mempertahankan prinsip hidupnya sampai mati. nyatanya sekarang prinsip hidupnya sudah tak ada gunanya lagi ia pertahankan.

perbuatannya yang terlarang setidaknya telah menyelamatkan sang bunda dari kematian dan juga dirinya dari kegagalan.

Lanjut ke next chapter ya readers. stay cool here ya Readers

...**********...

Readers...mohon dukungannya ya untuk novel ke empat ku ini. Tetap memberikan like, vote, komen dan masuk dalam favoritnya readers ya...please...😉 terima kasih

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!