kemarahan sang ayah

hallo readers.. selamat menikmati episode ini ya. moga enjoy.

Quin". pekiknya.

"apa??. aku bener kan??. hehe". kekehnya

"No!. one hundred percent you are wrong!!".( seratus persen kamu salah!!)". tegasnya pada gadis itu meskipun ia terpaksa harus berbohong.

Kevin tak ingin Quini terlalu heboh akan cincin sederhana yang ia berikan barusan. jika bisa ia mau gadis itu merahasiakan apa yang di berikan untuk gadis itu agar tidak di ketahui oleh istana. apa lagi cincin yang terukir dengan nama mereka berdua.

bukan apa apa entah yang ke berapa kalinya ia memberikan barang sederhana untuk gadis itu dan selalu saja ke esokan harinya berakhir di tempat sampah.

"isss..si Koko ni. ga asyik Kalilah". sungut gadis itu seraya memonyongkan mulutnya.

Kevin melirik gadis itu dan terpana akan kelucuan teman masa kecilnya ini. lalu mata nya terpaku pada bibir mungil nan full itu membuat dirinya ingin mendaratkan kecupan lembutnya di sana. akan tetapi buru buru ia tepiskan imajinasi tentang rasa kedewasaan nya.

Kevin tak ingin merusak calon istri orang lain meskipun terkadang ada keinginan suatu hari saat dirinya lebih dewasa dan matang bahkan mapan. ia akan datang melamar gadis ini dan mematahkan ideologi tentang kasta dan juga perbedaan di jaman canggih ini.

"andai saja aku juga keturunan bangsawan Quin. pastilah keluargamu tak akan memandang sebelah mata diriku dan juga orang tuaku". keluhnya di hati.

Kevin melangkah ke dapur untuk menyiapkan makan siangnya tanpa mau ambil pusing dengan Quininya yang tengah ngambek. ini di karenakan ia tak mau larut dalam imajinasi nya tentang gadis kecilnya itu.

sedangkan Quini yang melihat kokonya pergi segera mengejar kokonya dan berharap Koko nya mau membujuknya seperti biasanya.

"ko Kevin. kok malah pergi sih". ucap Quini seraya menarik keras bahu Kevin.

sementara Kevin yang melangkah santai dan kurang keseimbangan akhirnya terpaksa berbalik secara miring dan terpaksa jatuh di atas tubuh kecilnya Quini.

"aaaaaaakh". pekik keduanya bersamaan dengan tubuh Kevin yang menimpa tubuhnya Quini.

baik Kevin dan Quini kini saling bersitatap dalam waktu yang lama hingga akhirnya keduanya terhanyut dalam suasana yang membuat jantung keduanya berdegup kencang. tak tahan menahan gejolak yang baru pertama kali ia rasakan sebagai seorang laki laki yang baru pertama kali merasakan getaran di hatinya. Kevin secara perlahan mendekati wajahnya Quini dengan netra yang tak lepas dari tatapannya pada wajah imut gadis yang menemani dari kecil.

sementara Quini yang masih belum mengerti hanya mengikuti apa yang di lakukan Kevin saat ini. semakin wajah kokonya mendekat padanya semakin detak jantungnya bergegup semakin kencang begitu juga dengan Kevin. mereka saling menatap secara intens dalam waktu yang lama hingga akhirnya.

"apa yang kalian lakukan??!. hah??!". teriak sebuah suara berat menghentakkan kedua nya.

baik Kevin dan Quini sama sama terkejut dan segera membangunkan tubuh mereka masing masing dan duduk di lantai seraya berbalik melihat siapa yang datang dan meneriaki mereka dengan lantang dan bernada berang.

betapa terkejutnya mereka berdua saat melihat sosok yang paling mereka takuti dan mereka segani selama ini.

"A....aaayah". pekik Quini pelan sembari menatap takut pada wajah sang ayah yang terlihat marah.

sedangkan Kevin pun sama takutnya dengan Quini akan sosok yang terkenal tegas dan dingin tersebut.

"Quini. kembali ke istana sekarang juga". ucap sang ayah seraya mengepal kuat kuat tangan nya.

sungguh di darahnya berdesir hebat tatkala melihat sang putri bungsu dan juga satu satunya bercengkrama dengan laki laki yang bukan mahramnya terlebih bukan dari keturunan yang di maksudkan oleh keluarga besarnya.

sementara Quini hanya menunduk diam di tempat. ia ragu untuk meninggalkan Kevin sendirian di sini. Quini takut jika ayahnya akan memberikan hukuman untuk kokonya itu.

"Quini". Panggil sang ayah kembali lebih tegas dengan netra yang menyorot tajam pada putrinya.

sedangkan Kevin berusaha bersikap tenang meskipun rasa takut yang luar biasa menghinggapi hatinya saat ini.

"pulanglah Quin. turuti apa kata ayahmu". titah Kevin pada gadis kecilnya.

Quini menatap Kevin sekilas lalu dengan langkah perlahan meninggalkan Kevin dan mengikuti apa yang di perintahkan oleh ayah dan juga Kevin.

sementara sang ayah masih berdiri menatap Kevin dengan netranya yang menyorot tajam. rasa benci terhadap anak laki laki ini semakin menjadi saat ia mendapatkan kabar dari para pengawal yang ia titahkan untuk mengawasi Quini secara diam diam selama ini.

ia semakin marah saat tau jika Quini dan anak pembantunya ini sering menghabiskan waktu bersama dan melakukan tindakan yang dapat merugikan sang putri yang akan di jodohkan oleh seorang putra dari keturunan kerajaan lainnya.

sebenarnya sang ayah tidak lagi menyukai kehadiran Kevin semenjak anak laki laki ini telah berani melakukan permainan pernikahan dengan sang putri di masa kecil nya apa lagi saat Kevin mulai berani mau mencium putri satu satunya saat itu. dan untunglah seorang pengawal istana segera mencegah perbuatan Kevin pada anaknya.

Dan kini dengan mata kepalanya sendiri ia melihat kelakuan anak laki laki itu mulai berani ke tahap yang mengkhawatirkan.

wajar jika selama kehadirannya di istana ini membuat dirinya tidak tenang dan selalu kepikiran untuk segera pulang hanya untuk mengetahui kegiatan putrinya selama anak pembantu itu berada di sini.

sang ayah menghampiri anak laki laki yang masih menundukkan pandangannya itu dan berhenti tepat di hadapan anak laki laki yang sering putrinya temui secara diam diam ini.

"kamu sudah berani menyentuh anakku". ucapnya pelan dengan nada mengintimidasi dengan netranya yang tak lepas dari Kevin.

sementara Kevin yang di tuduh seperti itu sontak mengangkat pandangannya dan membantah.

"maaf tuan. tetapi saya tidak pernah melakukan seperti yang tuan tuduhkan pada saya".

"hah. kamu berani berbohong padaku anak muda". hardik sang ayah berang.

"tidak tuan. saya berkata benar. Quini dan saya hanya berteman. dan yang tuan lihat tadi

nya karena ketidak sengaja an". jawab Kevin.

"hah. ketidaksengajaan. oh begitu ya?!". cibir tuan raja yang biasa di panggil tuanku Faisal ini.

"jika sekiranya tadi aku tidak di sini. mungkin kalian sudah melakukan lebih jauh dari apa yang saya lihat tadinya". ucap Faisal sarkas.

Kevin menggeleng pelan dan membantah dengan tegas.

"itu tidak benar dan saya tidak ada niat sedikit pun untuk menyentuh anak gadis tuan".

"jangan bohong!!". hardik Faisal tak percaya pada apa yang di ucapkan Kevin.

yok ke next chapter

...****************...

Readers...mohon dukungannya ya untuk novel ke empat ku ini. Tetap memberikan like, vote, komen dan masuk dalam favoritnya readers ya...please...😉.

Terpopuler

Comments

Yayaa

Yayaa

Aku kasih mawar kak. Biar semangat nulisnya

2023-06-21

7

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!