Menunggu

Kebingungan, itulah satu kata yang bisa digunakan untuk menggambarkan ekspresi wajah Dikta saat ini. Ternyata rasa terkejutnya tentang kejadian malam tadi masih belum sepenuhnya hilang dalam ingatannya. Dia masih merasa kebingungan dengan hal itu.

“Ah terserah. Yang penting gue udah bayar!!” ucapnya sambil kembali mengoleskan gel ke rambutnya.

Pria itu telah selesai bersiap untuk segera pergi ke kampus. Dia memang bisa dikatakan sebagai mahasiswa yang jarang bolos, bahkan dia bisa masuk dalam kategori mahasiswa yang rajin dibandingkan dengan kedua orang temannya.

Tangannya mengambil tas dan kunci mobilnya. Dia segera pergi ke kampu sebelum dia benar-benar terlambat.

Hanya membutuhkan beberapa menit hingga dia tiba di kampus kesayangannya. Dia sudah bisa menduga jika kedua temannya telah tiba terlebih dahulu mengingat dia agak terlambat hari ini.

Tempat pertama yang dia tuju adalah kantin. Awalnya dia pergi ke sana hanya untuk membeli sebuah roti. Mengganjal perut di pagi hari merupakan hal yang sangat wajib bagi Dikta.

“Ta!!” teriak seseorang yang membuaat Dikta memfokuskan pandangannya pada orang itu. Senyumnya agak mengembang. Ternyata pilihannya untuk datang ke kantin tidak meleset karena kedua sahabatnya juga berada di sana.

Setelah membayar makanannya, Dikta pergi untuk menghampiri dua orang itu. Dia duduk di samping Arjuna dan berhadapan dengan El.

“Tumben baru datang, ke mana aja lo?” tanya El dengan tatapan jahilnya. Dia tahu dari mana Dikta semalam karena sebelum Dikta masuk ke kamar hotel bersama dengan seorang wanita, pria itu bersama dengan El.

“Diem lo! Bisa-bisanya ninggalin gue,” protesnya. Dia tak tahu jika El akan melakukan hal ini padanya.

“Ya kali-kali. Gimana, oke gak?” El kembali bertanya sementara Arjuna masih bingung dengan apa yang dua pria itu bicarakan.

“Kalian ngomongin apa sih?” Akhirnya Arjuna angkat bicara karena dia merasa hanya dia yang tak mengerti dengan hal yang sedang dibicarakan oleh El dan Dikta.

El hanya terkekeh tanpa niat menjawab begitu juga dengan Dikta yang hanya bisa merotasikan bola matanya malas membahas apa yang terjadi padanya semalam.

“Gue ke kelas, telat!” Dikta bangkit dari duduknya untuk pergi ke kelas. Mereka masih punya beberapa menit lagi hingga kelas dimulai.

“Ya udah yuk!” Arjuna juga mengajak El untuk pergi ke kelas setelah Dikta telah melenggang terlebih dulu.

El berjalan sedikit cepat untuk menjangkau Dikta yang ada di hadapanya. “Udah lah, lagian gak salah juga kan nakal sesekali.” Pria itu berusaha mendapatkan maaf dari Dikta.

Sebenarnya Dikta juga tak semarah itu pada El, dia hanya bercanda tadi. Lagipula dia juga tak mengingat apa yang telah terjadi semalam karena dia sangat mabuk.

“Hmm,” gumamnya.

Kelas sudah sangat ramai dan mereka semua yang ada di kelas kompak melihat ke arah pintu masuk begitu tiga pria itu datang.

Bukan hal yang aneh memang karena begitulah setiap harinya. Ketampanan dan juga kekuasaan mereka berhasil membuat mereka selalu menjadi pusat perhatian semua orang.

“Ahh kapan kita bisa jalan tanpa diliatin orang lain,” ucap Arjuna jengah. Sudah lama dia merasa risih dengan hal seperti ini. Tapi dia juga tak bisa menghentikan hal itu karena dia juga tak bisa mengendalikan orang lain.

“Nanti kalau bisnis bokap lo bangkrut,” celetuk Dikta dengan berani. Sebenarnya bukan pertama kali Arjuna menanyakan hal itu dan Dikta sudah sangat bosan menjawab dengan kalimat yang sama.

Namun, El hanya terkekeh mendengarkan keduanya membahas hal yang sama berulang kali.

Tak lama setelah mereka masuk, sorang dosen akhirnya juga masuk menandakan jika kelas mereka akan segera dimulai. Seperti biasa, mereka bertiga akan duduk bersampingan.

Kebetulan dosen yang mengambil kelas saat ini adalah dosen yang menyenangkan dan jenaka. Bukan dia menganggap pelajaran tak serius, hanya saja dia kerap kali menggambarkan berbagaimacan hal yang berhubungan dengan IT pada kehidupan nyata seperti sekarang.

“Kalian yang memiliki hubungan jarak jauh juga sangat memerlukan kemajuan dan kecerdasan teknologi, kan? Jujur saja, dengan adanya sebuah platform komunikasi yang menyediakan berbagaimacam fitur yang sangat canggih, kalian bisa melepas rasa rindu dengan kekasih kalian...”

Begitulah kurang lebih pembicaraan dosen itu. Tapi hal itu tak menjadi penghambat bagi mereka karena apa yang dikatakannya memang sebuah kebenaran.

Ya, Arjuna dan kedua kawannya adalah seorang mahasiswa jurusan Teknologi Informasi. Mereka mendengarkan penjelasan dosen hingga usai. Tenang saja, mereka bukan mahasiswa yang hanya datang ke kampus lalu bermain. Mereka termasuk mahasiswa yang pintar.

“Ke mana acara habis ini?” tanya El.

“Pulang, mau tidur gue.” Dikta adalah orang pertama yang menjawab. Selain karena dia mengantuk, kepalanya juga agak pusing efek alkohol semalam.

“Lo?” Kali ini El bertanya pada Arjuna.

“Pulang juga mungkin. Lo tau sendiri gimana kondisi rumah gue.” El tahu akan semarah apa ayah-nya Arjuna jika pria itu pulang terlambat.

El paham dan membiarkan teman-temannya mengurus urusannya sendiri. Dia juga akan pulang karena sekarang dia tak punya teman lagi yang bisa dia ajak bermain.

“See U.” El pergi terlebih dulu disusul oleh Dikta. Sementara itu Arjuna masih di kelas. Dia melihat sebuah jadwal kelas. Bukan jadwal kelasnya karena hari ini dia hanya memiliki satu kelas saja melainkan jadwal kelas dari jurusan sastra Indonesia.

“Pulang sore ya,” cicitnya. Dia mengerti. Seperti biasa dia akan menunggu di sebuah kafe yang bisa melihat jika orang yang dia tunggu telah keluar dari wilayah kampus.

“Americano satu.” Arjuna memesan minumannya seperti biasa setelahnya dia membayarnya. Pria itu tak pernah mengganti tempat duduknya. Dia akan duduk di sudut ruangan yang berhadapan langsung dengan gerbang kampusnya.

“Masih lama.” Arjuna membuka ponselnya. Dia melihat bagaimana perkembangan bisnis perusahaan ayah-nya.

Pria itu berdecak. Posisinya serba salah saat ini. Dalam hatinya dia berharap bisnis itu akan hancur dan tak akan berlajut. Tapi otaknya mengatakan hal lain, banyak sekali hal buruk yang akan terjadi jika bisnis itu hancur.

“Oke, emang bukan saatnya.” Dia kembali menutup ponselnya dan hanya diam menikmati kopi yang telah dia pesan.

Sekitar lima jam dia menunggu di sana, tapi orang yang dia tunggu tak kunjung datang. “Gak salah jadwal, kan?” tanyanya sambil kembali memeriksa ponselnya.

Semuanya benar, tak ada yang salah tapi kenapa orang itu belum keluar juga? “Gak bisa dibiarin,” ucapnya sambil beranjak dari sana.

Dia merasa ada yang tak beres hingga dia memutuskan untuk menuju gedung jurusan sastra Indonesia dan akan bertanya pada seseorang.

Belum sempat dia bertanya pada orang-orang di sana dia mendengar sesuatu yang cukup untuk menjawab semua pertanyaannyaa.

“Iya, katanya dosennya lagi ada acara yang gak bisa ditinggalin. Makanya kelas diundur sampai nanti malam.” Begitulah kiranya yang terdengar oleh Arjuna.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!