Pertolongan

Arjuna akhirnya mendapatkan jawaban dari petanyaannya. Meski dia tahu akan dimarahi oleh ayah-nya ketika dia pulang nanti, dia tak peduli. Dia akan tetap menunggu di sana, apalagi kelas malam dan pasti orang itu pulang sangat larut.

“Mungkin di sini saja,” ujarnya.

Dia mendapatkan tempat yang cukup nyaman di sekitar gedung jurusan sastra Indonesia. Dia memutuskan untuk menunggu di sana sambil kembali membuka laptop yang dia bawa untuk mereview kembali materi yang dia pelajari tadi.

Kalian bisa bayangkan seberapa lama Arjuna menunggu hingga pukul sepuluh malam tiba. Bukan waktu yang sebentar, tapi dia masih di sana.

“Ahh, akhirnya kelar juga.” Seorang gadis menghela nafas. Akhirnya dia menyelesaikan kelasnya.

Arjuna yang sangat mengenal suara itu segera merapikan barangnya dan pergi agak menjauh dari sana tapi masih bisa melihat gadis itu dan temannya yang sedang berbicara.

“Kamu pulang sendiri dong,” tanya Grace. Gadis itu sebenarnya sudah tahu jawabannya tanpa harus bertanya.

“Iya, lagian udah biasa juga.” Daisha menjawabnya dengan santai karena memang tak jarang dia pulang malam sendirian. Namun di atas jam sepuluh seperti ini memang baru pertama kali baginya.

“Sorry juga aku gak bisa antar. Mama udah telpon dari tadi.” Kali ini Jayden yang meminta maaf sambil memperlihatkan beberapa panggilan tak terjawab di layar ponselnya.

“Gak apa-apa. Sana kalian pulang.” Daisha membiarkan kedua temannya itu untuk pergi terlebih dahulu.

“Udah gak ada bus,” keluhnya. Terpaksa malam ini dia harus jalan kaki untuk tiba di kontrakannya.

Sementara itu Arjuna masih di tempat persembunyiannya. Dia memakai topi hitamnya. Hal yang dibicarakan oleh Daisha dan temannya tadi tak luput dari indera pendengarannya.

“Gimana bisa mereka gak nganter pulang? Ini udah larut dan dia cewek,” bisiknya kesal. Ternyata pilihannya untuk menunggu di sana tidak salah. Karena jika dia juga pulang, itu artinya Daisha akan pulang sendirian.

Daisha mulai melangkah dengan yakin jika tak akan ada apapun yang terjadi. Gadis itu mulai keluar dari area kampus. Cukup lama dia berjalan hingga dia sudah setengah jalan.

“Ini orang pada ke mana ya?” Daisha tahu jika di sana biasanya ramai. Mungkin karena ini sudah larut, jadi jalanan sangat sepi.

Arjuna juga masih setia mengikuti Daisha. Dia sama sekali tak ada maksud buruk pada gadis itu. Dia hanya merasa khawatir pada gadis itu.

Ya dia akui sekarang jika Arjuna menyukai Daisha. Memang sudah agak lama, tapi dia tak pernah memperlihatkan perasaannya itu pada orang lain. Dia hanya terus menjaga Daisha dari jauh. Bahkan kedua sahabatnya pun tidak mengetahui tentang hal ini.

Arjuna masih berjalan terus mengikuti. Jaraknya tak terlalu dekat tidak terlalu jauh juga. Dia belum siap buat bertemu dengan gadis itu.

“Apa dia tahu gue ikutin dia?” tanyanya saat melihat Daisha beberapa kali menoleh ke belakang. 

“Ah, gak mungkin. Lagian siapa juga orang bosan yang bakal ngikutin dia kaya gini,” sambungnya. Dia sama sekali tak menyadari jika dirinya lah orang bosan yang dia katakan itu.

Arjuna juga melihat Daisha melihat lampu jalan yang padam. Dia tahu apa yang ada dalam pikiran gadis itu.

“Oke, besok udah harus nyala.” Jika Arjuna sudah memutuskan, maka itu pasti akan terjadi.

Alis Arjuna terangkat ketika dia melihat Daisha tiba-tiba berhenti di salah satu persimpangan gang kecil. Wajah gadis itu juga terlihat pucat pasi seperti melihat hantu.

Namun anehnya, ekspresi wajahnya kembali normal dan dia melanjutkan jalannya agak cepat.

“Ada yang gak beres nih,” ujar Arjuna dan berusaha lebih dekat pada gadis itu. Daisha lari saat di belakangnya ada yang mengejarnya.

Netra Arjuna melihat siapa orang yang megejar Daisha. Matanya membulat saat mengetahui hal itu. “Sialan!” umpatnya saat dia tahu bahwa dia mengenal orang itu.

Segera setelah dia sadar siapa yang megejar Daisha, dia juga ikut mengejar. “Kalau gini gak akan keburu,” ujarnya berhenti sejenak.

Kecepatan lari mereka memang tak seberapa berbeda dengan Arjuna, tapi karena mereka lari terlebih dulu, hal itu membuat Arjuna ketinggalan cukup jauh.

“Lewat sini semoga bisa.” Akhirnya Arjuna memutuskan untuk memotong jalan. Jika tak salah ingat, dia bisa berada di depan Daisha lebih cepat jika dia lewat jalan ini.

Sembari terus berlari dengan kencang, Arjuna memakai masker. Dia ingin menolong Daisha, tapi dia tidak ingin mengungkap identitas dirinya.

Arjuna terus berlari. Sesekali dia melihat ke arah kanan di mana harusnya dia bisa melihat Daisha dari sana. “Tepat!” ucapnya. Dia berbelok ke arah kanan. Segera setelah dia berada dekat Daisha dan melihat gadis itu akan melewatinya, dia menarik tangan Daisha di persimpangan jalan.

Arjuna tak hanya menariknya, tapi dia juga membekap mulut gadis itu saat dia tahu Daisha akan berteriak.

“Ssshhtt!” Arjuna memperingatkan Daisha agar gadis itu diam dan mempercayainya.

Meski Daisha saat ini merasa sangat ketakutan, tapi dia memilih untuk mendengarkan apa yang dikatakan oleh pria misterius itu. Sepertinya untuk saat ini itu adalah pilihan terbaiknya.

Mereka masih dalam posisi yang sama, di mana Daisha menyandar pada tembok sebuah bangunan dan Arjuna mengungkung gadis itu dengan tangan yang membekap mulut mungilnya.

Banyak sekali pertanyaan dalam benak Daisha. Dia tak mengira hal seperti ini akan terjadi padanya.

Cukup lama mereka dalam posisi itu hingga akhirnya orang yang mengejar Daisha tadi sudah berlalu dan sepertinya sudah menyerah untuk mendapatkan Daisha.

“Lepas!” ucap Daisha sambil mencoba menghempaskan tangan Arjuna yang ada di mulutnya.

Tanpa banyak bicara, Arjuna melepaskannya. Tak banyak berpikir pula, pria itu hendak pergi meninggalkan Daisha sebelum tangannya dicekal oleh gadis itu.

“M-makasih.” Meski menurut Daisha perlakuan pria itu cukup tak sopan dengan membekap mulutnya, tapi dia sadar jika hal itu dilakukan juga demi kebaikannya.

“Hmm.” Arjuna kembali melanjutkan niatnya untuk pergi. Namun lagi dan lagi lengannya dicekal.

“Tunggu, kamu siapa?” Dengan keberanian yang telah Daisha kumpulkan, akhirnya gadis itu bertanya.

“Bukan siapa-siapa,” jawab Arjuna.

Katakanlah saat ini Daisha yang tak sopan karena tangannya sudah terangkat untuk membuka masker pria itu. Bukan tanpa alasan, dia ingin tahu siapa orang yang telah menyelamatkannya dan mungkin lain kali dia akan lebih waspada.

Masker hitam itu berhasil terlepas dari wajah Arjuna sehingga menampilkan wajah Arjuna yang menawan. Pria berkulit putih itu cukup terkejut dengan hal yang dilakukan Daisha. Tapi tak ada lagi yang bisa dia lakukan karena sekarang wajahnya telah terekspos.

“M-maaf dan makasih sekali lagi.” Daisha kembali mengucapkan terima kasih.

“Hmm, hati-hati lain kali.” Sekarang Arjuna benar-benar meninggalkan gadis itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!