Harus Pergi

Arjuna tiba di tempat tujuannya. Dia sekarang berada di rumah Dikta. Setelah menelpon pria itu tadi dan menanyakan keberadaannya, di sinilah sekarang Arjuna.

"Ada apa? Tumben mau main ke sini," ujar Dikta. Tak biasanya Arjuna akan berkunjung ke rumahnya.

"Bukan main, gue mau minta tolong sama lo," jawab Arjuna. 

Mereka duduk di sofa setelah Dikta mempersilahkan temannya itu untuk masuk ke rumahnya.

"Kakak lo, dia di mana sekarang?" tanya Arjuna langsung pada keperluannya.

Dikta mengernyitkan dahinya begitu dia mendengar pertanyaan Arjuna. Tak biasanya Arjuna akan bertanya tentang kakaknya. Apalagi mereka memang tak seakrab itu.

"Kenapa? Ada apa?" Dikta penasaran karena hal ini diluar kebiasaan Arjuna.

"Daisha, lo tahu dia, kan?" Arjuna mencoba menceritakannya kembali dari awal.

"Hmm, kenapa sama dia dan apa hubungannya sama kakak gue?" Dikta merasa dua orang itu tak ada hubungannya sama sekali.

"Gue rasa Daisha dalam bahaya sekarang, gue mau minta bantuan lo buat titipin dia sama kakak lo," ucap Arjuna.

"Kenapa harus kakak gue?" 

Arjuna hampir saja meninju Dikta jika saja dia tak segera sadar kalau sekarang dia sedang sangat membutuhkan Dikta.

"Terus lo mau gue titipin dia sama lo?" tanya Arjuna. "Gak mau gue titipin dia sama cowok, yang ada bukannya aman malah tambah bahaya," sambung Arjuna.

Dikta sekarang bisa menangkap apa yang dimaksud oleh Arjuna dan mengapa temannya itu ingin menitipkan Daisha pada kakaknya.

"Tenang aja, gue gak bakal biarin kakak lo buat nanggung biaya apapun. Gue cuma mau pinjam satu kamar di rumah dia buat Daisha. Perlengkapan dan keamanan dia biar gue yang tanggung," jelas Arjuna.

Dia anak orang kaya, tak sulit bagi Arjuna untuk mendapatkan itu semua selama dia memiliki uang.

"Gue gak bisa bilang 'ya' buat sekarang. Gimanapun gue harus diskusi dulu sama kakak gue, mungkin aja dia gak mau," jawab Dikta.

"Gue minta jawaban nanti malam bisa?" tanya Arjuna memastikan. Jika kakak Dikta tak bisa, maka dia harus mencari orang lain untuk dia mintai tolong.

"Gue usahain." Dikta mengangguk setuju.

"Ngomong-ngomong, kenapa tiba-tiba Daisha dalam bahaya?" tanya Dikta. Dia belum mendapatkan cerita lengkapnya hingga dia merasa penasaran.

"Anak buah bokap gue tahu rumah dia. Mereka tadi ke sana waktu gue juga di sana. Daisha kayanya kaget banget dan pasti ketakutan apalagi anak buah bokap bawa senjata api," jelas Arjuna.

Sekarang Dikta mengerti kenapa Arjuna ingin mengamankan Daisha. Dia juga akan melakukan hal yang sama jika gadis yang dia sukai mengalami hal seperti itu.

"Terus sekarang dia di rumah sendirian?" Ucapan Dikta berhasil membuat Arjuna sadar. Dia segera beranjak dari sana.

"Gue pergi dulu. Gue tunggu kabar dari Lo, thanks!" Arjuna segera pergi dari sana menuju rumah Daisha. Benar apa yang dikatakan oleh Dikta. Sekarang tak baik meninggalkan Daisha sendiri.

Sebaiknya dia segera menjelaskan pada gadis itu apa yang terjadi sehingga dia bisa lebih waspada.

Tiba di rumah Daisha, di sana sangat sepi. Arjuna mengetuk pintu dan memanggil Daisha. Sudah tiga kali dia melakukannya tapi tak ada jawaban dari dalam.

Hal itu membuat Arjuna panik dan berakhir menerobos masuk. Pria itu mencari Daisha di ruang tamu, dapur dan kamarnya. Kosong, gadis itu tidak ada di sana.

"Sha!! Kamu di mana?" Arjuna terus berteriak sambil mencari Daisha.

"Kamu ngapain di sini?" Suara Daisha membuat Arjuna sedikit lebih tenang.

Arjuna berbalik dan menghela nafas lega. Dia segera memeluk Daisha dengan erat. Sementara Daisha yang dipeluk justru malah terkejut dan heran dengan sikap Arjuna yang tiba-tiba seperti itu.

"Jun, kamu kenapa?" bisik Daisha. Dia masih berada dalam pelukan Arjuna. Dia membiarkan Arjuna memeluknya sampai Arjuna sendiri yang melepaskannya.

Cukup lama Arjuna memeluknya hingga akhirnya pria itu melepaskannya. "Kamu baik-baik aja, kan?" tanya Arjuna sambil melihat seluruh badan Daisha.

Daisha mengangguk pelan. "Aku baik-baik aja, emangnya kenapa?" tanyanya bingung.

"Duduk dulu ya," ucap Arjuna yang diangguki oleh Daisha.

Mereka duduk dengan tenang. Kali ini topik pembahasan mereka cukup penting, jadi mereka akan membicarakannya pelan-pelan sampai masing-masing diantara mereka mengerti.

"Jadi, ada apa?" Daisha kembali bertanya.

"A-aku…" Arjuna kebingungan dari mana dia harus mulai berbicara.

Daisha masih setia menunggu pria itu untuk menjelaskan semuanya.

"Kamu harus pergi dari sini," ucap Arjuna pada akhirnya. Kalian bisa membayangkan bagaimana ekspresi bingung yang ditampilkan oleh Daisha.

"Maksud kamu?" tanya Daisha. Mungkin dia salah dengar atau salah menangkap maksud dari perkataan Arjuna.

"Kamu harus pergi dari rumah ini," jawab Arjuna.

"Tapi kenapa?" 

"Orang-orang yang tadi datang ke sini, dia anak buah ayah aku," lirihnya. Sekarang dia malah merasa sangat bersalah pada Daisha. Karena dirinya Daisha jadi harus pergi dari sini dan membahayakan gadis itu.

"Lalu?"

"Mereka bisa kapan aja nyelakain kamu. Aku minta maaf karena aku kamu jadi dalam bahaya," lirihnya.

Daisha menggeleng sambil berusaha memahami lebih dalam apa yang dimaksud oleh Arjuna.

"Bentar-bentar, bisa kamu jelasin dari awal? Aku gak ngerti," pinta Daisha.

"Sebenarnya aku… aku udah lama suka sama kamu." Butuh keberanian yang sangat besar sampai Arjuna bisa mengeluarkan kalimat itu dari mulutnya.

Daisha tentu saja terkejut mengingat mereka baru saling mengenal beberapa Minggu ini.

"Aku sebenarnya udah tahu kamu dari lama, dan aku suka kamu. Karena aku sering datang ke sekitar rumah kamu, itu bikin ayah aku curiga dan puncaknya hari ini. Dia kirim anak buah dia buat jemput aku dan ancam aku."

Daisha semakin tak mengerti. Di mana ada orang tua yang tega mengancam anaknya sendiri.

"Malam itu, kamu ingat waktu ada orang yang kejar kamu?" 

Daisha mencoba mengingat kejadian mana yang sedang dibicarakan oleh Arjuna.

"Waktu kamu nolong aku?" Daisha bertanya yang kemudian diangguki oleh Arjuna.

"Kamu lihat transaksi itu, kan?" 

Daisha membulatkan matanya. "Dari mana kamu tahu?" 

"Karena orang yang menjual senjata api itu adalah orang-orang ayahku. Aku mengenal dia," ujar Arjuna.

Lagi-lagi Daisha dibuat terkejut dengan pengakuan dari Arjuna.

"Itu berarti ayah kamu bisnis il - "

"Hmm dia melakukannya." Arjuna sangat malu mengakui hal ini apalagi pada Daisha.

"Itu sebabnya aku mau kamu pergi dari sini. Aku gak mau pas kamu gak sama aku, mereka datang dan celakain kamu," jelas Arjuna.

"Tapi ini satu-satunya rumah aku, ke mana lagi aku harus pergi?" Daisha sedih. Kenapa harus dia yang mengalami semua ini.

"Aku yang akan siapin semuanya. Kalau perlu kamu tinggal sama aku," ujar Arjuna yang membuat Daisha terbelalak.

"Kamu gila?!" Teriak Daisha. Bagaimana bisa seorang pria dan wanita yang belum menikah tinggal satu rumah.

"Aku akan cari cara lain kalau kamu gak mau. Tapi kamu bersedia kalau harus pergi dari sini?" tanya Arjuna.

Dia tahu ini berat bagi Daisha, tapi tak ada lagi yang bisa mereka lakukan selain ini.

"Aku bisa apa. Aku juga belum mau mati," ucapnya pasrah.

"Aku gak akan biarin itu terjadi, tenang aja." 

Daisha tak menyangka dia bisa masuk ke dalam dunia seperti ini. Dunia yang dia kira hanya akan ada dalam cerita novel atau film saja, tapi sekarang dia mengalaminya.

Apa yang Arjuna bilang? Bisnis senjata api? Gila, hanya dengan membayangkannya saja Daisha sudah merasa takut dengan semua itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!