Kebetulan

Begitu banyak sekali kebetulan yang terjadi antara Arjuna dan Daisha. Hampir setiap hari mereka bertemu padahal gedung jurusan mereka berbeda. Tak hanya di dalam kampus, di luar kampus mereka juga sering bertemu.

Seperti saat ini, mata Arjuna menajam ketika dia melihat seseorang yang rasanya dia kenali. Mobilnya melaju semakin dekat dengan orang itu.

“Ah benar dia ternyata,” ucapnya saat dia akhirnya bisa melihat dengan jelas orang itu.

Orang itu berada di sebuah halte, itu berarti dia sedang menunggu bus. Arjuna menghentikan laju mobilnya tepat di depan orang itu.

Terlihat orang itu menatap mobil Arjuna dengan heran karena tiba-tiba berhenti di hadapannya sampai akhirnya Arjuna menurunkan kaca mobil, barulah orang itu bisa tersenyum.

“Ternyata kamu, aku kira siapa,” ucapnya yang dibalas dengan senyuman Arjuna.

“Mau ke mana, Sha?” tanya Arjuna pada orang yang tak lain adalah Daisha.

“Mau ke perpustakaan,” jawabnya sambil memperlihatkan beberapa buku yang dia bawa di tangannya.

“Kebetulan, aku juga mau ke sana. Mau bareng?” tawar Arjuna. Sebuah kebohongan yang terpaksa Arjuna lakukan demi terus bisa bersama dengan Daisha.

“Benarkah?” Daisha memastikan.

“Hmm, masuklah,” ujar Arjuna. Karena tujuan mereka sama, akhirnya tak perlu bepikir panjang Daisha segera masuk ke dalam mobil Arjuna.

“Sebelumnya makasih tumpangannya.” Daisha memasang sabuk pengaman dan Arjuna segera melajukan mobilny setelah Daisha selesai.

“Iya.”

Cukup lama mereka saling diam dalam perjalanan dan akhirnya Daisha merasa canggung. “Banyak sekali kebetulan antara kita,” kekehnya yang dibalas dengan senyuman oleh Arjuna.

“Oh iya, malam itu...gimana kamu tahu rumah aku ada di sana?” Daisha kembali memiliki kesempatan untuk menanyakan hal itu.

“Malam itu aku gak sengaja lihat kamu dan tanpa sadar ikutin kamu,” jawab Arjuna. Tenang saja, kali ini dia sudah tak bingung karena telah memiliki persiapan dengan pertanyaan itu.

“Ahh pantas saja kamu datang tak lama setelah aku tiba di rumah.” Daisha sekarang bisa mengerti.

“Sekali lagi aku minta maaf karena malam itu udah repotin kamu,” ucap Arjuna.

“Enggak kok.”

“Boleh aku berhenti di depan sebentar?” tanya Arjuna. Dia melihat kafe yang cukup terkenal di sana. Daisha mengangguk. Dia hanya menumpang di sini, jadi tak mungkin dia akan melarang sang pemilik mobil untuk berhenti.

Arjuna menghentikan mobilnya dan segera berlari ke kafe itu. Dia tak ingin Daisha menunggu terlalu lama di dalam mobil.

Daisha membuka ponselnya untuk menghilangkan rasa bosan. Terdapat pop up begitu dia membukanya. Berita tentang pembunuhan menggunakan pistol. Setidaknya itu yang bisa Daisha pahami sejauh ini.

“Dari mana juga orang-orang ini punya senjata seperti itu? Bukannya ini gak diperjual belikan dengan bebas?” komentarnya. Dia masih membaca terus artikel itu.

“Maaf lama.” Arjuna masuk itu berarti dia telah selesai dengan urusannya.

“Enggak kok.”

“Lagi baca apa?” Arjuna sedikit melihat apa yang sedang dibaca oleh Daisha. Gadis itu mematikan ponselnya sebelum menjawab.

“Ini berita pembunuhan,” jawabnya. “Aku juga lagi bertanya-tanya dari mana mereka bisa mendapatkan pistol itu. Padahal itu gak diperjual belikan dengan bebas, kan?” tanyanya pada Arjuna.

Arjuna yang mendengar hal itu langsung mematung sejenak sebelum dia berusaha kembali bersikap biasa saja.

“I-itu, aku juga tak yakin,” jawabnya. “Oh iya, nih.” Arjuna menyodorkan satu cup kopi pada Daisha.

“Buat ganti kopi kamu malam itu,” sambung Arjuna. Awalnya Daisha merasa bingung dengan apa yang dikatakan oleh Arjuna, namun untuk beberapa saat akhirnya dia mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Arjuna.

“Dari mana kamu tahu?” tanya Daisha. Rasanya dia tak pernah memberitahu Arjuna tentang hal itu dan mana mungkin Arjuna ingat karena saat itu Arjuna sedang dalam pegaruh alkohol.

“Aku lihat kopi itu tumpah di depan pintu pas aku mau pulang,” jawabnya. Akhirnya Daisha megangguk dan menerima kopi itu.

“Terima kasih,” ucap Daisha yang diangguki oleh Arjuna.

Mereka kembali melaju menuju tujuan utama mereka. “Ada tugas sampai harus ke perpustakaan?” tanya Arjuna.

“Enggak, hanya sedang menggeluti hobby,” jawab Daisha. Pikiran Arjuna langsung teringat pada tulisan Daisha yang dia lihat malam itu.

“Hobby? Emang apa hobby kamu?” tanya Arjuna. Dia tak ingin terlihat sudah tahu hal itu.

“Menulis novel?” Daisha mengucapkannya seakan gadis itu masih ragu dengan kesukaannya itu.

“Anak sastra emang beda ya,” kekeh Arjuna. Daisha ikut tersenyum karena hal itu. Mereka tiba di perpustakaan.

Setelah turun dari mobil, mereka berjalan beriringan menuju ke dalam. “Kamu sendiri? Untuk apa ke perpustakaan?” Daisha balik bertanya. Rasanya sangat jarang pria yang datang ke perpustakaan.

“Mengantarmu?” Langkah Daisha langsung berhenti setelah dia mendengar hal itu.

“Maksud kamu, kamu ke sini karena...” Daisha menunjuk dirinya sendiri kebingungan. Bukannya tadi Arjuna juga mengatakan jika dirinya akan ke perpustakaan makanya Daisha setuju untuk pergi bersama.

“Hmm,” jawabnya singkat dan kembali berjalan meninggalkan Daisha yang berada di belakangnya masih mematung.

Setelah tersadar Arjuna pergi jauh akhirnya gadis itu berlari untuk menyusul Arjuna. “Bukannya tadi kamu bilang mau ke perpustakaan?” tanyanya pada Arjuna.

“Hmm, ini aku sudah di perpustakaan.” Apa yang dikatakan Arjuna memang benar, tapi bukan itu jawaban yang diinginkan oleh Daisha.

“Bukan itu,” rengeknya yang malah mendapatkan kekehan dari Arjuna.

“Aku ke sini karena kamu mau ke sini.” Arjuna kembali menghentikan langkahnya dan menatap netra Daisha dengan dalam. Sekarang dia sudah tak peduli lagi dengan rasa suka yang dia pendam itu. Dia akan memperjuangkan gadis ini.

“Maksud kamu?” Daisha tak mengerti dengan perkataan Arjuna.

“Aku mau sama kamu. Karena kamu ke perpustakaan, makanya aku juga ikut,” jawabnya yang berhasil membuat Daisha menganga.

“Ayo! Katanya mau ke perpustakaan!” Arjuna menggandeng tangan Daisha untuk masuk ke sana. Sementara itu Daisha masih dengan kebingungannya.

Mereka tiba di dalam dan telah menemukan bangku yang kosong. “Mulailah, aku akan diam di sini,” ucap Arjuna dan diam memperhatikan Daisha di hadapan gadis itu.

“A-aku cari buku dulu,” pamit Daisha dan pergi dari sana.

“Ada apa dengan dia?” tanya Daisha saat dia telah jauh dari Arjuna. Tepatnya dia berada di antara rak buku.

“Apa mungkin efek alkohol bisa sampai sejauh itu?” Berbagai macam pertanyaan teru saja berputar di kepalanya. Daisha menggelengkan kepalanya. “Ah udahlah, mungkin dia emang lagi gak sadar.”

Daisha fokus mencari buku yang dia butuhkan. “Astaga kenapa harus setinggi ini,” ucapnya.

Di sana ada sebuah tangga yang memang dikhususkan untuk mengambil buku yang sulit dijangkau. Daisha mengambilnya dan menaikinya.

“Andai bisa lebih tinggi, gak usah pakai ginian,” ujarnya. “Jangan berlarian di sini.” 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!