Pindah

Berakhirlah Arjuna diam di rumah Daisha hingga akhirnya Dikta menelponnya.

"Jadi gimana?" tanya Arjuna tak sabar dengan jawaban yang akan diberikan oleh Dikta.

"Kakak gue bilang boleh. Datang aja langsung ke rumahnya, malam ini dia ada di rumah," jawab Dikta yang membuat Arjuna tersenyum.

"Oke thanks, Dik." Arjuna menurunkan ponselnya setelah dia menyelesaikan percakapannya dengan Dikta.

Daisha masih menunggu keputusan Arjuna tentang di mana dia harus tinggal setelah ini.

"Kamu bisa siap-siap sekarang, malam ini kita pindah," ucap Arjuna. "Aku bantu kamu beres-beres. Buat barang lain yang susah dibawa, besok aku yang urus," sambung Arjuna.

Daisha hanya bisa setuju dengan apa yang dikatakan oleh Arjuna. 

Mereka bersiap untuk pergi dari sana. Arjuna mengemas barang Daisha mulai dari pakaian sampai buku-buku yang Daisha punya.

"Hati-hati," ucap Arjuna. Dia membantu Daisha berjalan menuju mobilnya setelah sebelumnya Arjuna telah selesai memasukan barang-barang Daisha ke dalam mobilnya.

"Di mana aku akan tinggal?" tanya Daisha. 

"Di rumah kakaknya Dikta, teman aku," jawabnya. 

"Apakah sangat jauh?" 

"Lumayan, kenapa?" Arjuna bertanya. Daisha menggeleng. Itu berarti dia harus lebih pagi berangkat ke kampus jika tak ingin telat. Begitu pula dengan pekerjaan paruh waktunya.

"Aku yang akan antar jemput kamu setiap hari, tapi enggak di rumah kakaknya Dikta. Aku akan suruh orang buat antar kamu ke suatu tempat dan aku akan jemput kamu di sana," ucap Arjuna. 

Dia tak ingin tempat di mana Daisha berada kembali diketahui oleh ayahnya.

"Aku bisa pergi sendiri. Gak usah antar jemput aku," tolak Daisha.

"Aku yang bikin kamu ada di posisi ini, jadi aku juga harus tanggung jawab," jawab Arjuna.

"Kalau kamu jemput aku tiap hari, percuma aku pindah sekarang. Bukannya mereka akan tahu keberadaanku lagi?" Apa yang dikatakan Daisha memang ada benarnya.

"Mereka akan berpikir aku menemui Dikta di sana."

"Tetap saja, kamu gak bisa antar jemput aku tiap hari." Daisha masih teguh dengan pendiriannya.

"Oke aku gak akan jemput tiap hari, tapi aku pasti akan datang beberapa kali dalam seminggu." Daisha mengangguk setuju.

Mereka tiba di rumah yang mereka tuju. Benar apa yang dikatakan oleh Arjuna, tempat ini cukup jauh dari kampus dan juga tempat kerja Daisha.

"Yuk turun." Arjuna kembali memapah Daisha sampai di depan pintu rumah kakak Dikta.

Tok tok tok

Pintu terbuka dan menampilkan sosok cantik yang sudah Arjuna kenali. Mereka memang tidak akrab, tapi mereka kenal satu sama lain.

"Kak Rika, apa kabar?" tanya Arjuna basa-basi. Setengah tahun ini mereka memang belum bertemu kembali. Jadi menanyakan kabar sepertinya cukup masuk akal untuk sekarang.

"Baik. Yuk masuk dulu kita ngobrol di dalam," ucap wanita yang dipanggil Rika itu. 

Arjuna mengangguk dan masuk dengan kembali memapah Daisha. Mereka duduk setelah dipersilahkan.

"Dikta udah jelasin semuanya kok tadi," ujar Rika langsung pada inti pembicaraan mereka.

"Maaf ya Kak jadi repotin Kakak. Aku bingung mau minta bantuan sama siapa lagi," ucap Arjuna.

Rika mengangguk dengan senyum simpulnya. Gadis itu memang sangat ramah, apalagi dengan wajah cantiknya membuatnya terlihat sempurna. Kalau El bilang 'jauh banget sama Dikta.'

"Jadi, ini pacar kamu?" Bukan hanya Daisha yang terkejut dengan ucapan Rika, tapi Arjuna juga terkejut.

Arjuna setelahnya menghela nafas. Dia tahu ini perbuatan siapa. Dikta memang orang yang tak mau ribet, jadi ini pasti ulahnya.

"Ahh iya Kak. Kakak tahu sendiri gimana ayah aku, jadi aku mau dia tinggal di sini buat beberapa saat. Nanti kalau aku udah siap, aku bakal bawa dia kok," jelas Arjuna.

Rika mengangguk. "Santai aja kali, Jun. Kebetulan banget di sini ada kamar kosong dan bagus dong kalau ada dia di sini. Kakak jadi ada temennya," ucapnya.

Arjuna bersyukur karena sepertinya Rika tak keberatan dengan kedatangan Arjuna dan Daisha.

"Jadi, nama kamu siapa?" Kali ini Rika bertanya pada Daisha.

"Aku Daisha, Kak. Maaf ya ngerepotin Kakak." 

"I'ts okay. Semoga kamu betah ya di sini." Daisha mengangguk. 

Tentu saja dia akan betah di sini. Rumah ini sangat besar. Jika dibandingkan dengan rumah kontrakannya itu sangat jauh.

"Kalau gitu aku ambil barang kamu dulu ya." Arjuna pamit dan diangguki Daisha.

Mereka hanya tinggal berdua di sana. "Udah berapa lama kamu sama Juna?" gurau Rika. Walau dia juga penasaran sebenarnya.

"K-kak, aku sebenarnya gak pacaran sama Juna. Kita teman," jelasnya. Daisha tak mau Rika salah paham menilai hubungannya dengan Arjuna.

"Hmm aku tahu. Tapi adik aku bilang kalian pacaran. Atau mungkin Juna suka sama kamu?" 

Daisha malu ketika ditanya seperti itu. Menurut pengakuan Arjuna, pria itu memang menyukainya. Tapi jika Daisha sendiri yang mengatakan itu, akan terlihat aneh.

"Ahahah oke aku akan berhenti. Maaf ya bercandain kamu mulu." 

"Gak apa-apa, Kak." Daisha tersenyum senang. Sepertinya dengan kepribadian Rika yang seperti itu akan membuat mereka dekat lebih cepat.

Arjuna kembali dengan barang milih Daisha di tangannya.

"Di mana aku harus taruh ini, Kak?" tanya Arjuna sambil memperlihatkan barang-barang yang dia bawa.

"Ah iya, kamarnya ada di sana." Rika menunjuk sebuah pintu yang berada di sebelah kanan Arjuna. 

Arjuna mengerti dan segera menuju ke sana. Sekalian dia akan langsung membereskannya karena dia tahu kaki Daisha sedang sakit jadi gadis itu tak bisa banyak bergerak.

"Maaf ya kamarnya kecil," ucap Rika sambil menghampiri Arjuna begitu pula dengan Daisha yang berjalan perlahan dengan pincang.

Daisha berpikir bagaimana bisa Rika mengatakan kamar itu kecil, padahal ini adalah ukuran tiga kali kamar di rumah kontrakan Daisha.

"Ini besar banget loh, Kak." Entah Daisha sadar atau tidak, tapi ucapannya itu didengar oleh Rika.

"Ah masa, ini kamar aku bikin kecil dulu waktu bangun rumah," ujarnya.

Ukuran kecil menurut Rika dan Daisha sangat berbeda ternyata.

"Ya pokonya ini kamarnya. Anggap aja rumah sendiri ya," ucap Rika. "Aku masih harus kerjain sesuatu jadi kalian aku tinggal, gak apa-apa?" tanya Rika.

Sebenarnya dia tak enak, tapi deadline yang diberikan oleh bos-nya sangat mepet jadi dia terpaksa harus mengerjakannya sekarang.

"Gak apa-apa, Kak. Jangan ganggu waktu Kakak." Arjuna mempersilahkan Rika untuk mengurus urusannya. 

Rika pergi dari sana dan menyisakan Daisha dan Arjuna saja. 

"Kamu duduk aja di sini, biar aku yang beres-beres." Arjuna membawa Daisha ke ranjang besar yang ada di sana untuk duduk. Sementara dirinya kembali untuk berbenah.

Tak hanya ranjang besar yang disediakan di sana, juga ada meja komputer lengkap dengan rak, lemari besar untuk pakaian dan lemari kecil panjang yang bisa digunakan untuk menyimpan barang-barang kecil.

"Kalau ada apa-apa langsung telpon aku ya. Nanti aku simpan nomor aku di ponsel kamu," ucap Arjuna sambil terus berbenah.

Bahkan dia baru sadar jika mereka belum punya kontak satu sama lain. Daisha hanya mengangguk.

"Juna," panggil Daisha takut.

"Hhhmm?" Arjuna menoleh pada gadis yang memanggilnya itu.

" Soal bisnis ayah kamu…" 

"Ayah aku mau aku ambil alih bisnis itu tapi aku gak mau. Itu alasan kenapa dia lakuin hal ini."  Arjuna menjelaskan.

"Jadi kamu…"

"Hmm, besok adalah pengesahan. Mau gak mau aku harus ambil alih bisnis ini," sambung Arjuna seolah tahu pertanyaan apa yang akan dilontarkan oleh Daisha.

"Apa semua ini karena aku?" Jika Arjuna sampai mengiyakan pertanyaan Daisha, maka Daisha akan merasa sangat menyesal tentang hal itu.

Sementara itu Arjuna terdiam dan kemudian tersenyum. "Bukan karena kamu. Ayah aku emang orang yang egois." Ucapan Arjuna diakhiri dengan senyuman simpul pria itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!